Jakarta, Prohealth.id – Imunisasi kejar adalah salah satu metode untuk membantu kelompok anak tertinggal dari akses vaksinasi.
Dokter Spesialis Anak Konsultan dr. Arifianto, Sp.A(K) mengatakan imunisasi kejar merupakan upaya memberikan imunisasi kepada individu dengan sebab tertinggal satu atau lebih dosis vaksin dari yang seharusnya diberikan. Pelaksanaanya bisa bersamaan dengan jadwal imunisasi rutin atau pada kegiatan imunisasi khusus.
“Ketepatan waktu imunisasi harus tetap terjaga karena imunisasi itu selain harus ikut dengan jadwal yang ada, sebisa mungkin harus tepat waktu. Ini penting terbukti dengan ketepatan waktu imunisasi sesuai jadwal tingkat kekebalan itu akan tercapai terhadap PD3I dan secara luas akan mencegah terjadinya wabah,” kata dr. Arifianto dalam webinar Kementerian Kesehatan Pekan Imunisasi Nasional (11/4/2022).
Dia menerangkan, upaya imunisasi kejar ini diberikan per individu dengan sebab apapun, tertinggal satu atau lebih dosis vaksin yang seharusnya diberikan, sesuai dengan jadwal imunisasi nasional. Pelaksanaan bisa bersamaan dengan jadwal imunisasi rutin, atau pada imunisasi khusus.
Adapun beberapa catatan penting imunisasi kejar, imunisasi yang tertinggal perlu dilengkapi tanpa mengulang dari awal. Selain itu, imunisasi yang tertinggal dapat diberikan vaksin ganda atau multipel. Oleh karena itu, perlu diperhatikan usia minimal atau maksimal, serta interval minimal antara dua vaksin.
“Dua vaksin hidup dapat diberikan secara bersamaan,” tuturnya.
Menurut dr. Arifianto, imunisasi anak dapat diberikan bila tidak ada indikasi kontra imunisasi. Imunisasi pun perlu dilengkapi bila dokumentasi buruk atau hilang. Selain itu, anak yang belum pernah imunisasi dianggap belum memiliki kekebalan, sehingga rentan terinfeksi.
Ada beberapa jenis imunisasi rutin lengkap.
- Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Usia 0-11 bulan antara lain;
- HB0 1 dosis
- BCG 1 dosis
- DPT-HB-Hib 3 dosis
- Polio tetes (OPV) 4 dosis
- Polio suntik (IPV) 1 dosis
- Campak Rubela 1 dosis
- Imunisasi Lanjutan Baduta pd anak usia 18-24 bulan :
- DPT-HB-Hib 1 dosis
- Campak Rubela 1 dosis
- Imunisasi Lanjutan Anak Sekolah Dasar/sederajat pd Program Tahunan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
- Campak Rubela dan DT pd anak kls 1
- Td pada anak kls 2 dan 5
TIDAK ADA BAHAYA KELEBIHAN VAKSIN
Lebih lanjut, dr. Arifianto menjelaskan berdasarkan data Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), anak sebenarnya boleh menerima imunisasi lebih dari satu jenis dalam sekali kunjungan. Oleh karena itu, bisa saja dokter atau tenaga medis imunisasi memberikan lebih dari satu suntikan, dalam sekali kunjungan.
“Anak sangat jarang ada kontra indikasi pada imunisasi. Kecuali anak sedang sakit. Misal orang tua lupa pada kondisi anak saat imunisasi, anggap aja dosis ketiga lupa, sehingga bisa dikasih dosis keempat dan kelima. Vaksin itu kelebihan tidak apa-apa, bahaya itu justru kalau tidak ada,” tegasnya.
Dia pun menjelaskan, bahwa anak kalau diberikan suntikan di paha, artinya ada titik lain yang bisa diberikan. Alhasil sangat umum bagi dokter anak mempraktikkan dalam satu tempat bisa dua suntikan.
“Intinya adalah ada jarak 2,5 sentimeter,” beber dr. Arifianto.
Maka dari itu, dia menegaskan orangtua tidak perlu resah dalam memilih salah satu imunisasi. Sebagai contoh, bisa saja orang tua memutuskan anak melanjutkan imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) kemudian beberapa waktu menerima vaksin measles campak dan rubella (MR). Keduanya bisa langsung diberikan secara bersamaan dan dipastikan aman.
Tak hanya itu, dr. Arifianto juga menyebut jumlah kunjungan imunisasi juga berpengaruh pada trauma psikologis anak. Adapun penelitian itu membuktikan ketika anak lebih sering berkali-kali di-imunisasi itu ternyata bisa menimbulkan trauma psikologis yang lebih besar, jumlah kunjungan imunisasi itu membuat dia trauma.
Sebagai solusi, dengan memperkecil jumlah kunjungan dan memberikan lebih dari satu vaksin dalam satu kali kunjungan diharapkan bisa mengurangi trauma anak.
“Secara prinsip imunologi itu sudah ada CDC tidak ada masalah untuk memberikan vaksin secara simultan (bersamaan) tadi,” sambungnya.
Epidemiolog Kesehatan Ahli Muda, dr. Tri Setyanti, M.Epid, dari Ditjen P2P Kementerian Kesehatan secara terpisah pun mengingatkan, pemenuhan imunisasi sangat penting. Apabila anak tidak diimunisasi lengkap, tidak memiliki kekebalan sempurna dia menjadi rentan terhadap penyakit-penyakit berbahaya sehingga mudah tertular penyakit, cacat, menderita sakit berat bahkan meninggal dunia.
“Selain itu, si anak menjadi sumber penularan penyakit bagi orang lain,” tuturnya.
Dia menambahkan, sebagai akumulasi bagi anak yang tidak mendapat imunisasi rutin lengkap maka tidak akan terbentuk Kekebalan Kelompok atau herd immunity.
Akibat pandemi Covid-19 yang menghambat proses imunisasi, dr. Tri mengingatkan lagi, agar pelayanan imunisasi wajib tetap dilakukan dengan menerapkan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi serta prinsip menjaga jarak aman 1-2 meter (physical distancing), sehingga pelaksanaan imunisasi tetap aman untuk petugas kesehatan dan sasaran.
“Selain itu pemberian imunisasi ganda menjadi upaya yang efektif dan efisien untuk optimalisasi pelayanan imunisasi pada masa pandemi Covid-19,” pungkasnya.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post