Jakarta, Prohealth.id – Tobaco Control Ikatan Pelajar Muhammadiyah (TC IPM) mencatat masalah penting pravelensi rokok di lingkungan pelajar. Laporan dari TC IPM menunjukan dari 20.5 juta pelajar sebanyak 27,7 persennya pernah merokok.
Banyak faktor yang mempengaruhi alasan pelajar menjadi target industri rokok. Menurut Affan Fitrahman Program Manager TC IPM hal itu tidak terlepas dari taktik kreatif industri rokok.
“Yang kalau kita di jalan sering kan liat di reklame kata-kata motivasi. Padahal itu bagian strategi yang nyatanya sebagai jebakan industri rokok terhadap kita” disampaikan saat kegiatan Sehat tanpa Sebat, Selasa (6/11/2024).
Bentuk-bentuk pendekatan yang termasuk jebakan infustri rokok itu terlihat misalnya perusahaan rokok yang memberikan beasiswa pada pelajar atau mahasiswa. Motif lain adalah menjadi sponsor utama pada konser-konser anak muda. Strategi ini menjadi ruang untuk industri rokok agar terus dekat dengan para segmen pasarnya.
Belum lagi peraturan pengendalian tembakau belum signifikan. Pihak industri masih banyak yang mengabaikan aturan. Padahal tertuang dalam PP Nomor 28 tahun 2024, turunan dari UU No 17 tahun 2023 tentang Kesehatan, pengendalian iklan produk rokok pada pasal 448 tidak terletak pada pintu atau area masuk dan keluar. Namun kenyataanya di supermarket masih banyak gerai dan produk rokok di dekat kasir dan pintu masuk.
TC IPM mengajak kepada pelajar Indonesia dan anggotanya untuk ikut serta dalam tolak tembakau. Tujuannya mencapai visi Indonesia bisa bebas asap rokok.
Adib Mujaddid selaku Program Manager TC IPM 2022-2023, mengingatkan bahwa aksi untuk tolak tembakau sudah berlangsung masif sejak dulu. Oleh karenanya, TC IPM akan berkolaborasi dengan lembaga lain mengkampanyekan satu suara tolak tembakau. Menurut Adib, Gen Z punya kekuatan besar dalam menyuarakan kampanye tersebut.
Penulis: Khudori
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post