Di Kelurahan Kayu Manis, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, RW 06, kita bisa menemukan pemandangan unik yang tak banyak ada di DKI Jakarta. Kampung RW 06 telah mendedikasikan wilayahnya sebagai kampung bebas asap rokok. Tak heran jika jalan masuk ke RW 06 melalui gang kecil dengan mural tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di sisi kiri-kanan dinding gang. Tampak jelas komitmen warga untuk menjadikan wilayah tersebut bebas asap rokok sehingga menjamin kesehatan warga.
Dalam pantauan Prohealth.id, RW 07 yang bersebelahan dengan wilayah RW 06 ini belum menjadi kampung bebas asap rokok. Tak heran jika di jalan perbatasan dua RW, ini masih banyak ditemukan sisa puntung rokok di kiri dan kanan jalan. Artinya, masih banyak orang merokok secara bebas di wilayah tersebut.
Pada 30 Januari 2023, Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) Azas Tigor Nainggolan bersama tim FAKTA menggelar kegiatan sosialisasi tentang cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) di RW 06. Turut hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut, Ketua RW 06 yang menjadi penggagas Kampung KTR, Sukarya. Ada juga perwakilan dari Kelurahan Kayu Manis, Saptono.
Kepada Prohealth.id, Azas Tigor menceritakan, RW 06 Kayu Manis ini merupakan salah satu kampung bebas asap rokok, atau kampung dengan status kawasan tanpa rokok (KTR) yang diinisiasi oleh FAKTA sejak 2017. Masih ada 6 Kampung KTR lain yang berlokasi di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. “Kita akan berusaha Kampung KTR ini makin banyak. Lalu kampung KTR yang ada saat ini akan didorong menjadi Kampung Sehat,” ungkap Tigor.
Transformasi Kampung KTR menjadi Kampung Sehat bukan tanpa alasan. Rokok sebagai penyebab ragam penyakit tidak menular (PTM), minuman berpemanis juga kini memicu peningkatan kasus PTM. Sebut saja diantaranya; penyakit diabetes, penyakit kanker, dan jenis penyakit kardiovaskular seperti hipertensi sampai jantung.
Penelitian dari Harvard School of Public Health menunjukkan beberapa efek membahayakan dari mengonsumsi minuman kemasan yang mengandung gula atau pemanis buatan tersebut yaitu obesitas, diabetes, penyakit jantung, menurunnya kesehatan tulang dan penyakit persendian, kematian dini, dan lainnya. Artinya, produk MBDK sudah jelas berbahaya bagi kesehatan karena kandungan gula yang berlebih akan tetapi masih mudah dijangkau oleh masyarakat.
Tigor menerangkan, selain rokok, produk MBDK berbahaya karena mengandung gula berlebih atau pemanis buatan seperti sirup jagung dengan fruktosa, sukrosa, konsentrat buah, minuman ini tentu akan membahayakan kesehatan bila dikonsumsi berlebihan, yang termasuk ke dalam kategori minuman berpemanis adalah minuman dalam kemasan, minuman sachet, dan lain sebagainya.
Selain itu, minuman yang dianggap minuman sehat seperti yogurt, susu, minuman vitamin dalam kemasan ternyata juga memiliki kandungan gula yang tinggi. Rata-rata minuman berpemanis dalam satu kaleng bisa mengandung tujuh hingga sepuluh sendok teh gula. Jika satu sendok teh gula beratnya 4,2 gram, maka bisa diketahui berapa gram kandungan gula yang ada dalam satu kaleng minuman tersebut.
“Perwujudan kampung sehat itu tergantung [komitmen] kita. Maka saat ini penting bagi kita mendorong pemahaman warga juga tentang cukai MBDK,” sambung Tigor.
Penggagas Kampung KTR Kayu Manis, dr. Desy Safitri menjelaskan warga RW 06 sudah memiliki pemahaman tentang standar membiasakan kehiduoan sehat. Misalnya saja dengan metode CERDIK yaitu; cek kesehatan, enyahkan rokok, rajin olah raga, diet seimbang, dan kelola stres. Oleh karena itu, menurut dr. Desy, seharusnya bukan hal yang sulit bagi warga mulai membiasakan hidup dengan mengendalikan minuman berpemanis.
“Caranya dengan membiasakan juga komposisi mengonsumsi gula dan garam itu terkendali. Rumusnya GGL alias gula, garam, lemak, rumusnya 4,1,5” jelas dr. Desy.
Secara rinci, rumus 4-1-5 itu adalah G4-G1-L5. Dikutip dari situs Promosi Kesehatan Kemenkes RI, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10 persen dari total energi (200 kkal), atau setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari. Ini setara dengan 50 gram per orang per hari. Sementara anjuran konsumsi garam adalah 2000 mg natrium atau setara dengan garam 1 sendok teh (sdt) per orang per hari, atau sama dengan 5 gram per orang, per hari. Lalu anjuran konsumsi lemak per orang, per hari adalah 20-25 persen dari total energi (702 kkal), atau setara dengan lemak 5 sendok makan, per orang, per hari. Ini sama dengan 67 gram per orang, per hari.
Sementara itu, Project Lead Food Policy dari Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Aufia Espressivo menjelaskan, cara mengontrol konsumsi gula harus dipahami warga dengan membedakan jenis karbohidrat. “Ada karbohidrat kompleks, dan karbohidrat sederhana.”
Biasanya, lanjut Ivo, kadar gula dalam karbohidrat kompleks tidak membuat kadar gula naik secara cepat. Sebaliknya, karbohidrat sederhana memiliki kemampuan membuat kadar gula naik secara cepat karena mengikat darah. “MBDK itu masuk dalam karbohidrat sederhana sehingga menyebabkan risiko penyakit jika dikonsumsi berlebihan,” tuturnya.
Sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sri Wahyuni dalam kegiatan sosialisasi di Kampung KTR menerangkan bahwa banyak masyarakat yang belum memiliki literasi dalam mengonsumsi makanan. Sebagai contoh, sangat jarang warga yang terbiasa mengecek tanggal kadaluarsa pada makanan atau minuman dalam kemasan.
Kondisi ini diperparah dengan kesengajaan industri yang memasang label komposisi nilai gizi dalam makanan atau minuman dengan ukuran yang kecil. Akibatnya, masyarakat pembeli cenderung abai atau bahkan sama sekali tidak mengecek komposisi nilai gizi.
“Maka perlu ada desakan juga ke industri melalui kewenangan pemerintah, agar label komposisi nilai gizi ini lebih besar sehingga terlihat jelas oleh pembeli,” terangnya.
Sri Wahyuni juga membeberkan tentang kondisi bahwa pengendalian konsumsi MBDK melalui cukai akan sangat menolong konsumen mengendaliakn kadar gula dalam tubuhnya. “Beberapa negara yang sudah ada cukai MBDK, pilihannya konsumsi minuman menurun karena lebih mahal. Atau, jika harganya tetap sama, pasti jumlah pemanisnya menurun karena gulanya lebih mahal,” terang Sri Wahyuni.
Komitmen warga RW 06 untuk mengendalikan rokok melalui Kampung KTR merupakan langkah awal untuk mewujudkan Kampung Sehat di DKI Jakarta. Salah satu kebiasaan atau budaya yang bisa dimulai oleh warga Kampung KTR antara lain dengan cara membiasakan tidak memberikan teh manis kepada tamu dengan takaran gula yang banyak.
“Bisa kita mulai biasakan untuk memisahkan gula dengan teh yang mau dikasih ke tamu. Kita persilakan tamu untuk meracik sendiri gulanya. Mungkin terkesan tidak sopan, tetapi itu bisa membantu menurunkan konsumsi gula,” tutur Yuni.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post