Saat menjadi salah satu pembicara di pertemuan WEF terkait Distributed Vaccine Manufacturing Collaborative pada Rabu, 21 September 2022 lalu di New York, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan penguatan industri kesehatan di tingkat domestik menjadi basis arsitektur kesehatan global yang lebih baik. Hal ini juga termasuk dengan memanfaatkan jejaring kerja sama untuk kolaborasi manufaktur dan pusat–pusat penelitian pengembangan vaksin, obat dan alat diagnostik.
“Upaya Indonesia di G20 ditujukan untuk membangun sistem ketahanan kesehatan Indonesia yang lebih tangguh, termasuk dengan kapasitas domestik yang lebih baik untuk memproduksi berbagai vaksin, obat dan alat diagnostik,” ujar Budi melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Rabu (12/10/2022).
Penguatan industri kesehatan dan pemanfaatan jejaring kerja sama untuk manufaktur merupakan salah satu hasil dari presidensi G20 di bidang Kesehatan, dukungan atas agenda expanding global manufacturing and research hub yang merupakan pembahasan pada Health Working Group ke-3 (3rd HWG) terus dilakukan oleh Menteri Kesehatan termasuk pada pertemuan World Economic Forum (WEF).
Dalam pertemuan 3rd HWG menghasilkan kesepakatan untuk memperkuat regulasi dalam mendukung pengembangan pusat manufaktur global. Regulasi riset dan manufaktur global menjadi salah satu hal penting yang perlu direalisasikan agar seluruh negara siap menghadapi pandemi di masa depan.
Dengan demikian, negara anggota G20 didorong menerbitkan aturan organisasi internasional untuk meningkatkan kemampuan penelitian dan manufaktur. Beberapa potensi kerja sama yang telah teridentifikasi dalam pertemuan G20 diantaranya pusat pelatihan biomanufaktur global, upaya penelitian kolaboratif, mekanisme berbagi data, kemitraan publik-swasta, penelitian dan ekosistem manufaktur.
Hal ini sejalan juga dengan transformasi kesehatan pilar ke-3 tentang transformasi sistem ketahanan kesehatan. Pilar ini mencanangkan strategi kedepan tentang kepastian dan kesiapan vaksin, diagnostik dan terapeutik dapat diproduksi di dalam negeri.
Strategi dilakukan dengan Pengembangan pusat-pusat penelitian serta memanfaatkan kerjasama selatan-selatan, sehingga setidaknya 50 persennya dapat diproduksi di dalam negeri dari hulu ke hilir.
Baca Juga: Tak Hanya Wisata, Bali Siap Jadi Pusat Kesehatan Internasional
Memanfaatkan FIF
Dalam kesemapatan Philanthropy Asia Summit 2022: Fireside Chat, 30 September 2022 di Singapura, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menyampaikan presidensi Indonesia dalam presidensi G20 menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mendorong terbentuknya mekanisme pembiayaan yang lebih efektif dalam penanganan pandemi ke depan yakni Financial Intermediary Funds (FIF) untuk meningkatkan respons, pencegahan, persiapan, deteksi. Sampai dengan September 2022 setidaknya sebesar US$1,4 miliar yang sudah terkumpul melalui pendanaan ini.
Walaupun kondisi COVID-19 secara global telah membaik, namun setiap negara harus memperkuat kapasitasnya dalam mempersiapkan, mencegah, mendeteksi, dan merespons penyakit yang akan muncul mendatang.
“COVID-19 mengajarkan saat kita pulih dari krisis, kita harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa kita harus membangun kapasitas kita untuk menghadapi wabah penyakit di masa depan dengan strategi yang efektif,” ujar Budi.
Upaya tersebut menjadi kepentingan bersama seluruh negara, terutama negara G20 dalam memperkuat kapasitas untuk mempersiapkan, mencegah, mendeteksi, dan merespons penyakit menular yang muncul dan muncul kembali dan membahayakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pandemi COVID-19, menjadi kesempatan Indonesia melakukan perbaikan sistem kesehatan di Indonesia melalui enam pilar transformasi.
Pertama, transformasi Pelayanan Kesehatan Primer dengan meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar seperti imunisasi, konsultasi dengan dokter umum, pemeriksaan kesehatan, dan edukasi masyarakat tentang pola hidup sehat.
Baca Juga: Hari Anak Nasional: Urgensi Transformasi Layanan Kesehatan Primer untuk Anak
Kedua, transformasi layanan Rujukan dengan memperkuat pelayanan rujukan khususnya di wilayah timur dengan meningkatkan akses dan kualitas.
Ketiga, transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan dengan memperkuat tanggap darurat melalui pengawasan berbasis laboratorium secara real-time dan pengembangan kapasitas produksi dalam negeri bahan aktif farmasi, vaksin, dan alat kesehatan.
Keempat, transformasi Pembiayaan Kesehatan dengan mewujudkan pembiayaan kesehatan yang lebih efektif, efisien, merata, dan berkelanjutan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau.
Kelima, transformasi Sumber Daya Kesehatan Manusia dengan Meningkatkan Sumber Daya Manusia Kesehatan yang cukup dan merata di seluruh Indonesia.
Keenam, transformasi Teknologi Kesehatan dan Bioteknologi dengan menyiapkan sebuah platform tunggal bagi setiap orang untuk mengakses dokumen kesehatan dan berfungsi sebagai inovasi bioteknologi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.
Terkait Bioteknologi, Kemenkes telah mendirikan Biomedical dan Genome Science Initiative (BGSi), yang akan berfokus pada perbaikan klinis, untuk lebih meningkatkan layanan kesehatan berbasis genomik di rumah sakit. 3 kegiatan utama BGSi adalah sekuensing seluruh genom, biobank dan sistem data terintegrasi (rekam medis, data demografi dan data genomik).
Perkuat kerjasama bilateral
Upaya mewujudkan ketahanan global juga harus terus diwujudkan dengan langkah-langkah implementasi penguatan kerjasama. Pemerintah Indonesia menggandeng Jepang untuk penguatan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan Nasional. Tujuan kerja sama ini ialah meningkatkan performa dan ketahanan sistem kesehatan bagi pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha menyampaikan bahwa penguatan ini sejalan dengan enam pilar transformasi Kesehatan Nasional. Apalagi, saat ini Indonesia sedang mengembangkan platform digital kesehatan nasional (SatuSehat), dan pendekatan genomik (BGSi). Kedua program ini diharapkan dapat berkolaborasi dengan Jepang.
“Kami mengundang mitra dari jepang untuk turut berkontribusi dalam pengembangan teknologi farmasi dan alat kesehatan di Indonesia,” ujar Kunta pada acara Indonesia-Japan Pharmaceutical and Medical Device Business Forum, Kamis, 6 Oktober 2022 lalu di Osaka, Jepang.
Baca Juga: Inovasi Kesehatan di Indonesia, dari Robot hingga Pemeriksaan Genetik
Pada pilar ketiga, pemerintah Indonesia sedang berproses untuk mengubah ketahanan sistem kesehatan melalui peningkatan produksi farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.
Sesuai dengan kebutuhan layanan kesehatan baik di layanan primer dan sekunder, penguatan bioteknologi dilakukan melalui penguasaan vektor virus, teknologi berbasis asam nukleat, protein rekombinan untuk memproduksi vaksin dan obat-obatan bagi masyarakat di dalam negeri, seperti, eritropoietin, insulin, antibodi monoklonal dan produk turunan plasma. Di bidang farmasi, kami bertujuan untuk memproduksi 6 dari 10 Bahan Farmasi Aktif (API) secara lokal.
Kunta berharap adanya eksplorasi lebih lanjut mulai dari kemitraan, transfer teknologi, hingga kolaborasi penelitian untuk dapat meningkatkan produksi alat kesehatan, bahan medis habis pakai di dalam negeri, dan manufaktur vaksin.
“Untuk mencapai target ketahanan tersebut, kami telah menetapkan kebijakan yang mencakup langkah-langkah kritis mulai dari fasilitasi uji klinis dan transfer teknologi. Dari sisi produksi juga diutamakan akslereasi produksi dari dalam negeri” lanjut Kunta.
Forum Bisnis Indonesia – Jepang setidaknya dihadiri lebih dari 300 peserta secara luring dan daring. Diinisiasi atas kerja sama KBRI Tokyo, KJRI Osaka, KADIN Komite Bilateral Indonesia – Jepang, Kementerian Perindustrian, IIPC Tokyo dan ITPC Osaka serta beberapa mitra Jepang seperti METI Kansai, FPMAJ dan JETRO.
Sebagai hasil dari Forum Bisnis Farmalkes, telah ditandatangani komitmen kerja sama antara GPFI dengan mitranya di Jepang yakni the Federation of Pharmaceutical Manufacturers’ Association of Japan (FPMAJ), khususnya untuk membuka kontak dalam penjajakan co-production dan riset.
Selanjutnya: WAWANCARA EKSKLUSIF: Lemahnya Sistem Kesehatan Indonesia Melindungi Kelompok Rentan
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Cek artikel lain di Google News
Discussion about this post