Jakarta, Prohealth.id – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh dan Universitas Syiah Kuala memberikan beasiswa pendidikan bagi mahasiswa Palestina yang ingin melanjutkan pendidikannya baik strata 1 (S1) maupun pascasarjana (S2), dan doktoral (S3).
Kesepakatan ini tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani antara Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dengan Ikatan Dokter Indonesia. Penandatanganan diwakili oleh Prof. Dr. Ir. Marwan selaku Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dengan Kedutaan Besar Palestina di Indonesia yang diwakili oleh HE. Dr. Zuhair S.M. Al Shun selaku Duta Besar Palestina di Indonesia. Dalam penandatanganan tersebut hadir juga DR Dr Safrizal Rahman, M.Kes, SpOT selaku Ketua IDI Wilayah Aceh.
Prof. Dr. Ir. Marwan selaku Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh menyatakan, pihaknya tidak hanya menjunjung nilai etik dan pendidikan tetapi juga nilai kemanusiaan. Terutama dengan menyadari situasi yang dihadapi oleh masyarakat di Palestina saat ini. Oleh karena itu, civitas akademika ingin memberikan dukungan melalui inisiatif pemberian beasiswa bagi mahasiswa Palestina.
“Kami berharap inisiatif ini dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa Palestina untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan potensi mereka untuk membangun masa depan yang lebih baik,” katanya melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Jumat (29/12/2023).
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, HE DR. Zuhair S.M. Al Shun mengucapkan terima kasih kepada Universitas Syiah Kuala, Ikatan Dokter Indonesia, dan rakyat Indonesia atas beasiswa untuk mahasiswa Palestina. Beasiswa ini merupakan dukungan bagi para mahasiswa Palestina untuk mengembangkan diri, meraih cita-cita mereka.
“Kami sangat berharap agar para mahasiswa Palestina dapat memanfaatkan beasiswa ini dengan sebaik-baiknya, dan para mahasiswa Palestina dapat menjadi duta bangsa Palestina di Indonesia,” ungkapnya.
Kuota 83 beasiswa yang diberikan akan mencakup biaya kuliah, biaya hidup, biaya asrama, visa mahasiswa, asuransi kesehatan. Dana beasiswa diberikan selama empat tahun untuk program sarjana, dan selama dua tahun untuk program pascasarjana.
DR. Dr. Safrizal Rahman, M.Kes, SpOT, selaku Ketua IDI Wilayah Aceh, memerinci 83 kuota beasiswa ini mencakup beberapa jenis. Ada 5 kuota pendidikan kedokteran, 3 kuota kedokteran gigi, 15 kuota kedokteran spesialis, 5 kuota ilmu keperawatan, 3 kuota pasca sarjana ilmu keperawatan, 2 kedokteran hewan, 2 pasca sarjana kedokteran hewan dan kesehatan publik, 15 kuota dari ilmu kelautan dan perikanan, 7 dari sains dan ilmu matematika, 11 kuota dari ilmu teknik dan 6 dari pasca sarjana ilmu teknik, serta 7 kuota dari berbagai fakultas pascasarjana di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
“Kami berharap universitas di sekitar Aceh akan turut berpartisipasi dalam memberikan lebih banyak kuota. Sehingga mahasiswa bisa meneruskan pendidikannya,” kata Dr. Safrizal yang juga Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengapresiasi inisiatif IDI Wilayah Aceh dan Universitas Syiah Kuala ini.
Ketua Umum PB IDI, DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT menyatakan program ini dapat dikembangkan juga oleh IDI wilayah lainnya bekerjasama dengan universitas setempat. Tujuannya, untuk memberikan beasiswa bagi mahasiswa asal Palestina sehingga bisa menyelesaikan pendidikannya dengan baik.
“Program beasiswa Universitas Syiah Kuala dan IDI Wilayah Aceh kepada mahasiswa Palestina merupakan upaya nyata untuk memberikan kesempatan pendidikan bagi generasi muda Palestina,” kata dr. Adib.
Universitas Syiah Kuala berharap melalui kerjasama muncul nama para calon mahasiswa dari Palestina setidaknya hingga akhir Februari 2024. Dengan demikian para mahasiswa bisa mempersiapkan diri belajar pada bulan April 2024. Universitas Syiah Kuala juga menyiapkan kursus bahasa Indonesia sebelum mulai tahun ajaran baru sehingga memudahkan para mahasiswa Palestina beradaptasi di Indonesia.
Discussion about this post