Sebanyak 40 negara, termasuk Indonesia, menerima alokasi dana pandemi putaran 2 dengan total nilai 418 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Indonesia sendiri memperoleh dana sebesar 24,9 juta dolar AS. Pengumuman kucuran dana terjadi dalam Pertemuan Dewan Pandemic Fund ke-14 yang berlangsung di Washington, D.C., Amerika Serikat, pada 17 Oktober 2024 lalu.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan apresiasi terhadap Pandemic Fund karena beroperasi dengan cepat.
“Melalui dana Pandemic Fund ini, Indonesia akan tunjukkan contoh peran negara sebagai donor dan penerima manfaat yang menunjukkan hasil nyata dalam penguatan kapasitas nasional, regional dan global dalam kesiapsiagaan dan respons krisis kesehatan kedepannya,” ungkap melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Kamis (24/10/2024).
Proposal Indonesia memiliki nilai paling tinggi oleh Technical Advisory Panel (TAP) dari 146 proposal. Dengan tema Collaborative Approach for Resilient Surveillance and Pandemic Preparedness in Indonesia (CARE-I), proposal tersebut memuat penguatan 6 agenda utama. Antara lain; bidang laboratorium, surveilans, tenaga kesehatan dan komunikasi risiko.
Menteri Luar Negeri periode 2019-2024, Retno Marsudi menyatakan hal ini merupakan kemajuan pesat Pandemic Fund sejak Presidensi G20 Indonesia.
“Dana pembangunan bagi Indonesia adalah wujud upaya kolektif dalam memperkuat kapasitas penanganan pandemi dan ancaman kesehatan global di masa depan,” kata Retno.
Program pendanaan ini akan berlangsung dalam durasi tiga tahun, dengan World Bank, WHO, dan FAO sebagai entitas pelaksana (implementing entity). Kementerian Kesehatan selaku focal point akan mengoordinasikan kolaborasi antar-kementerian dalam implementasinya. Salah satu adalah pendekatan One Health bersama Kemenko PMK, Kemenlu, Kemenkeu, KLHK, Kementan, dan BRIN.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menerangkan hibah ini adalah cerminan kerja sama lintas sektor. Karena itu, butuh komitmen seluruh pemangku kepentingan dalam memperkuat ketahanan kesehatan nasional dan global.
Pandemic Fund mulai aktif pada November 2022 dalam Presidensi G20 Indonesia. Skema ini merupakan mekanisme pembiayaan multilateral. Skema pembiayaan ini bertujuan membantu negara-negara berkembang lebih siap menghadapi pandemi mendatang.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post