Jakarta, Prohealth.id – Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), kebersihan gigi dan mulut merupakan masalah yang sering muncul dalam aspek kesehatan dan sosial terutama pada anak berkebutuhan khusus.
Di Indonesia, persentase anak berkebutuhan khusus sekitar 7–10 persen dari jumlah penduduk. Dari total tersebut, sebanyak 81,36 persen memiliki kebersihan gigi dan mulut yang buruk.
Untuk itu, melalui kegiatan bertajuk “Together We Care” Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia (UI) melalui Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat-Pencegahan (IKGM-P) bekerja sama dengan Fakulti Pergigian Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia mengemas program pertukaran mahasiswa pascasarjana (student exchange) dan staf pengajar UiTM Malaysia di FKG UI, pada 28 April–13 Mei 2023.
Dekan FKG UI, Dr. drg. Nia Ayu Ismaniati, MDSc., Sp.Ort(K), menilai kolaborasi internasional antara Indonesia dan Malaysia perlu dikembangkan secara berkelanjutan agar memberikan dampak yang positif dalam peningkatan pengetahuan serta kompetensi staf dan mahasiswa dari kedua negara.
“Program ini diharapkan dapat mendukung pemerintah dalam upaya penurunan angka penderita penyakit gigi dan mulut di tanah air, terutama bagi anak berkebutuhan khusus,” ujar drg. Nia melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Rabu (24/5/2023).
Pada kesempatan itu, dosen UiTM, yaitu Associate Professor Dr. Mas Suryalis Ahmad dan Dr. Aswin Azzilah, memberi kuliah umum terkait penanganan dan manajemen perilaku pasien berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus lebih rentan mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut karena memiliki kondisi fisik intelektual sosial dan emosional yang berbeda. Penyebabnya dapat dikaitkan dengan infeksi mulut dan penyakit periodontal, kelainan lahir kraniofasial, serta kelainan email.
Permasalahan ini juga bisa disebabkan oleh obat-obatan tertentu, diet khusus, dan masalah kebersihan. Beberapa gangguan yang sering mereka alami adalah penumpukan kalkulus yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis, hipoplasia email, karies, gigi berjejal, maloklusi, anomali gigi, bruxism, keausan permukaan gigi, serta trauma dentoalveolar.
Orang tua bersama guru pendamping di sekolah memegang peranan kunci dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak berkebutuhan khusus. Jika orang tua dan guru aktif membimbing anak melakukan kebiasaan rutin seperti menyikat gigi, angka karies akan berkurang.
Oleh karena itu, dalam kolaborasi FKG UI dan UiTM, para peserta melakukan kegiatan pengabdian masyarakat ke Yayasan yang menangani individu berkebutuhan khusus, yaitu Yayasan Sayap Ibu Bintaro dan Menteng Wadas, serta Rumah Ceria POTADS (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome). Mahasiswa UiTM juga berkesempatan melakukan kunjungan ke fasilitas pendidikan kesehatan di UI, antara lain RSUI, RSKGM FKG UI, dan Rumpun Ilmu Kesehatan.
Discussion about this post