Jakarta, Prohealth- Stunting adalah masalah kesehatan penting serta memberi beban ganda pada anak. Stunting menyebabkan masalah kesehatan dan juga gangguan kecerdasan bagi anak. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian dari pemimpin dan pemangku kebijakan.
Menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI mengatakan target penurunan stunting memang sudah dicanangkan. Namun, kata dia, perlu upaya maksimal agar setidaknya mencapai target. Terutama karena ada pengalaman panjang angka stunting tidak bisa terkendali.
“Lesson learned negara lain dalam 1 dekade ini, penurunan stunting kurang dari 1 persen per tahun,” kata Prof. Yoga melalui pesan singkat kepada Prohealth.id, Jumat, 25 Januari 2024.
Oleh karena itu dengan target semula stunting turun dari 28 persen ke 19 persen menurutnya memang sudah berat. Apalagi kalau harus turun jadi 14 persen pada 2024 ini. Tjandara Yoga meminta ada perbaikan, misalnya penanganan kompleks dan membutuhkan waktu pemantauan yang lama. Untuk mencegah stunting harus dimulai dari masa remaja perempuan, masa kehamilan, masa melahirkan, sampai tahun-tahun pertama kehidupan anak. Artinya masalah stunting mungkin sudah terjadi sejak beberapa dekade yang lalu.
Menurut Tjandra Yoga, setidaknya ada empat pendekatan untuk menurunkan penurunan stunting. Pertama, komitmen politik penentu kebijakan publik, dalam hal ini para capres-cawapres, untuk tetap memberi porsi penting bagi kesehatan, termasuk.
“Penyelesain stunting penting, menangani masalah penyakit menular dan tidak menular penting, dan jauh lebih penting pula menjaga mereka yang sehat agar tetap hidup sehat.”
Kedua, bentuk program yang secara ilmiah jelas, untuk diterapkan di lapangan. Ketiga, masyarakat madani dan juga media massa perlu terus mendorong penentu kebijakan publik untuk melakukan kegiatan nyata di lapangan tentang pengendalian stunting.
Keempat, pentingnya dorongan dari organisasi internasional agar pemerintah Indonesia tetap meningkatkan kinerja penanggulangan stunting di bulan-bulan politik jelang Pemilu 2024.
Kesehatan Lingkungan untuk Penurunan Stunting
Sementara itu Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami menyatakan bahwa kesadaran pencegahan stunting memang sulit di Indonesia. Kondisi ini, kata dia, karena perempuan sebagai ibu juga belum sepenuhnya memahami urgensi kesehatan tubuhnya.
“Yang stunting kami pilah intervensi spesifik asupan gizi ibu hamil harus mendapatkan tambahan zat besi dan vitamin. Lalu diperiksa di Puskesmas,” tuturnya.
Selain itu, ada masalah lingkungan yang terbatas padahal menjadi sarana dan prasarana untuk mengatasi stunting. Amich mengatakan lingkungan dan kesehatan seharusnya tidak terpisah karena memiliki keterkaitan penting dalam menanggulangi stunting. Ia memberi contoh yakni
kesehatan lingkungan yang berkenaan udara tidak sehat. Masalah polusi udara akan mempengaruhi kualitas kesehatan serta ketahanan sosial, budaya, dan lingkungan.
“Dikaitkan perubahan iklim dan penurunan emisi. Dari asap asap itu punya pengaruh pada kesehatan. Polusi udara bikin penyakit pernapasan, khusunya kesehatan lingkungan dan perubahan iklim,” tuturnya.
Menurut Amich, permasalahan gizi bukan hanya soal kesehatan lingkungan. Tidak hanya masalah seputar stunting saja, tetapi juga obesitas. Oleh karenanya baik stunting dan obesitas merupakan agenda strategis perencanaan pembangunan di Indonesia.
“Secara umum kami sudah ada garis besar kebijakan pokoknya, message-nya, dan utamanya ini sudah diturunkan pada kegiatan dari Kementerian Kesehatan berkenaan dengan gizi,” tuturnya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post