Jakarta, Prohealth.id – Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan deteksi dini kanker dapat membantu metode pengobatan yang tepat.”Kanker paru seringkali ditemukan sudah terlambat ketika penyakit sudah lanjut sehingga kemungkinan pengobatan sudah amat terbatas,” kata Tjandra melalui keterangan tertulis 25/2/2024.
Ia mengatakan secara umum ada dua jenis kanker paru, yaitu golongan yang bukan sel kecil (nonsmall cell carcinoma/NSCLC) dan kanker paru jenis sel kecil (small cell carcinoma/SCLC). “NSCLC lebih sering dijumpai dan tumbuh relatif lebih lambat sementara SCLC lebih jarang ditemui tetapi tumbuhnya lebih cepat,” ujarnya.
Karena itu, skrining terhadap kemungkinan kanker paru menjadi sangat penting, khususnya pada orang dengan risiko tinggi. Skrining memungkinkan deteksi dini dan akan sangat memperbaiki hasil pengobatan. Di Indonesia, skrining terhadap kanker paru dapat dijumpai masyarakat di berbagai fasilitas kesehatan, salah satunya puskesmas.
Layanan deteksi dini tersebut dikhususkan untuk empat jenis kanker utama, yakni kanker payudara dan kanker serviks pada wanita, serta kanker paru-paru dan kanker usus yang kasusnya banyak ditemui pada pria. “Pada Minggu 25 Februari 2024 ini pada lokasi Hari Bebas Kendaraan Bermotor diselenggarakan skrining kanker paru, seperti yang saya mampir sambil bersepeda pagi ini,” katanya.
Berhenti merokok
Tjandra mengatakan kanker paru adalah penyebab kematian yang tinggi akibat kanker di dunia. International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan di dunia ada sekitar 1,8 juta kematian per tahun akibat kanker paru. “Menurut WHO, sekitar 85 persen kanker paru berhubungan dengan kebiasaan merokok,” tuturnya.
Secara umum hal lebih rinci tentang kanker paru antara lain gejala batuk yang tidak sembuh-sembuh, nyeri dada, sesak napas, badan lemah, batuk darah, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, serta infeksi paru yang kerap berulang.
“Pencegahan terbaik adalah berhenti merokok. Juga menghindari paparan asap rokok pasif, polusi udara, serta polusi di tempat kerja seperti bahan kimia dan asbestos,” ujarnya.
Cara mendiagnosis kanker paru meliputi pemeriksaan fisik, imaging (seperti foto rontgen, CT scan, dan MRI), pemeriksaan ke dalam saluran napas di paru dengan alat bronkoskopi, pengambilan sebagian kecil jaringan paru (biopsi), dan tes molekuler untuk identifikasi mutasi genetik atau biomarker untuk memandu opsi terapi terbaik.
“Pengobatan pada dasarnya bergantung kepada jenis kankernya, seberapa luas sudah menyebar dan riwayat medis pasien. Pilihan pengobatan meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi,” kata Direktur Program Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.
Editor: Irsyan Hasyim
Discussion about this post