Jakarta, Prohealth.id – Senam aerobic, memanjat tali, angkat besi, push-up, menari, senam, yoga, jogging, lari, sepeda cepat, tracking, dan bela diri.
Beberapa olahraga yang bisa meningkatkan elastisitas otot dan mengurangi risiko cedera pada anak. Olahraga juga berguna untuk menambah rasa percaya diri hingga lebih mudah dalam menyerap pembelajaran di sekolah.
Olahraga tak hanya bisa dilakukan orang dewasa, anak-anak juga harus olahraga untuk menjaga kesehatan fisik dan mentalnya. Aktivitas fisik atau olahraga merupakan salah satu kebutuhan dasar anak agar tumbuh secara optimal. Pengenalan olahraga sejak dini juga bermanfaat untuk kesehatan fisik dan psikologis.
Hal ini diungkap oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(k) yang menyatakan bahwa banyak sekali manfaat mengajak anak olahraga terutama secara psikologis.
“Anak akan merasa disayang, rasa dilindungi, aman, nyaman, merasa diperhatikan dan diharagai,” katanya dalam Seminar Media atau Media Briefing yang diadakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan tema ‘Peran Olahraga untuk Tumbuh Kembang Anak secara Optimal serta Cara Memilihnya’ yang diselenggarakan pada Jumat (22/12/2023).
Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini juga mengungkap, secara biologis, olahraga juga membantu kualitas pengasuhan orangtua.
“Dengan olahraga orangtua secara langsung akan memberi nutrisi, imunisasi, kebersihan, melakukan pengobatan bila anak sakit hingga kualitas tidur anak akan menjadi lebih baik dengan aktivitas fisik,” ujar Rini.
Olahraga, lanjut Rini, juga sarana interaksi orangtua dan anak disamping menstimulasi kemampuan anak. Melalui olahraga, stimulasi tentu dilakukan sesuai dengan umur anak, perkembangan dan kemampuan anak, semua kegiatan yang berupa gerakan tubuh merupakan bagian dari edukasi fisik, olahraga juga bagian dari kegiatan mengisi waktu luang.
Ia pun mengingatkan, manfaat olahraga, bukan hanya untuk anak, Rini menyebut olahraga juga mencegah anak terkena obesitas anak juga akan lebih cerdas dan mudah diterima oleh lingkungan.
“Olahraga menyeimbangkan kalori sehingga mengontrol berat badan, menurunkan risiko obesitas, penyakit Keratokonjungtivitas Vernalis (KV), diabetes, osteoporosis juga meningkatkan penampilan akademis dan psikososial,” jelas dia.
Secara fisik, olahraga pada anak berdampak pada Indeks Masa Tubuh (IMT) anak. Ia mengingatkan agar olahraga untuk anak harus disesuaikan dengan kondisi anak atau dunia anak, aktivitas fisik atau olahraga yang sesuai untuk anak usia dini disesuaikan dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak dalam setiap tahap dan periode umur usia dini baik fisik, mental dan emosional, sarana prasarana juga bisa sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.
Lebih lanjut, Rini mengungkap bagi remaja, olahraga bermanfaat untuk kesehatan fisik yang bermanfaat untuk meningkatkan lean body mass, kekuatan otot dan tulang, meningkatkan kesehatan jantung, peredaran darah, dan mengontrol berat badan.
“Olahraga bagi remaja berguna untuk meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan belajar dan berlatih, meningkatkan kesehatan mental psikologis juga membantu anak mengurangi stres,” paparnya.
Olahraga bagi bayi merupakan sarana bermain dan belajar, Rini menyebut, orangtua dapat mulai mengajarkan aktivitas fisik yang akan membantu perkembangan, khususnya perkembangan motor kasar.
“Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bayi harus diletakkan di tempat yang aman dan orangtua memfasilitasi aktivitas fisik serta tidak menghalangi bayi untuk bergerak baik untuk gerakan motor kasarnya maupun perkembangan lainnya,” beber dia.
Rini menyebut aktivitas fisik bagi balita di masa kini untuk balita di masa kini agar balita bisa berjalan, berlari, memanjat dan lainnya. Olahraga bagi balita diperlukan untuk memperkuat otot kasar dan melatih fungsi dan kemampuan motorik, serta perkembangan lain seperti koordinasi mata dan tangan, keseimbangan dan ritme gerak fisik.
Pada usia Sekolah Dasar, anak sudah lebih lincah dan bisa beraktivitas dalam bentuk permainan yang lebih bervariasi.
“Bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik yang berulang-ulang, kegiatan yang dilakukan antara lain berlari, berenang, melempar, dan menangkap bola,” jelasnya.
Rini mengimbau, orangtua perlu memperhatikan asupan cairan jika anak berolahraga. Anak sebaiknya minum cairan yang sejuk (bukan dingin), sebelum, selama dan setelah olahraga, siapkan cairan sekitar 200-250 cc (1 gelas) setiap 20 menit berolahraga.
Tak hanya itu, pemanasan sebelum olahraga perlu diperhatikan, biasakan melakukan pemanasan sebelum olahraga. Jika harus melakukan aktivitas seperti sepeda siapkan alat pelindung diri seperti helm, waktu untuk olahraga yang spesifik, yang membutuhkan gerakan yang sama secara berulang-ulang.
“Perhatikan kecepatan gerakan dan berhati-hatilah akan terjadi cedera akibat gerakan,” tandasnya.
Pahami Kondisi Anak
Dokter Spesialis Olahraga dan Ketua Bidang Penelitian Pengembangan dan Survei Keprofesian Pengurus Besar Ikatan Doter Indonesia (PB IDI) DR Dr Listya Tresnanti Mirtha, SpKO menyebutkan penetapan kondisi anak sangat penting bagi ketrampilan khusus dalam olahraga bagi anak dan remaja.
“Semakin dini seorang anak berada dalam proses perkembangan pematangan, semakin kecil kemungkinan terjadinya koordinasi multi-tugas dari semua domain fungsional,” katanya.
Tata, panggilan akrab Dr Listya menjelaskan, olaharaga merupakan intergasi fungsional dan pelaksanaan kecepatan, keseimbangan, koordinasi motorik, motoricpilan visual, keterampilan kognitif hingga keterampilan motorik perseptual.
“ni berkaitan dengan pemilihan olahraga harus disesuaikan dengan kebutuhan anak,” papar dia.
Lebih lanjut, Tata mengungkap, pedoman dalam olahraga harus memperhatikan aspek keamanan, kesenangan, pembelajaran dan kebugaran. Ia menegaskan, olahraga untuk anak disamakan dengan orang dewasa, terutama terkait dengan aspek keamanan.
“Perlu memodifikasi dan menyesuaikan gerakan atau teknik yang lebih sederhana,” jelasnya.
Lokasi perlu diperhatikan juga, Tata menyebut lapangan bermain yang lebih kecil, waktu permainan yang lebih singkat dan lawan harus disesuaikan dengan berat badan anak. Jika anak merasa tidak senang dengan olahraga yang dia lakukan, maka akan menghilangkan kesempatan untuk mempelajari olahraga lain yang mungkin disukai anak.
“Pada usia anak, tujuan olahraga bukan untuk kemenangan namun untuk belajar, mengalami, dan menikmati proses di dalamnya,” ungkapnya.
Olahraga, kata Tata harus ditekankan pada pembelajaran, anak belajar tentang sportifitas yang baik, aturan dan kerjasama tim. Ia menerangkan, kompetisi pada anak hanya akan melahirkan rasa tidak cukup pada anak. Oleh karenanya, partisipasi anak dan remaja dalam olahraga terstruktur merupakan cara yang baik untuk saling melengkapi bukan saling menggantikan.
Discussion about this post