Jakarta, Prohealth.id – Imunisasi masih menjadi salah satu upaya preventif yang efektif untuk mencegah stunting.
Menurut Dr. dr. Mei Neni Sitaresmi, PhD, Sp.A(K) menjelaskan dalam webinar yang digelar oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Senin (18/4/2022), ada dua masalah utama dalam kesehatan anak di Indonesia. Pertama, adalah kematian dan kesakitan balita. Kedua, masalah stunting pada anak.
“1 dari 30 balita meninggal sebelum usia 5 tahun, dimana 1 per 10 anak berada di beberapa kabupaten wilayah Indonesia Timur,” ujar dr. Neni.
Lebih lanjut, dia menyebut penyebab utama kematian utama bayi dan balita adalha karena rendahnya berat badan anak. Selain itu ada juga beberapa masalah kesehatan pada anak yang menjadi faktor kematian.
Ada radang paru-paru yang memberikan kontribusi 28 persen terhadap penyumbang kematian balita. Berikutnya, adalah penyakit diare atau rotavirus, ketiga adalah penyakit infeksi otak dan campak.
“Syukurnya, semua penyakit ini bisa dicegah dengan imunisasi,” terang dr. Neni lagi.
Peran imunisasi yang krusial bukan hanya sebagai pemberi hak kekebalan pada individu dan kelompok. Sebaliknya, imunisasi sangat penting dalam pencegahan stunting.
“Balita yang tidak mendapat imunisasi lengkap, punya risiko yang lebih tinggi mengalami stunting,” ujarnya.
Selain imunisasi, kelengkapan nutrisi pada anak juga dipenuhi oleh orang tua. Stunting adalah jenis penyakit yang kerap kali terjadi pada anak akibat kekurangan gizi di 1000 hari pertama kehidupan, mulai dari dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.
Adapun masalah stunting di Indonesia cukup tinggi. Saat ini, terdapat 4,7 juta ibu hamil setiap tahunnya, serta hampir separuhnya ada di golongan menengah ke bawah dan separuhnya ada di golongan yang belum mempunyai akses nutrisi untuk ibu hamil dan menyusui.
Secara terpisah, HealthCare Communicator Medical Kalbe, dr. Muliaman Mansyur, dalam live Instagram @kalbefarma.tbk menjelaskan, stunting bisa dilihat dari ketika ibu hamil yang kekurangan nutrisi jangka panjang, mulai ada infeksi, anemia, hingga komplikasi lainnya.
“Pada saat lahir, berat badannya di bawah rata-rata, kurang dari 2 kg. Kemudian juga ada prematur, bayi dan anaknya sering infeksi, tidak dapat ASI,” tuturnya.
Dia juga menjelaskan, nutrisi yang dikenal dengan istilah gizi terbagi dua, yakni gizi makro dan mikro. Gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dalam jumlah tepat dan seimbang yang penting untuk pembentukan organ tubuh serta penyerapan gizi mikro.
Sedangkan gizi mikro, mencakup vitamin dan mineral seperti zat besi, asam folat, vitamin D, kalsium, dan minyak ikan. Semua hal itu sangat penting tepenuhi selama bayi di dalam kandungan Ibu sampai anak berusia 2 tahun.
“Data dari BKKBN menjelaskan bahwa stunting itu bisa mengenai semua lapisan masyarakat, dimulai dari saat ibu hamil tersebut. Mungkin caranya itu yang berbeda kenapa dia jadi stunting, bisa tidak tahu secara edukasi atau nutirisinya tidak seimbang, itu juga berpotensi stunting,” jelas dr. Muliaman.
Namun, kata dr. Muliaman, ciri-ciri anak mengalami stunting belum tentu kurus, walaupun kebanyakan anak stunting bertubuh kurus. Ada ciri-ciri lain yang harus diwaspadai, yaitu tidak sedikit anak yang bertubuh pendek tapi bukan stunting, melainkan karena faktor genetiknya.
Lantaran demikian, ibu hamil perlu mengonsumsi makanan yang seimbang. Juga dibutuhkan asupan tambahan dari susu ibu hamil yang mampu memenuhi gizi makro dan mikro selama masa kehamilan.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post