Jakarta, Prohealth.id – Eco-regionalisasi sistem pangan berdasarkan sumber daya dan kearifan lokal telah ditetapkan menjadi suatu pendekatan pemerintah untuk mendukung transformasi sistem pangan, sebagaimana tertuang dalam naskah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2025-2045).
Namun, konteks regionalisasi tersebut masih terus berkembang dan membutuhkan studi lebih dalam terutama di skala mikro seperti pedesaan. Karena itu, KRKP bersama dengan Koalisi FOLU Indonesia menginisiasi studi neraca pangan di Desa Krasak untuk melihat implementasi regionalisasi sistem pangan yang dapat menjadi model percontohan regionalisasi sistem pangan di skala nasional.
Hasil dari studi tersebut menggambarkan Desa Krasak sebagai wajah desa tangguh pangan yang dapat memenuhi kebutuhan berasnya sendiri, sehingga tidak terpengaruh lonjakan harga beras yang disebabkan oleh produksi yang menurun dampak el-nino.
Berangkat dari situasi tersebut, Karang Taruna dan Pemerintah Desa Krasak, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Yayasan Lestari Mandiri (LESMAN), dan Koalisi Food and Land Use (FOLU) Indonesia menyelenggarakan Festival Pangan Desa Krasak sebagai puncak dari rangkaian kegiatan riset neraca pangan desa yang telah selesai dilakukan sekaligus memperingati hari pangan sedunia.
Said Abdullah, Koordinator Nasional KRKP, mengemukakan bahwa Festival Pangan Desa Krasak dilakukan sebagai bentuk keprihatinan pada situasi sistem pangan desa yang akhir-akhir ini mendapatkan berbagai ancaman terutama dari perubahan iklim. Ia menyatakan, melalui festival ini ia ingin mengajak semua pihak, terutama pemerintah dan warga desa untuk lebih memperkuat sistem pangan mulai dari tingkat desa. Disrupsi sistem pangan terus terjadi dan bisa jadi makin meningkat ke depan.
“Oleh karenanya kita perlu bersiap dan terus memperkuatnya. Penguatan sistem pangan komunitas dan desa menjadi keniscayaan jika kita ingin memperkuat sistem pangan nasional. Pengalaman selama ini dengan keragaman sistem pangan desa yang ada, Indonesia masih cukup kuat menghadapi situasi sulit jika dibandingkan negara-negara lain” ujarnya melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Selasa (17/10/2023).
Festival ini dikemas dalam bentuk pesta rakyat yang kental dengan unsur seni budaya pangan dan pertanian lokal. Kegiatan yang digerakkan oleh karang taruna desa ini dihadiri oleh ratusan warga Desa Krasak, perwakilan berbagai dinas terkait di lingkup Kabupaten Boyolali, serta Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Jarot Indarto selaku Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata gotong royong. Ini harus terus dijaga demi mewujudkan pangan yang bisa berdaulat. Transformasi pangan tidak cukup hanya melibatkan sektor pertanian saja, tetapi juga memerlukan kesiapan yang dimulai dari keterlibatan pemuda dan pemudi.
“Kami mengapresiasi KRKP, FOLU, LESMAN, dan rekan-rekan lainnya yang sudah bergerak. Hal ini menunjukkan bahwa kita bisa melakukan transformasi dengan bersama-sama,” imbuhnya.
Gina Karina selaku Kepala Sekretariat Koalisi FOLU Indonesia mengungkapkan, Festival Pangan Desa Krasak ini dapat menjadi inspirasi bagi desa lain dalam upaya transformasi sistem pangan. Gina menyatakan, penyelenggaraan Festival Pangan ini diharapkan dapat mendorong peran serta petani, kelompok wanita tani, pejabat desa, dan pembuat kebijakan di kabupaten maupun nasional dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Boyolali, khususnya di Desa Krasak melalui pembangunan di sektor pertanian.
“Lebih daripada itu, rangkaian kegiatan ini juga merupakan salah satu percontohan praktik baik dari wujud regionalisasi sistem pangan di tingkat mikro, yang diharapkan selanjutnya akan dapat dikembangkan dalam skala yang lebih luas di tingkat regional,” tambahnya.
Berlangsung sejak pagi hingga malam hari, Festival Pangan Desa Krasak mencakup berbagai rangkaian kegiatan untuk kelompok masyarakat yang beragam, mulai dari diskusi publik lewat sarasehan sistem pangan desa, pentas seni ketoprak yang mengangkat cerita pangan desa, dan pameran produk pangan masyarakat desa, keikutsertaan keluarga dalam lomba olahan pangan, serta pelibatan anak-anak dan remaja dalam kompetisi cerdas cermat dan karya tulis.
Selain itu disajikan juga instalasi lorong pangan desa yang menghadirkan foto-foto pangan pertanian dan informasi hasil kajian situasi pangan karya pemuda setempat dari hasil pelatihan yang dilakukan sebagai rangkaian kegiatan pra-festival sejak akhir September lalu.
Pada akhir acara, dilakukan arak-arakan hasil bumi dan bancaan atau makan bersama seluruh warga desa. Suparno, Kepala Lurah Krasak menyatakan kegembiraannya dengan dilakukannya Festival Pangan ini. Menurutnya penguatan pangan di desanya tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah desa, tetapi juga perlu dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah.
Suparno berharap dengan adanya Festival Pangan ini masyarakat lebih meningkat kesadarannya untuk bersama-sama pemerintah desa menjaga situasi pangan. Dengan demikian Krasak bisa terus menjadi desa yang tangguh pangan seperti selama ini. Asal tahu saja, Desa Krasak saat ini telah memiliki produksi pertanian yang baik dengan rasio lahan pertanian dan kebutuhan pangan yang mencukupi. Desa Krasak juga menunjukkan potensi pertanian berkelanjutan yang memadai.
“Oleh karenanya kami ingin terus mempertahankan bahkan meningkatkannya supaya tidak mengalami kerawanan pangan dan terus tahan pangan” ungkapnya.
Dengan mengusung tema Warisan dan Cerita Pangan Desa, Festival Pangan ini diadakan sebagai ruang bagi semua lapisan masyarakat desa untuk merayakan keberhasilan menjaga ketahanan pangannya di tengah ancaman krisis pangan yang ada.
Selain itu dengan festival ini juga diharapkan kemauan untuk terus bersama-sama menjaga produksi, distribusi dan konsumsi pangan yang bertumpu pada sumber daya lokal. Festival ini, sambung Said, seharusnya menjadi cermin bagi semua masyarakat, baik pada tingkat desa maupun nasional bahwa pilihan memperkuat sistem pangan yang berbasis sumber daya lokal adalah keharusan.
“Belajar dari Krasak, kita bisa melihat bahwa desa-desa yang ada di seluruh Nusantara ini memiliki potensi dan kekuatan untuk menjaga ketahanan pangannya. Jika sistem pangan desa-desa kuat, maka ketahanan dan kedaulatan pangan nasional juga akan kuat,” pungkas Said.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post