Jakarta, Prohealth.id – Geliat industri terus memproduksi dan mengambil keuntungan dari tanaman tembakau beserta produknya tentu akan melanjutkan perusakan terhadap lingkungan yang memang telah berlangsung sejak lama. Akibatnya, industri rokok justru menghambat upaya pemulihan lingkungan yang sedang terjadi.
Setidaknya ada lima fakta penting dari produksi rokok yang merusak dan berdampak buruk terhadap ekosistem seperti yang ditemukan oleh lembaga STOP yakni;
Pertama, pembukaan lahan, utamanya hutan yang masih perawan untuk perkebunan tembakau telah menimbulkan penggundulan hutan, dan berefek negatif terhadap sumberdaya hutan yang ada di dalamnya.
“Praktik budidaya tembakau yang dilakukan saat ini sifatnya tidak berkelanjutan,” tulis laporan tersebut seperti dikutip Prohealth.id, Minggu (14/11/2021).
Periode pemulihan hutan dan tanah yang pendek telah membahayakan pemulihan hutan hujan tropis, dan pada gilirannya mengakibatkan perubahan topografis dari hutan tersebut menjadi semak-semak, atau bahkan terjadi penggundulan hutan secara permanen.
Selain itu, penebangan dan pembakaran kayu dari sisa-sisa tanaman setelah panen tidak dapat digunakan sebagai makanan ternak atau unggas, sehingga mengurangi sumber daya hewani seperti pupuk kandang.
Kedua, Industri tembakau membutuhkan api dari kayu bakar yang diambil dari hutan untuk ‘mengasapi’ daun tembakau, mengakibatkan erosi tanah dan habisnya sumber daya kayu.
“Penebangan pohon, termasuk pohon karet dan pohon asli, menyebabkan penggundulan hutan sekaligus pengalihan aliran air dari perenial (sepanjang tahun secara alami) menjadi musiman, sehingga mengakibatkan kelangkaan air,” jelas laporan tersebut.
Tak hanya itu, produksi korek api untuk menyalakan rokok juga menghancurkan pohon.
Ketiga, penggunaan agrokimia mengakibatkan keracunan dan polusi air. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya residu agrokimia di air yang berdekatan dengan komunitas perkebunan tembakau.
Hal itu menyebabkan dampak kerugian amat parah terhadap sistem hidrologi dan endapan di lahan basah, wilayah riparian (daratan yang mengelilingi aliran air), dan tebing-tebing curam.
“Tembakau termasuk salah satu dari 10 tanaman budidaya yang paling banyak membutuhkan pupuk,” tulisnya.
Lalu, salah satu dari sekian banyak pestisida yang digunakan adalah Chloropicrin, yang merupakan bahan beracun yang merusak paru-paru dan berhaya untuk ikan serta organisme lain.
Keempat, pemakaian plastik dan bahan kimia dalam filter rokok sangat berpengaruh buruk terhadap biota laut dan kesehatan air. Itu diperparah dengan fakta bahwa puntung rokok adalah benda yang paling banyak dibuang di seluruh muka bumi.
Di dalamnya terdapat arsenik, timbal, dan etil fenol yang merembes dari puntung rokok ke dalam air,sehingga merusak biota air dan kualitas air minum.
Sementara itu, pemantik rokok biasanya bersifat sekali pakai, membutuhkan plastik, logam dan gas butan.
Adapun rokok elektrik dan perlengkapannya menggunakan baterai dan bahan lain yang berbahaya dan tidak terbio-degradasi alias tidak terurai secara alami.
Kelima, desain rokok anti-padam dapat mengakibatkan kebakaran. Rokok merupakan penyebab utama kebakaran tak disengaja, termasuk kebakaran hutan. Sekitar 8 persen sampai 10 persen kebakaran di Amerika Serikat disebabkan oleh rokok.
Penulis: Jekson Simanjuntak
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post