Jakarta, Prohealth.id – Sejumlah ilmuwan asal Indonesia berkolaborasi dengan para ilmuwan dari negara lain merumuskan upaya-upaya penanggulangan pandemi Covid-19 dalam Forum Cendekia Kelas Dunia tahun ini.
Pada tahun 2016 hingga 2019, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri, Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) telah menyelenggarakan program Visiting World Class Professor pada tahun 2016, dan Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) pada tahun 2017 hingga 2019. Melalui sejumlah kegiatan ini, tercipta berbagai macam kolaborasi dan kerjasama yang positif baik antar ilmuwan maupun antar institusi terkait.
Adanya pandemi Covid-19 yang masih berlanjut di tahun 2021 tidak menyurutkan semangat para ilmuwan untuk terus memberikan kontribusi positif kepada untuk Indonesia. Produktif dan kolaboratif, itulah yang menjadi semangat para ilmuwan Indonesia baik dalam negeri maupun diaspora sepanjang pandemi berlangsung.
Sejak tahun 2020, Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) menggelar kegiatan “Forum Cendekia Kelas Dunia (Forum CKD)” secara daring menggunakan media Zoom maupun kanal Youtube I-4 Media sebagai wadah untuk berkolaborasi memajukan budaya riset di Indonesia.
Tahun ini, Forum CKD dilaksanakan pada tanggal 21 – 22 Agustus 2021 lalu, untuk memperingati kemerdekaan Indonesia yang ke-76 dengan tema “Tanggap Pandemi: Kolaborasi Lintas Ilmu untuk Inovasi dan Resiliensi”. Forum ini telah diikuti oleh lebih dari 300 ilmuwan Indonesia dari berbagai bidang ilmu.
Pada hari pertama, acara dibuka dengan sambutan dari ketua pelaksana, dilanjutkan dengan opening speech oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Dalam pidatonya, Menkes menjelaskan tentang lima komponen yang harus bersinergi untuk penciptaan ekosistem riset dan inovasi. Kelimanya adalah kerangka regulasi, pendanaan yang mendukung integrasi ilmu, institusi pendukung, akuntabilitas pemerintahan dan pengembangan SDM.
Mewakili Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam menekankan perlunya sinergi dan kolaborasi untuk memastikan SDM yang unggul dan memastikan ekosistem riset di Indonesia terbentuk dan high rating. Oleh karena itu, dia berharap ilmuwan Indonesia di dalam dan luar negeri dapat bergotong royong dan menularkan jejaringnya.
Sesi pertama dibuka dengan Keynote Talk oleh 3 narasumber untuk memberi gambaran mengenai peluang dan tantangan kolaborasi riset untuk resiliensi. Sesi ini dimoderatori oleh Prof. Taifo Mahmud dari Oregon State University, Amerika Serikat. Narasumber pertama, Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc. sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan bahwa BRIN bertugas menciptakan iklim kolaborasi dan setiap peneliti bisa melakukan riset sesuai bidangnya.
Selanjutnya, Dr. Ines Atmosukarto selaku CEO Lipotek Pty Ltd juga menyampaikan materi mengenai peluang kolaborasi industri dan akademisi untuk melahirkan inovasi penanganan Covid-19 di Indonesia. Prof. Arief Anshory Yusuf selaku Guru Ekonomi Universitas Padjadjaran juga menambahkan ulasan mengenai ketimpangan sosial di Indonesia selama pandemi, dimana masyarakat menengah ke bawah adalah yang lebih banyak terdampak karena low productivity dan tidak mendapatkan bantuan sosial.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diskusi panel mengenai isu Sustainable Development Goals (SDGs) dan riset interdisipliner. Para peserta dibagi menjadi 4 kelompok diskusi, yaitu kesehatan, ketahanan pangan dan resiliensi bencana, energi dan material, serta sosial-humaniora. Hasil diskusi di tiap kelompok kemudian dipresentasikan oleh perwakilan kelompok di sesi selanjutnya. Presentasi ini dimoderatori oleh Dr. Evi Eliyanah dari Universitas Negeri Malang.
Kegiatan hari pertama ditutup dengan closing speech oleh Panutan S.Sulendrakusuma selaku Deputi III Bidang Perekonomian, Kantor Staf Presiden RI. Dia menyampaikan pentingnya SDM yang mumpuni dan terampil untuk mengelola SDA di Indonesia.
“Forum ini sangat tepat untuk mengumpulkan para diaspora untuk menjalin kolaborasi serta menjalin hubungan dan tali silaturahmi untuk pengembangan Indonesia ke depannya,” ungkapnya.
Hari kedua Forum CKD berfokus pada pengenalan lebih jauh kedua organisasi penyelenggara, yaitu I-4 dan ALMI. Dr. Inaya Rakhmani sebagai wakil ketua ALMI dan Dr. Sastia Putri Borman sebagai Sekretaris Jenderal I-4 memaparkan profil dan kegiatan dari masing-masing organisasi. Kegiatan dilanjutkan dengan pengenalan program I-4 prime oleh Dr. Satria Zulkarnaen Bisri. I-4 Prime merupakan program khusus yang membuka peluang kolaborasi riset antar anggota di I-4 dari dalam negeri dan ilmuwan diaspora.
Sesi kedua Forum CKD hari kedua adalah presentasi dari tiap mitra dan perwakilan kawasan I-4. Perwakilan kawasan I-4 dibagi menjadi Amerika dan Kanada, Australia, Asia Tenggara, Timur Tengah dan Afrika, Eropa, dan Inggris Raya. Tiap perwakilan menjelaskan peluang beasiswa dan pendanaan, profil beberapa anggota, kolaborasi, dan karir peneliti di tiap kawasan. Selain itu, beberapa mitra seperti DIPI, Kedaireka, Dikti, dan the Conversation juga mempresentasikan program masing-masing.
Forum CKD 2021 ditutup dengan closing speech dari Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. selaku ketua Forum Rektor Indonesia. Dalam pidatonya dia menyampaikan bahwa Forum CKD 2021 adalah forum yang mampu menyatukan dan mengakrabkan kita semua sebagai anak bangsa yang berkontribusi untuk Indonesia dimanapun berada. Dia juga menekankan pentingnya peneliti terlibat dalam kolaborasi multi-helix antara perguruan tinggi, pemerintah, dan industri.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post