Centers for Disease Control and Prevention atau CDC merilis data pada 2020, bahwa selain Covid-19, kanker masih masuk dalam negara yang menyumbang kematian terbesar di Amerika Serikat. Data tersebut diambil dari CDC’s Morbidity dan Mortality Weekly Report yang menemukan ada 3,358,814 kematian di Amerika Serikat pada 2020, dan rata-rata prevalensi kematian 828,7 per 100.000 populasi atau 15,9 persen mengalami kenaikan dari 2019.
Covid-19 masuk terbesar dengan temuan 345,323 kematian. Angka ini masuk tiga besar setelah penyakit jantung dan kanker yang masing-masing menyumbang 690,882 dan 598,932 kematian pada 2020 lalu. Temuan ini tentu menandakan, kanker merupakan penyakit yang berbahaya dari selama pandemi Covid-19 sampai saat ini.
Dikutip dari siaran pers yang diterima Prohealth.id, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan peta jalan Global Breast Cancer Initiative Framework akan membantu menyelamatkan 2,5 juta orang di dunia dari ancaman kanker payudara pada 2040. Peluncuran peta kerja bersama ini bertepatan dengan kampanye peringatan Hari Kanker Sedunia yang menitikberatkan pada tiga pilar; deteksi dini, diagnosis tepat sasaran dengan manajemen komprehensif bagi penderita kanker payudara.
Lebih dari 2,3 juta kasus kanker payudara ditemukan per tahun, yang mana membuat jenis kanker ini paling banyak dialami oleh orang dewasa. Ada 95 persen negara di dunia mencatat kasus kanker payudara sebagai penyebab kematian kedua bagi perempuan. Meski demikian, penyintas kanker payudara di dunia masih cukup banyak. Hampir 80 persen kematian akibat kanker payudara dan kanker serviks terjadi di negara kelas bawah, dan menengah ke bawah.
Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku Direktur Jenderal WHO menjelaskan, negara-negara dengan sistem ketahanan kesehatan yang lemah lebih rentan mengalami kenaikan kasus kanker payudara. Dibutuhkan peran aktif individu, keluarga, komunitas, sistem kesehatan, dan kesejahteraan ekonomi untuk peningkatkan kualitas kesehatan di seluruh dunia.
“Kami memiliki panduan, bagaimana caranya mencegah kanker payudara dan menyelamatkan kehidupan. WHO mendukung lebih dari 70 negara di dunia khususnya kelas ekonomi bawah dan ekonomi menengah untuk melakukan deteksi dini kanker payudara. Diagnosa yang lebih cepat, membuat perawatan lebih baik dan membebaskan orang dari kanker,” jelas Tedros dikutip, 6 Februari 2023.
Sebuah studi tahun 2020 dengan judul; 2020 study by the International Agency for Research on Cancer menemukan, 4,4 juta perempuan menderita kanker pada 2020. Hampir 1 juta anak dirawat akibat kanker, 25 persen dari mereka adalah penderita kanker payudara. Anak-anak yang kehilangan ibu mereka akibat kanker payudara mengalami kerugian dari sisi pendidikan, masalah emosional kehilangan orang tua, disrupsi soal dari sisi ekonomi yang mengganggu tumbuh kembang anak.
Menurut Dr. Bente Mikkelsen, Direktur Penyakit Tidak Menular WHO menjelaskan, negara-negara yang menjalankan panduan ini akan mengalami integrasi perbaikan untuk layanan kesehatan primer. Panduan ini tidak hanya untuk mendukung promosi kesehatan tetapi juga memperkuat perempuan menerima kesehatan yang lebih baik.
“Dengan layanan kesehatan primer yang efektif dan berkelanjutan, kita akan mencapai tujuan pemerataan layanan kesehatan secara global,” ujar Dr. Bente.
Peta jalan atau panduan terbaru ini didesain sesuai dengan target negara, sumber daya, sistem kesehatan yang selama ini disusun untuk kanker payudara. Ada bebera pilar dari panduan tersebut.
Pertama, merekomendasikan negara-negara tertentu untuk fokus melakukan deteksi dini pada kanker payudara ehingga 60 persen dari kanker payudara bisa didiagnosis dan diobati dalam tahap awal.
Kedua, diagnose kanker payudara dalam 60 hari awal bisa menurunkan risiko penambahan stadium kanker. Pengobatan dilakukan selama tiga bulan setelah diagnosa.
Ketiga, manajemen kanker payudara harus mencapai 80 persen selesai sesuai dengan rekomendasi medis.
Implementasi dari panduan ini berpotensi mencegah para perempuan dunia meninggal akibat kanker. Pada 2017, World Health Assembly merumuskan Resolution Cancer prevention and control in the context of an integrated approach. Sejak 2018, WHO juga menginisiasi program mencegah kanker pada perempuan dan anak melalui eliminasi kanker serviks dan kanker anak. Inisiatif dari WHO ini mampu menjaga jutaan jiwa di dunia sampai 10 tahun mendatang dari bahaya kanker.
Sebelumnya, WHO juga meluncurkan kampanye untuk menjaga kesehatan para penyandang kanker. Kampanye ini diluncurkan pada 2022 lalu setelah proses survei untuk memetakan kebutuhan hidup para penyandang kanker di dunia. Hasil survei ini disusun menjadi WHO’s Framework for Meaningful Engagement of People Living with Noncommunicable diseases (PLWNCDs).
Pasalnya hampir semua keluarga di dunia terdeteksi kanker. Bahkan 1 dari 5 orang anggota keluarga terdeteksi kanker. Diagnose kanker ini memberikan efek berkelanjutan bagi kesehatan keluarga. Panduan ini menyusun rancangan kebijakan, program, dan solusi, bagi penyandang kanker di dunia.
Oleh karenanya, Dr. Tedros selaku Dirjen WHO menjelaskan masih sangat minim fokus medis terhadap dampak dari penyakit kanker terhadap si pasien maupun keluarga yang melalui.
“Kebijakan global tentang kanker harus berbasis data dan riset, dan memasukkan pandangan serta usulan dari para pasien dan orang-orang yang terdampak akibat kanker,” jelasnya.
Riset terbaru menemukan, orang dengan kanker memiliki masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan kehilangan harapan, yang mana akan membuat mereka rentan merasa diabaikan oleh orang-orang terdekat. Pada negara-negara kelas bawah dan menengah, kesulitan finansial dan kehilangan aset dialami hampir 70 persen penderita kanker.
Ruth Hoffman, selaku Presiden dari American Childhood Cancer Organization mengakui, ketika putrinya terdiagnosa kanker, kehidupannya berubah drastis diluar ekspektasi. Perubahan akibat kanker ini dialami sepanjang hidupnya.
Dr. Bente Mikkelsen selaku Direktur Penyakit Tidak Menular WHO menambahkan, pemahaman terhadap pengalaman hidup penderita kanker akan membantu membentuk support system yang efektif untuk proses penyembuhan. Meski demikian, diperlukan caregiver yang memahami kebijakan pasien kanker.
“Kami berkomitmen jangka panjang untuk membantu mereka yang mengalami kanker mendapatkan solusi yang terbaik. Oleh karenanya, kampanye ini memiliki empat tahap; merilis survei global, konsultasi nasional, mempresentasikan praktik terbaik, dan mengimplementasikan inisiatif komunitas,” tuturnya.
WHO menargetkan survei global ini mencapai 100.000 responden dari 100 negara dengan target ekonomi bawah dan ekonomi menengah. Survei ini diprediksikan selesai pada awal 2023. Selanjutnya, hasil survei akan menjadi rancangan kebijakan, program, dan layanan bagi penyandang kanker seluruh dunia.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post