Jakarta, Prohealth.id – Pada 17 Februari 2024 lalu, Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D. mengukuhkan Prof. Dr. dr. Amiliana Mardiani Soesanto, Sp.JP(K) sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran (FK) UI.
Pengukuhan gelar berlangsung di Aula IMERI FKUI. Pengukuhan Prof. Amiliana setelah orasi ilmiah berjudul “Beban Ganda Masalah Penyakit Jantung Katup di Indonesia: Tantangan dan Strategi ke Depan”.
Dalam pidatonya, Prof. Amiliana menyebut bahwa penyakit jantung, dalam hal ini penyakit jantung katup, belum mendapat perhatian lebih. Penyakit jantung katup adalah gangguan fungsi salah satu atau lebih katup jantung berupa kebocoran atau penyempitan, atau kombinasi keduanya.
Manifestasi klinis tersering pada gangguan ini adalah gagal jantung yang berakhir dengan disabilitas, penurunan kualitas hidup, hingga kematian dini.
Sebagai pusat rujukan nasional, lebih dari 40 persen kasus jantung katup di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita disebabkan oleh Penyakit Jantung Rematik (PJR). Bahkan, hampir 30 persen akibat proses degeneratif pada pasien yang lebih tua. Sementara itu, PJR yang merupakan gejala sisa dari Demam Rematik Akut (DRA) pada masa kanak-kanak. Umumnya akan berdampak pada usia dewasa muda, terutama pada perempuan.
Hal ini menyebabkan berkurangnya individu produktif yang sehat dan timbulnya masalah maternal. Kedua jenis penyakit jantung katup pada dua kelompok usia yang berbeda menyebabkan beban ganda bagi masyarakat dan negara. Perbaikan atau penggantian katup secara intervensi bedah maupun nonbedah menyebabkan negara menanggung biaya yang sangat tinggi.
Pada pasien usia lanjut, risiko tindakan dan keuntungan klinis harus dipertimbangkan mengingat tingginya risiko pembedahan. Panduan internasional merekomendasikan intervensi transkateter sebagai alternatif pembedahan untuk mengatasi beberapa kelainan katup. Intervensi transkateter adalah prosedur nonbedah tanpa membuka dinding dada dan jantung. Terlepas dari manfaat dan keuntungannya untuk pasien, intervensi transkateter berbiaya sangat tinggi.
PJR merupakan penyakit jantung katup yang berawal dari infeksi tenggorok oleh kuman Streptococcus beta hemolyticus grup A yang menimbulkan reaksi inflamasi dan autoimun. Menurut Prof. Amiliana, hanya sekitar 1-3 persen kasus yang akan menjadi DRA. Pencegahan penyakit ini apabila pasien DRA tidak ada pengobatan atau pencegahan sekunder yang adekuat, secara perlahan PJR bisa terjadi. Untuk mencegah PJR, perlu skrining terhadap kasus yang belum bergejala.
“Pada akhirnya, diperlukan suatu strategi yang melibatkan komponen masyarakat dan komunitas kesehatan, teknologi dan ilmu kedokteran, serta pemerintah untuk menjawab tantangan masalah penyakit katup di Indonesia. Khusus untuk penanggulangan PJR, masyarakat dan komunitas kesehatan perlu melakukan Tindakan promotif, preventif, edukasi, dan deteksi dini,” kata Prof. Amilia.
Pentingnya teknologi dan ilmu kedokteran untuk mengembangkan peran genetik dalam timbulnya DRA dan PJR, pengembangan vaksin, tes serologi cepat, dan jenis antibiotik profilaksis. Selain itu, perlu teknologi kedokteran dalam pengembangan tata laksana medis dan intervensi. Misalnya pada pembuatan katup buatan yang terjangkau. Pemerintah juga berperan membuat kebijakan program pengendalian PJR untuk memastikan ketersediaan regimen antibiotik pada pencegahan sekunder PJR, serta kemudahan akses layanan kelainan katup secara keseluruhan.
Sebelum melakukan kajian tentang penyakit jantung katup, Prof. Amiliana melakukan banyak penelitian. Publikasi ilmiah terakhirnya adalah Clinical Outcome of Rheumatic Mitral Valve Repair and Replacement Surgery in Indonesia; A Comparison with Non-Rheumatic Aetiology (2024).
Prof. Amiliana merupakan peneliti utama INA-RHD, National Registry of Rheumatic Heart Disease sejak 2022 hingga sekarang. Pada 2020, ia menerima Penghargaan Ristek-BRIN Kategori Artikel Ilmiah Berkualitas Tinggi Bidang Kesehatan dan Obat, serta merupakan penerima HIBAH PUTI Tahun 2022.
Secara terpisah, Medico Marketing Genme PT Kalbe Farma Tbk, dr. Rebeka Hotmauli, mengatakan bahwa penyakit jantung banyak jenisnya. Penyakit jantung dan serangan jantung memiliki perbedaan. Serangan adalah penyempitan pembuluh darah yang sifatnya mendadak, jadi ketika beraktivitas lalu tiba-tiba nyeri dada yang sifatnya serangan.
“Kalau serangan jantung sudah pasti sakit jantung, tetapi sakit jantung belum tentu serangan jantung,” ujar dr. Rebeka dalam live Instagram @ptkalbefarmatbk.
Menurut dr. Rebeka, ada berbagai cara untuk menjaga kesehatan jantung dengan menjaga pola hidup sehat. Pertama, memberikan tubuh waktu istirahat. Kedua, melakukan diet gizi seimbang dengan mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan masing-masing. Ketiga, berolahraga sesuai dengan umur. Terakhir memperhatikan rsiko gangguan kesehatan jantung dari faktor genetik atau keturunan.
“Kita lihat apakah orang tua kita ada penyakit jantung atau tidak, warning sekali secara keturunan kita. Apalagi lebih dari satu orang, ada ayah kita, paman kita, tante kita dari satu garis semua kena, berarti kita punya risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung,” kata dr. Rebeka.
Menurut Journal of the American Heart Association tahun 2021, orang dengan genetik lebih berisiko jika pola hidupnya tidak baik. Ini bisa langsung meningkatkan risiko sampai 5 kali lipat untuk seseorang terkena penyakit jantung.
Tes nutrigenomik bisa untuk melakukan pemeriksaan risiko genetik atau keturunan. Nutrigenomik merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara genetika individu dengan nutrisi dan dampaknya terhadap kesehatan. Tes nutrigenomik merupakan salah satu produk GENME by Kalbe, dari PT Kalbe Farma Tbk melalui anak perusahaannya, PT Innolab Sains Internasional.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post