Prevalensi penderita diabetes cenderung terus meningkat tahun ke tahun. Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dan tahun 2018 menunjukkan bahwa tren prevalensi penyakit diabetes melitus (DM) di Indonesia meningkat dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen. Selain itu, prevalensi penyakit DM menurut diagnosa dokter meningkat dari 1,2 persen menjadi 2 persen.
Permasalahan yang ada saat ini terkait penyakit DM adalah sebagian besar yakni sekitar 3 dari 4 penderita DM tidak menyadari kalau dirinya menderita penyakit DM dan kurangya kesadaran klien terhadap kontrol berkala.
Indonesia menanggung beban kesehatan tinggi akibat penyakit tidak menular, seperti diabetes. Saat ini, 19,5 juta penduduk Indonesia menderita diabetes. Angka ini diperkirakan terus meningkat hingga 28,5 juta pada 2045. International Diabetes Federation (IDF) melaporkan Indonesia menempati peringkat ke-7 negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia dan peringkat ke-3 se-Asia Tenggara.
Perlu diketahui bahwa penyakit diabetes tidak hanya disebabkan pola hidup yang kurang sehat, tetapi, diabetes juga bisa terjadi karena keturunan. Artinya setiap orang berpotesi mengalami diabetes manakala diikuti dengan gaya hidup yang buruk seperti kurang aktivitas fisik, kegemukan, hipertensi, merokok, dan diet tidak seimbang.
Oleh karenanya, yang harus segera dilakukan agar fenomena ini tidak menimbulkan masalah yang semakin besar dan dampak yang luas adalah dengan menggaungkan pentingnya pola hidup sehat dan deteksi dini terutama bagi kelompok yang berisiko tinggi terkena diabetes. Cara ini jauh lebih efisien dan efektif untuk menangani pasien daripada saat mereka sudah jatuh sakit.
Ketua Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. DR. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengatakan salah satu penyebab timbulnya penyakit diabetes adalah obesitas yang tidak segera ditangani. Artinya, sebelum jatuh menjadi diabetes, seseorang akan mengalami fase pradiabetes.
Pada kondisi ini sebenarnya sudah ada tanda-tanda seseorang mengalami diabetes namun sering kali tidak disadari. Padahal, di tahap ini pasien masih masih bisa disembuhkan, namun karena ketidaktahuan terhadap gejala diabetes, hanya dibiarkan dan akhirnya sulit untuk dikendalikan. Pada pasien prediabetes, ditandai dengan gula darah yang naik, Gula Darah Puasa berkisar 100-125 sementara Gula Darah Setelah Makan yakni 140<200.
Dia menekankan bahwa upaya pencegahan primer harus dilakukan secepatnya sejak prediabetes bahkan diabetes agar tidak menimbulkan masalah kesehatan lainnya seperti komplikasi jantung. Menurutnya, cara ini jauh lebih efisien dan efektif untuk menangani pasien daripada saat mereka sudah jatuh sakit.
Salah satu upaya pencegahan primer adalah dengan mencapai berat badan ideal. Dalam salah satu studi menyebutkan dengan penurunan BB sekitar 6,5 persen setelah 4 minggu diet rendah kalori hasilnya tekanan darah, gula darah dan kolesterol turun.
“Diabetes masalah besar di Indonesia. Yang paling penting adalah mengelola pola hidup, jangan lupa rutin melakukan aktivitas fisik, jaga pola makan dan melakukan pemeriksaan dini,” tuturnya dalam siaran resmi Kementerian Kesehatan.
Ancaman diabetes tidak hanya dihadapi oleh kelompok usia dewasa, tapi penyakit ini juga dapat mengancam anak-anak. Mewakili Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Muhammad Faizi, Sp.A(K) menyebutkan prevalensi Diabetes Melitus pada anak di Indonesia jumlahnya terus meningkat, didominasi remaja berusia 10-12 tahun serta anak berusia 5-6 tahun.
“Populasi anak-anak diabetes itu banyak di Indonesia Bagian Barat, yang Timur sedikit,” katanya.
Agar kadar gula darah terkontrol, dr. Faizi menjabarkan manajemen pada anak dengan diabetes merujuk pada 5 pilar diantaranya suntikan insulin, monitoring kadar gula darah, pemberian nutrisi, aktivitas fisik serta edukasi seumur hidup.
Namun demikian, yang menjadi tangan besar yang dihadapi dalam pengendalian diabetes di Indonesia adalah pasien sering kali terlambat mengetahui penyakit DM. Sehingga, sering ditemukan pada tahap lanjut atau sudah disertai dengan komplikasi, seperti serangan jantung dan stroke, infeksi kaki yang berat yang dapat mengakibatkan kecacatan sampai kematian dini.
“Masalah kita adalah awareness kita tentang DM tipe 1, sehingga banyak pasien-pasien yang datang terlambat,” ucapnya.
Agar kadar gula darah terkontrol, dr. Faizi menjabarkan manajemen Diabetes Militus dengan merujuk pada 5 pilar diantaranya suntikan insulin, monitoring kadar gula darah 6 kali sehari, asupan nutrisi, aktivitas fisik serta edukasi seumur hidup.
Tri Juli Edi T, mewakili Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menjelaskan, bisa dikenali dengan mudah. Prediabetes adalah cikal bakal kencing manis. “Kalau didiamkan saja 1/3 akan menjadi kencing manis dalam waktu 5 tahun, 1/3 tetap jadi prediabetes dan 1/3 lagi kembali normal. Prediabetes jadi waktu terbaik untuk mencegahnya jadi diabetes, karena bisa kembali normal,” tutur Tri Juli.
Tingkatkan kesadaran lewat seni
Dalam Hari Diabetes Sedunia 14 November 2022, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) membuat instalasi seni bertajuk “Monster Tersembunyi di Balik Minuman Manis Favoritmu” di Taman Literasi Martha Tiahahu pada 12-15 November 2022. Sampai dengan Minggu, 13 November 2022, instalasi sudah dikunjungi lebih dari 400 orang.
Gita Kusnadi, Project Lead Food Policy CISDI menjelaskan program instalasi seni ini adalah media promosi kesehatan kreatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya produk Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK), terutama mengingat kaitan erat konsumsi gula berlebih dengan risiko diabetes.
Instalasi ini merupakan kerja sama dengan Fransiskus S M Sitangang, seniman yang aktif di Instagram lewat @duniafrans. Frans sebelumnya pernah berkolaborasi membuat instalasi interaktif dengan beberapa brand, salah satunya Narasi. Dengan ukuran 3×3 meter, instalasi “Monster Tersembunyi di Balik Minuman Manis Favoritmu” ini memiliki 3 sisi. Di kanan tercantum infografis mengenai MBDK, di pusat terdapat monster gula, dan di kiri ada botol MBDK berisikan bantalan bergambarkan monster gula serta tempat penulisan pesan. Monster dalam instalasi ini adalah perumpamaan penyakit akibat konsumsi MBDK berlebihan yang mengintai masyarakat Indonesia, terutama anak-anak.
“Dengan konsep interaktif, saya harap instalasi ini dapat dinikmati berbagai kelompok usia. Selain itu, semoga para pengunjung lebih terpapar dengan dampak buruk dari MBDK dan terliterasi secara visual,” ujar Frans.
Lebih lanjut Gita menjelaskan bahwa data telah menunjukkan satu dari sepuluh anak Indonesia atau 14,7 persen mengkonsumsi salah satu jenis MBDK, minuman berkarbonasi, satu hingga enam kali seminggu.
Sebagai catatan, konsumsi produk MBDK di Indonesia meningkat sebanyak 15 kali lipat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. Tingginya konsumsi MBDK berkontribusi pada naiknya angka risiko tidak hanya pada diabetes tetapi juga pada obesitas dan penyakit tidak menular (PTM) lainnya, seperti kerusakan liver dan ginjal, penyakit jantung, serta beberapa jenis kanker.
CISDI juga bekerja sama dengan Persatuan Diabetes (Persadia) Muda, untuk mengadakan cek gula darah sewaktu gratis untuk pengunjung Taman Literasi pada Minggu, 13 November 2022, sebagai langkah awal mendeteksi risiko diabetes.
“Banyak masyarakat yang tidak sadar dirinya memiliki risiko diabetes atau memiliki kadar gula darah tinggi, tetapi rutin mengkonsumsi MBDK setiap harinya. Oleh sebab itu, mengetahui kadar gula darah melalui skrining kesehatan dan menghindari konsumsi MBDK akan membantu mencegah terjadinya diabetes,” ujar Anita Sabidi, Co-founder Persadia Muda.
Mengingat dampak negatif MBDK pada masyarakat, CISDI juga berupaya mendorong pemerintah memberlakukan cukai MBDK sebesar 20 persen dan mempertajam peraturan mengenai pelabelan informasi gizi melalui penandatanganan petisi. Rencananya, petisi yang sudah ditandatangani sekitar 13.000 ribu kali ini akan diserahkan kepada pemangku kebijakan pada akhir bulan November bersama diseminasi studi elastisitas harga yang sudah dilakukan tim peneliti CISDI.
Terapkan pola hidup sehat
Prohealth.id mengutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan, para ilmuwan dari National Institutes of Health (NIH) di Maryland, Amerika Serikat, telah melakukan penelitian bagaimana 5 faktor gaya hidup tertentu dapat mempengaruhi risiko diabetes.
Tim ilmuwan tersebut menemukan bahwa secara individual, masing-masing faktor dapat menurunkan peluang risiko diabetes sekitar 30 persen, sementara kombinasi dari kelima gaya hidup tersebut dapat mengurangi risiko hingga 80 persen, bahkan jika seseorang terdeteksi memiliki riwayat keluarga penderita diabetes.
Berikut ini adalah 5 tips gaya hidup yang bisa membantu mengurangi risiko diabetes.
Pertama, kurangi berat badan. Semakin banyak lemak di tubuh, semakin sulit bagi tubuh untuk memproduksi dan menggunakan insulin dengan baik, dimana ini dapat menyebabkan terlalu banyak glukosa dalam darah kamu. Obesitas merupakan faktor risiko utama diabetes, bahkan, studi dari NIH menunjukkan bahwa dengan hanya menjaga berat badan ideal saja, kamu dapat mengurangi risiko diabetes hingga 70 persen.
Kedua, lebih banyak bergerak. Olah raga membantu seseorang menurunkan berat badan, menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin. Berolahraga, atau gerakkan tubuh selama setidaknya 20 menit sehari. Jalan cepat adalah pilihan yang sangat baik, demikian pula dengan bersepeda. Sebuah studi terbaru dari University of California-Los Angeles (UCLA) menemukan bahwa peningkatan massa otot dapat membantu menurunkan risiko juga, jadi akan lebih baik lagi jika kamu juga melakukan latihan aerobik dan pembentukan otot dalam rutinitas kamu.
Ketiga, konsumsi lebih banyak serat dan biji-bijian. Serat dan biji-bijian dapat membantu menyeimbangkan kadar gula darah dan mengurangi risiko kamu. Makanan tinggi serat termasuk buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian. Tips makan lebih sehat: Pilihlah daging tanpa lemak dan produk susu non-fat, konsumsi ikan beberapa kali seminggu, memasak dengan minyak cair dan bukan lemak padat, serta mengurangi konsumsi makanan ringan dan manis.
Keempat, jangan merokok. Para ilmuwan kesehatan menemukan perokok berat atau mereka yang merokok lebih dari 20 batang sehari, memiliki peluang hampir dua kali lipat terkena risiko diabetes, bila dibandingkan dengan yang tidak merokok.
Kelima, kurangi minuman beralkohol. Para ilmuwan menemukan minum sedikit alkohol tidak masalah, namun jika terlalu banyak dan terlalu sering minum, dapat menyebabkan peradangan kronis pada pankreas, yang dapat mengganggu kemampuannya untuk memproduksi insulin dan akhirnya menyebabkan diabetes.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post