Jakarta, Prohealth.id – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama UNDP dan WHO menyepakati kerja sama membangun sistem kesehatan yang tahan terhadap perubahan iklim melalui pendanaan Green Climate Fund (GCF).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, menyatakan sebagai bagian dari proyek global GCF di 17 negara, proyek di Indonesia bertujuan meningkatkan ketahanan iklim layanan kesehatan. Caranya, melalui solusi adaptasi dan mitigasi iklim. Komponen adaptasi melibatkan penguatan dan integrasi sistem peringatan dini untuk penyakit terkait iklim.
Dalam upaya mitigasi, inisiatif ini bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dari fasilitas kesehatan. Siti menjelaskan, setiap negara akan melaksanakan proyek sesuai dengan keadaan uniknya. Hal ini untuk memastikan pendekatannya sudah sesuai dengan konteks.
Di Indonesia khususnya, proyek ini akan membentuk sistem kesehatan nasional yang tahan terhadap perubahan iklim dan berkelanjutan. Selain itu juga mengurangi emisi gas rumah kaca dari sistem kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Tak lupa meningkatkan pendanaan untuk tindakan transformatif terhadap risiko kesehatan terkait iklim.
Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim. Selain itu mempromosikan sistem kesehatan yang tahan terhadap perubahan iklim dan rendah karbon yang berkelanjutan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dampak perubahan iklim sangat berpengaruh pada kesehatan manusia. Khususnya berkaitan dengan penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Itu, kata Budi, Indonesia harus siap. Seharusnya, semua hewan yang kemungkinan besar berinteraksi lebih sering dengan manusia harus diskrining terlebih dahulu untuk patogen, virus, dan bakterinya.
“Bahkan, kalau bisa diteliti di level hewan karena jika menunggu terjadi ke manusia sudah telat dan lebih mahal untuk mengatasinya,” ujar Budi di Jakarta, Senin (29/4/2024).
Upaya merealisasikan hal tersebut membutuhkan anggaran besar. Sehingga proyek ini perlu menggandeng institusi global seperti UNDP dan WHO. Budi menjelaskan, kedua institusi global itu berperan sebagai katalisator untuk menarik keterlibatan organisasi global lainnya.
Officer in Charge of UNDP Indonesia Sujala Pant mengatakan, UNDP percaya bahwa perubahan iklim merupakan isu yang saling terkait. Karena itu, UNDP terus mengintegrasikannya di hampir semua bidang kerja mereka sambil terus mencari cara untuk mengembangkannya dan menemukan solusi yang dapat memberikan respons yang lebih baik terhadap dampak perubahan iklim di masa depan.
Perwakilan WHO untuk Indonesia Dr. N. Paranietharan mengatakan, perubahan iklim adalah ancaman kesehatan terbesar bagi umat manusia saat ini. Untuk itu, WHO berkomitmen untuk merespons tantangan tersebut.
“Peluncuran inisiatif ini menandai langkah maju yang berani bagi Indonesia, yang sangat rentan terhadap dampak kesehatan perubahan iklim, dan akan mempercepat kemajuan menuju masa depan yang lebih sehat, lebih hijau, lebih tangguh, dan lebih berkelanjutan bagi semua orang,” ungkap Paranietharan.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post