Prohealth.id, Jakarta– Sejak pandemi Covid-19 melanda, perkembangan teknologi mendesak industri kesehatan untuk mengadopsi layanan kesehatan digital. Terlebih lagi, Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menciptakan tekanan institusional bagi rumah sakit swasta di Indonesia agar memperbarui strategi mereka guna bertahan di lingkungan yang dinamis. Banyak penyedia layanan kesehatan yang kini telah mengembangkan telehealth untuk menciptakan layanan nirsentuh/contactless, misalnya melalui kunjungan virtual, penggunaan chatbot, hingga membuat aplikasi kesehatan untuk mengirimkan obat kepada pasien.
Namun pada perjalanannya, rumah sakit swasta menghadapi sejumlah tantangan dalam transformasi kesehatan digital. Menurut Dr. Erwin Tenggono, yang mengangkat kasus ini dalam riset disertasinya di Program Doktoral Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), beberapa tantangan tersebut di antaranya data yang tidak terintegrasi antara layanan kesehatan primer dan sekunder, kekurangan sumber daya manusia di bidang kesehatan, dan kurangnya sistem terpadu untuk menggunakan kesehatan digital. Berkat penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tekanan Institutional dan Kapabilitas Manajerial Dinamik atas Kebaruan Stratejik: Kasus Kelincahan Stratejik dan Kesiapan Digital sebagai Mediator dalam Industri Kesehatan” tersebut, Dr. Erwin Tenggono berhasil memperoleh gelar Doktor dari FEB UI.
Di sisi lain, transisi digital memunculkan kebutuhan pembaharuan strategis pada model bisnis, kolaborasi, dan budaya rumah sakit. Dr. Erwin mengamati peran persaingan dan tekanan pemerintah dalam memengaruhi sumber daya, sehingga rumah sakit dapat membangun tim manajemen yang solid untuk beradaptasi dengan perubahan. Ia juga meninjau dan melihat kapabilitas manajerial dinamik dapat memengaruhi kesiapan digital untuk menggerakkan kebaruan stratejik dan membangun hubungan dengan mitra bisnis baru.
Tekanan institusional, yang didorong oleh dinamika persaingan dalam industri kesehatan, mendorong rumah sakit untuk menerapkan layanan kesehatan digital guna memenuhi tuntutan pelanggan. Tekanan ini memengaruhi kelincahan strategis rumah sakit, misalnya dengan membentuk tim terpadu guna menciptakan layanan produk kesehatan yang melibatkan seluruh unit kerja. Tekanan institusional juga mendorong rumah sakit meningkatkan kesiapan digital dengan memupuk keterampilan digital para karyawan untuk berinovasi dalam lanskap kesehatan digital.
Sementara itu, kapabilitas manajerial dinamik berperan penting dalam membentuk kelincahan stratejik dan kesiapan digital dalam manajemen rumah sakit. Manajer rumah sakit yang efektif, dilengkapi dengan keahlian berwirausaha, memainkan peran krusial dalam mengidentifikasi peluang bisnis, memupuk integrasi di antara tim manajemen, dan memfasilitasi hubungan yang fleksibel antara unit kerja dan bisnis sehingga memungkinkan rumah sakit untuk memperluas layanan produk kesehatan digital mereka.
Menurut Dr. Erwin, kesiapan digital dapat memediasi pengaruh tekanan institusional terhadap kebaruan stratejik. “Kesiapan digital memengaruhi kebaruan stratejik karena tingkat keseriusan manajemen rumah sakit dalam mengimplementasikan layanan kesehatan digital sangat dominan, terutama ketika karyawan memiliki keterampilan digital yang diperlukan untuk memahami manajemen risiko yang baik dan rumah sakit terbuka terhadap inovasi. Semua aspek dalam kesiapan digital memengaruhi rumah sakit untuk melakukan kebaruan stratejik dengan berfokus pada membangun kemitraan baru, mengembangkan ide digital baru untuk menyelesaikan konflik yang ada, dan membentuk budaya digital di dalam organisasi,” kata Dr. Erwin.
Dalam sidang promosi tersebut, Dr. Erwin dinyatakan lulus dengan predikat Summa Cum Laude dan menjadi doktor ke-336 Program Pascasarjana Ilmu Manajemen FEB UI. Dalam sidang Promosi Doktor yang dilaksanakan pada Jumat (22/3) di Gedung Pascasarjana FEB UI ini diketuai oleh Profesor Nachrowi Djalal Nachrowi, Ph.D. Promotor pada sidang terbuka tersebut adalah Budi W. Soetjipto, Ph.D., dengan ko-promotor, yaitu Dr. Lily Sudhartio, M.Sc. Adapun tim penguji diketuai oleh Prof. Sari Wahyuni, Ph.D., yang beranggotakan Dr. Setyo Hari Wijanto, M.M.; Ratih Dyah Kusumastuti, Ph.D; Riani Rachmawati, Ph.D; dan Dr. Darwin Cyril Noerhadi, M.B.A.
Editor: Irsyan Hasyim
Discussion about this post