Jakarta, Prohealth.id – Sejumlah inovasi teknologi telah mengubah lanskap perawatan penyakit urologi di Indonesia, antara lain pemanfaatan teknologi robotik dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Prof. Dr. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U(K), FICRS, Ph,D mengatakan kecerdasan buatan, yang berperan penting dalam penerapan Healthcare 5.0, memiliki kemampuan untuk menganalisis data pasien dengan cepat dan akurat sehingga dokter dapat membuat keputusan klinis yang lebih efisien dan personal.
“Peningkatan kesadaran Masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan deteksi dini penyakit prostat menjadi kunci dalam Healthcare 5.0. Sosialisasi dari Kementerian Kesehatan diharapkan mengurangi keterlambatan deteksi kanker prostat, sehingga angka harapan hidup meningkat,” kata Prof. Agus melalui siaran pers dari Biro Humas dan KIP Universitas Indonesia yang diterima di Jakarta, Jumat (17/11/2023) lalu.
Prof Agus mengatakan pencapaian visi Indonesia 2045 perlu mengikuti perkembangan teknologi kedokteran secara global. Penerapan prinsip Healthcare 5.0 dapat dijadikan panduan dalam pengembangan pelayanan kesehatan, termasuk dalam penatalaksanaan penyakit prostat yang semakin bertambah di Indonesia.
Penyakit prostat, yang hanya terjadi pada laki-laki, sering timbul pada usia di atas 50 tahun. Prevalensi pembesaran prostat jinak dapat terjadi hingga 50 persen pada laki-laki di atas 50 tahun. Dalam 20 tahun terakhir, terjadi peningkatan hampir 400 persen kasus dengan perkiraan 13.000 kasus baru setiap tahun.
Sejumlah inovasi teknologi telah mengubah lanskap perawatan penyakit urologi di Indonesia antara lain adalah pemanfaatan teknologi laser dalam penanganan pembesaran prostat jinak, pemanfaatan teknologi robotik pada biopsi prostat, dan penggunaan teknologi robotik untuk operasi pengangkatan kanker prostat.
Teknologi laser membuat pendaran pasien lebih minim, angka komplikasi lebih kecil, pemakaian kateter lebih singkat dan pemulihan cepat sehingga waktu rawat inap menjadi lebih singkat.
Pemanfaatan teknologi robotik pada biopsi prostat juga memiliki tingkat presisi lebih tinggi dalam mendeteksi kanker prostat karena pengambilan sampel area lebih akurat.
Fokus Healthcare 5.0 berpusat pada pasien yang lebih personal dan prediktif sehingga dibutuhkan seluruh data dan analisis dari teknologi mutakhir, kecerdasan buatan, dan pemeriksaan genomik. Salah satu prinsip Healthcare 5.0 adalah kolaborasi jangka panjang dalam upaya pencegahan.
Penyakit prostat dapat dipengaruhi oleh gaya hidup, sehingga intervensi perubahan gaya hidup penting dilakukan. Gaya hidup seseorang dapat disesuaikan dengan hasil analisis sekuens gen. Healthcare 5.0 akan menganalisis seluruh data yang dimiliki, sehingga seseorang akan mendapat saran tentang gaya hidup secara personal untuk mencegah penyakit prostat.
“Dukungan dari pemerintah, institusi pendidikan, institusi pelayanan kesehatan, industri, dan organisasi profesi, menjadi elemen penting dalam pengembangan Healthcare 5.0. Semoga upaya ini dapat membawa tercapainya visi Indonesia Emas 2045,” kata Prof. Agus.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post