Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

HARI ANAK SEDUNIA 2022: Orang tua Perokok Hambat Anak Sehat Bebas Stunting 

Permasalahan stunting di Indonesia saat ini masih belum tertangani dengan baik. Sebagaimana yang dinyatakan oleh data Studi Status Gizi Indonesia pada 2021, bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen.

by Eka Wardawati
Sunday, 20 November 2022
A A
HARI ANAK SEDUNIA 2022: Orang tua Perokok Hambat Anak Sehat Bebas Stunting 

Pentingnya revisi PP 109 untuk menangani stunting. (Sumber foto: Kemenko PMK/2022)

Jakarta, Prohealth.id – Salah satu provinsi yang juga memiliki prevalensi stunting yang tinggi, yaitu Jawa Barat sebesar 24,5 persen, dimana Kabupaten Bogor menempati urutan 7 tertinggi prevalensi stunting. Angka tersebut masih jauh lebih tinggi dari batas toleransi WHO, yaitu 20 persen untuk stunting.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG-UI), Renny Nurhasana menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stunting. Faktor tersebut berupa kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, pola asuh/pemberian makanan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan dan perilaku merokok.

BacaJuga

Kekerasan terhadap Jurnalis Masif di Era Prabowo

Potret Makan Bergizi ‘Tragis’

“Terkait dengan perilaku merokok, kendala yang dihadapi dalam sosalisasinya adalah Keluarga yang mempunyai orang tua yang merokok masih sangat banyak sehingga masih memberikan contoh yang tidak sesuai dengan nilai-nilai perilaku pola hidup sehat,” ungkap Renny kepada Prohealth.id, kamis, 17 November 2022 melalui WhatsApp.

Berkenaan dengan hal itu, Renny menyatakan dalam mewujudkan pola hidup sehat diperlukan beberapa faktor antara lain edukasi, konsistensi, pemberian contoh dari orang terdekat, dan motivasi. Dengan begitu, jika merokok dilakukan di dalam rumah, maka asap rokok akan masuk ke saluran pernapasan anggota keluarga lain. “Selain itu barang-barang seperti sofa dirumah akan menyerap asap tersebut dan akan terhirup orang lain memengaruhi kesehatan keluarga, terutama anak.”

Dampak kebiasaan buruk ini terbukti dalam riset SKSG-UI yang menemukan adanya pertumbuhan lebih lambat dalam berat dan tinggi badan pada anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan orang tua perokok dibandingkan mereka yang tinggal di rumah tangga tanpa orang tua perokok.

Secara rinci, anak-anak dari orang tua perokok kronis memiliki pertumbuhan berat badan secara rata-rata lebih rendah 1,5 kg dan pertumbuhan tinggi badan secara rata-rata lebih rendah 0,34 cm dibanding dengan anak-anak dari orang tua yang tidak merokok.

“Di sisi lain, pajanan asap rokok terhadap ibu hamil ataupun langsung kepada anak menyebabkan kerentanan penyakit kronis serta lingkungan yang tidak sehat. Hal ini juga berdampak pada keparahan kondisi anak yang menjadi stunting,” kata Renny.

Berdasarkan temuan dalam riset tersebut Tim Pengabdian Masyarakat SKSG-UI mengadakan sosialisasi “Hubungan Perilaku Merokok dan stunting melalui Permukiman Sehat yang Ramah Lingkungan Bebas Asap Rokok” di wilayah kerja Desa Cibitung, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Senin, 7 November 2022. Pemilihan Kabupaten Bogor sebagai tempat untuk mengadakan sosialisasi tersebut karena prevalensi stunting di Kabupaten Bogor sangat tinggi.

Ketua Kader Desa Cibitung, Siti Komariah, menyampaikan bahwa sosialisasi terkait materi ini baru pertama kali didapatkan. “Saya akhirnya sadar, perilaku merokok ternyata tidak hanya berbahaya bagi kesehatan, tetapi juga bisa menyebabkan stunting yang akhirnya bisa berdampak dengan kecerdasan anak. Ini tantangan baru bagi kami kader disini, untuk sosialisasi ke masyarakat ini. Intervensi ini minimal dimulai dari keluarga,” kata Siti.

Telah dibuktikan bahwa merokok telah berkontribusi terhadap kemiskinan keluarga. Banyak dari keluarga lebih fokus membeli rokok daripada memenuhi kebutuhan pokoknya. Berdasarkan pengakuan warga setempat fenomena ini juga ditemukkan di Desa Cibitung.

Hal tersebut yang menjadi kendala signifikan dalam menyebarkan informasi pentingnya menjaga rumah dari asap rokok disebabkan karena banyaknya orang tua yang merokok. Orang dewasa perokok sangat sulit berhenti karena efek nikotin.

Selain kegiatan sosialisasi di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten  Bogor, beberapa kegiatan sosialisasi dalam mendorong penerapan hidup sehat tanpa rokok yang berkaitan dengan stunting telah dilakukan juga di beberapa daerah.

Pertama, membangun kerja sama dengan Fatayat NU, sosialisasi kepada kader Fatayat NU di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Kedua, kerja sama dengan BKKBN, Komnas Pengendalian Tembakau, dan Fatayat NU. “Kami melakukan sosialisasi untuk seluruh kader dan tim pendamping keluarga di Indonesia untuk materi stunting dan perilaku merokok.”

Ketiga, kerja sama dengan Pengmas Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI melakukan sosialisasi kaitan antara perilaku merokok dan stunting di Dusun Bagu, Lombok Tengah. Terakhir adalah sosialisasi kepada ibu-ibu di Sekolah Perempuan di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Selain sosialialisasi, Tim Pengabdian Masyarakat Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG-UI), turut melakukan audiensi kepada beberapa kementerian terkait dan DPR-RI bahwa memang dibutuhkan kebijakan pengendalian konsumsi rokok sebagai salah satu upaya dalam penurunan stunting di Indonesia.

Salah satu hasilnya, Kementerian Keuangan RI menjadikan keterkaitan ini salah satu pertimbangan kenaikan cukai rokok. Selain itu, BKKBN juga mulai memasukkan kaitan antara perilaku merokok dan stunting ini ke bahan edukasi mereka. Bappenas dan Kementerian Kesehatan pun menjadi sasaran pada setiap presentasi mengenai kebijakan pengendalian konsumsi rokok.

 

 

 

Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bagikan:
Tags: anak sakitAsap RokokBahaya Rokokhari anak nasionalhari anak sedunia

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.