Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

HARI TUBERKULOSIS SEDUNIA: Indonesia Peringkat 2 Kasus Terbanyak di Dunia

Sebagai negara yang sukses mencapai peringkat kedua kasus tuberkulosis terbanyak di Indonesia, pemerintah perlu makin gencar melakukan vaksinasi.

by Yulia A.
Wednesday, 26 March 2025
A A
HARI TUBERKULOSIS SEDUNIA: Indonesia Peringkat 2 Kasus Terbanyak di Dunia

Lung x-ray result. (Sumber: Canva/2025)

Jakarta, Prohealth.id – Indonesia menjadi negara kedua terbanyak temuan kasus tuberkulosis (TB). Artinya, Indonesia telah menyumbang sekitar 10 persen dari total kasus global.

Pada Tahun 2023, terdapat sekitar 1.090.000 kasus baru TB di Indonesia dengan angka kematian mencapai 130.000 jiwa atau sekitar 17 kematian setiap jam.

BacaJuga

Semangat Warga Yogyakarta Perangi Rokok

Mau Sehat, Cek Dulu Harga Vaksin dan Booster Vitamin di Rumahsakit

Peneliti Nasional Vaksin TB Erlina Burhan menjelaskan TB adalah penyakit kuno, bahkan teridentifikasi dari temuan lesi TB di mumi. Adapun Robert Koch pada tahun 1882 yang pertama kali menemukan bakteri penyebab TB, yaitu Mycobacterium tuberculosis.

Ia mengungkapkan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi TB, termasuk pengembangan vaksin BCG pada tahun 1921 dan obat-obatan sejak tahun 1940-an. Namun, penyakit ini masih menjadi ancaman kesehatan global.

“Meskipun vaksin BCG telah berjalan selama lebih dari satu abad, efektivitasnya dalam mencegah TB paru pada remaja dan dewasa masih terbatas,” kata Erlina pada Senin (24/3/2025).

Menurut Erlina, hal ini menjelaskan mengapa TB masih menjadi masalah kesehatan meskipun cakupan imunisasi BCG di Indonesia cukup tinggi.

Erlina mengatakan mayoritas anak di Indonesia menerima vaksin BCG setelah lahir sebagai bagian dari program imunisasi nasional. Namun, vaksin ini hanya efektif mencegah bentuk TB berat pada anak-anak.

“Bukan pada remaja dan dewasa. Oleh karena itu, perlu vaksin TB baru yang lebih efektif dalam memberikan perlindungan terhadap populasi yang lebih luas,” sambungnya.

Dia mengungkapkan vaksin kandidat M72/AS01E saat ini sedang menjalani uji klinis fase 3 yang dimulai pada Maret 2024. Uji coba tersebut berlangsung di lima negara, termasuk Indonesia, dengan melibatkan hingga 20.000 peserta, termasuk individu dengan HIV.

Jika berhasil, kata Erlina, M72/AS01E bisa menjadi vaksin pertama dalam lebih dari satu abad yang mencegah TB paru pada remaja dan dewasa.

“Vaksin M72/AS01E telah menunjukkan perlindungan sekitar 50 persen dalam uji klinis fase 2b selama tiga tahun pada orang dewasa yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. WHO memperkirakan bahwa dalam jangka waktu 25 tahun, tingkat perlindungan ini dapat menyelamatkan 8,5 juta jiwa,” kata dia.

Lebih lanjut, vaksinasi bisa encegah 76 juta kasus baru TB. Tak hanya itu, vaksinasi bisa menghemat biaya sebesar USD 41,5 miliar bagi rumah tangga yang terdampak TB.

Indonesia menjadi salah satu lokasi utama dalam uji klinis fase 3 vaksin M72/AS01E sejak 2022. Per Maret 2025, jumlah subjek yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini di Indonesia hampir mencapai 2.000 orang.

Namun, menurut Erlina, keberhasilan vaksin tidak hanya terukur dari efektivitasnya dalam uji klinis, melainkan juga dari kemampuannya menjangkau di masyarakat luas.

Oleh sebab itu, dia berpendapat ada beberapa aspek yang harus mendapat perhatian ekstra. Pertama, vaksinnya harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kedua, masyarakat harus bisa dengan mudah mengakses layanan oleh. Ketiga, biaya vaksinasi harus terjangkau. Tarkahir, pemerintah harus mengedukasi masyarakat terkait manfaat dan risiko vaksin tersebut.

 

Banyak Tak Terdeteksi

Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI Ina Agustina Isturini mengunghkapkan lebih dari 10 juta orang sakit TB. Terdapat sekitar 1 juta orang meninggal akibat TBC.

“Dan Indonesia merupakan negara dengan estimasi kasus dan kematian tertinggi kedua di dunia,” ungkapnya.

Dia menyebut dari dari tahun 2020 hingga 2024, terjadi peningkatan proporsi untuk penemuan kasus dan pengobatannya. Namun, belum mencapai jumlah target pemerintah. Masih banyak kasus yang belum terdeteksi.

“Jadi target kita penemuan kasus 90 persen, sedangkan pengobatan TBSO (pasien TB sensitif obat) diharapkan 100 persen dan TBRO 90 persen. Saat ini TBSO 90 persen, sedangkan TBRO 68 persen,” bebernya

Dari segi pengobatan, pemerintah menargetkan 90 persen. Namun, realisasinya masih 84 persen.

“Jadi ini merupakan tantangan yang kita harus menempuhi strategi dan informasi dalam menghadapi tantangan ini,” ujarnya.

Terdapat 4 provinsi yang mencapai target, yaitu Lampung, Gorontalo, Banten, dan Sumatera Selatan. Sebagian besar belum mencapai target dan ada 1 provinsi yang masih kurang dari 50 persen, yaitu Papua.

Ina mengatakan pemerintah mengharapkan insiden kasus dan kematian akibat TB menurun 80 persen pada 2030. Dia juga menyadari ini bukan pekerjaan yang mudah dan membutuhkan berbagai inovasi maupun akselerasi, salah satunya dengan vaksin.

“Jadi vaksin TB ini salah satu harapan kita yang luar biasa untuk bisa secara tajam mendorongkan kasus TB di Indonesia,” ucapnya.

 

 

Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bagikan:
Tags: eliminasi TBCPenanggulangan TBCTBTBCtuberkulosistuberkulosis resisten obat

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.