Masih dalan nuansa menanggulangi pandemi COVID-19, Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2022 kali ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Oleh karenanya, HKN yang ke-58 ini mengusung tema ‘Bangkit Indonesiaku Sehat Negeriku’.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan HKN ke-58 memiliki tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai kesehatan. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ingin menunjukkan pada saat kondisi terburuk masyarakat harus bangkit dan pulih kembali.
“Kalau kita bangkit maka ekonomi juga akan kembali meningkat,” ujar Sekjen Kunta pada konferensi pers HKN ke-58 di gedung Kemenkes, Jakarta, Selasa pada 8 November 2022 lalu.
Lebih lanjut kata Kunta, saat ini adalah momen paling tepat melakukan reformasi atau perubahan-perubahan. Adapun HKN ke-58 menjadi peluang dalam mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat yang lebih prima, lebih luas jangkauannya dan juga lebih cepat dalam memberikan layanan masyarakat.
Hal itu dilakukan melalui transformasi kesehatan dengan 6 pilar antara lain transformasi Layanan Kesehatan Primer, transformasi Layanan Rujukan, tansformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan, transformasi SDM Kesehatan, dan transformasi Teknologi Kesehatan.
Refleksi kepahlawanan dalam kesehatan
Sebelum HKN 2022, masyarakat merayakan momen Hari Pahlawan 2022. Oleh karenanya, dua dokter dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah melalui Dewan Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan pada 7 November 2022. Dua dokter tersebut dinilai berjasa karena ikut berjuang dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Adapun 2 dokter tersebut adalah; Dr. dr. H.R. Soeharto Sastrosoeyoso dan dr. Raden Rubini Natawisastra. Sebelumnya pada 2013, sudah ada dokter yang juga dianugerahi gelar pahlawan nasional.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan anugrah pahlawan nasional kepada dr. Soeharto dan dr. Raden Rubini berangkat dari apa yang telah diperjuangkan mereka semasa hidup sebagai dokter. Adapun pekerjaan yang dilakukan tenaga kesehatan saat ini hasil dari perjuangan dokter di masa lalu.
Budi menerangkan, pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Dr. dr. HR Soeharto karena beliau telah berjuang bersama Presiden Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Berdasarkan siaran tertulis dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. R. Soeharto yang lahir di Tegalgondo, Surakarta, pada 24 Desember 1908 ini dikenal sebagai dokter pribadi Bung Karno. Tak hanya itu, dr. Soeharto juga merupakan rekan perjuangan yang selalu mendampingi Bung Karno dalam sejumlah peistiwa bersejarah di antaranya memulihkan kesehatan Bung Karno menjelang proklamasi sehingga Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dapat dibacakan.
IDI menyatakan, dr. Soeharto juga memfasilitasi Soekarno dan para tokoh perjuangan dalam membahas strategi perjuangan di rumah pribadinya. Termasuk ikut mendampingi Soekarno, Moh. Hatta, dan KRT Radjiman Wediodiningrat dalam perjalanan ke Saigon untuk bertemu Marsekal Terauchi membahas kemerdekaan Indonesia.
Peran positif lain ditorehkan dr. Soeharto dengan mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesian Planned Parenthood Association (IPPA) yang berkedudukan di ibukota Jakarta. Penunjukan dr. R. Soeharto sebagai pahlawan nasional membuat tim PKBI bersyukur dan merasa terapresiasi atas warisan dari tokoh pendiri yang kini diakui secara nasional.
Ketua Pengurus Nasional PKBI Dr. Ichsan Malik, M.Si melalui siaran pers menjelaskan Dr. dr. R Soeharto merupakan Ketua Pertama organisasi PKBI, dokter pribadi presiden Ir. Soekarno, dan juga salah satu pendiri Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Sejak didirikan pada 23 Desember 1957, PKBI telah berkontribusi memperjuangkan Hak Kesehatan Seksual Reproduksi (HKSR) bagi perempuan, remaja, warga miskin dan kaum marjinal di Indonesia.
PKBI juga terlibat dalam upaya penurunan stunting dan angka kematian ibu, membidani lahirnya BKKBN, ikut aktif memberikan layanan kontrasepsi, dan telah diakui oleh lembaga internasional maupun nasional seperti IPPF, WHO, UNICEF, UNFPA, Global Fund, juga BKKBN, Bappenas, Kementerian Sosial, Kementerian Hukum dan HAM, Kemenkes RI.
Pemerintah juga menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada dr. Raden Rubini Natawisastra karena almarhum dinilai telah menjalankan misi kemanusiaan sebagai dokter keliling pada saat kemerdekaan. Bahkan almarhum bersama istrinya dijatuhi hukuman mati oleh Jepang karena perjuangannya yang gigih untuk kemerdekaan Republik Indonesia.
Dokter Rubini lahir di Bandung, 31 Agustus 1906, awalnya mengabdikan diri sebagai dokter di Jakarta. Pada tahun 1934, dr. Rubini dipindahkan ke Pontianak. Di daerah ini ia dikenal sebagai dokter yang rendah hati dan tanpa pamrih. Ia kerap berkeliling mengunjungi desa-desa terpencil di Kalimantan Barat untuk memberikan pertolongan kepada masyarakat dengan berusaha menyejahterakan dan memberikan perlindungan terhadap ibu dan anak, termasuk menurunkan angka kematian ibu dan anak yang kerap terjadi pada praktik dukun beranak.
Usaha dr. Rubini juga dibantu oleh istrinya, Amalia Rubini, yang tergabung dalam gerakan Palang Merah. Amalia Rubini juga berinteraksi dengan perkumpulan istri dokter di Pontianak untuk berbagi informasi dan keterampilan seputar pemberdayaan perempuan dan anak.
Pada masa pendudukan Jepang, dokter Rubini turut merawat kaum perempuan yang menerima kekerasan seksual dari tentara Jepang. Hal ini semakin membulatkan tekadnya untuk melawan penindasan Jepang.
Dokter Rubini mulai mengadakan konsolidasi para aktivis dan sejumlah tokoh pejuang untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang yang rencananya dilaksanakan pada Desember 1943. Namun rencana aksi ini diketahui Jepang karena adanya sejumlah orang yang berkhianat sebagai mata-mata Jepang.
Akibatnya, dr. Rubini bersama istri dan sejumlah tokoh yang dianggap terlibat rencana aksi tersebut diciduk oleh Jepang dan dibantai secara sadis pada 28 Juni 1944 di daerah Mandor. Peristiwa pembantaian ini dikenal sebagai tragedi mandor.
Untuk menghargai jasa dan dedikasi dr. Rubini kepada bangsa dan negara, maka namanya diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Daerah Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Selain itu nama beliau diabadikan pula menjadi nama jalan di Mempawah, kota Pontianak, dan Kota Bandung.
Teladan yang dilakukan oleh Dr. dr. H.R. Soeharto dan dr. Rubini telah melampaui tugas pokoknya sebagai dokter pada waktu itu. Apalagi, kata Budi, dua tokoh ini ikut serta dalam setiap periode sejarah bangsa.
“Melayani masyarakat dengan hati untuk mencegah terjadinya penyakit serta mengobati pasien dengan maksimal merupakan cara menghargai jasa para pahlawan dokter terdahulu,” ujar Budi di Jakarta, Kamis, 10 November 2022 lalu.
Kedua tokoh ini juga telah memberikan teladan bagi para dokter Indonesia, bahwa seorang dokter tidak hanya sekedar menjadi agent of treatment semata, tetapi juga harus terlibat sebagai agent of development bahkan agent of change bagi bangsa dan negaranya.
“Dokter dan tenaga kesehatan yang mengabdi saat ini pun menjadi bagian dari perjuangan nasional. Dengan mengikuti perkembangan teknologi dokter dan tenaga kesehatan terus berupaya meningkatkan kualitas kesehatan melalui upaya promotive, preventif, kuratif, peningkatan kapasitas SDM kesehatan, dan pemerataan akses layanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia,” ucap Budi.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post