Jakarta, Prohealth.id – Deteksi dini merupakan kunci utama keberhasilan penanganan kanker hati maka pemantauan penyakit perlu dilakukan secara berkala, khususnya bagi pasien dengan riwayat Hepatitis B dan C yang memiliki risiko kanker hati lebih tinggi.
Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2020, kanker hati merupakan salah satu dari 4 penyebab kematian akibat kanker terbesar di Indonesia, dengan jumlah kasus mencapai 21.392 orang meninggal.
Karsinoma sel hati atau hepatoseluler karsinoma adalah salah satu jenis kanker hati yang paling umum dengan prognosis/kemungkinan terjadinya penyakit yang sangat tinggi. Di dunia, terdapat sekitar 750.000 orang per tahun yang didiagnosis memiliki karsinoma sel hati dan seringnya terdiagnosis ketika sudah memasuki stadium lanjut.
Dr. dr. Cosmas Rinaldi Lesmana, SpPD-KGEH, FACP, FACG, FINASIM, Spesialis Gastroentero-Hepatologi, MRCCC Siloam Hospital mengatakan, di Indonesia sendiri, kejadian kanker hati sekitar 13,4 per 100.000 penduduk. Kanker hati merupakan salah satu tantangan kesehatan besar yang perlu diperhatikan di Indonesia. Hal ini karena gejala kanker hati tidak dapat terdeteksi dengan mudah dan memiliki perburukan penyakit yang cepat. Sementara itu, kunci utama keberhasilan penanganan kanker hati adalah dengan ditemukannya kanker dalam stadium dini sehingga dapat ditangani secara optimal.
Namun demikian, kurangnya pemahaman terhadap faktor risiko serta kesadaran atas pentingnya pemeriksaan rutin menjadi tantangan dalam penanganan kanker hati sehingga sebagian besar pasien datang dan terdiagnosis dalam stadium lanjut.
Dia menjelaskan pada umumnya, kanker hati tidak menunjukkan gejala kecuali saat sudah memasuki stadium lanjut. Seringkali gejala kanker hati yang dirasakan oleh pasien mirip dengan gejala penyakit lainnya.
“Oleh karena itu, masyarakat perlu memeriksakan diri untuk memberikan petunjuk gejala yang umumnya tidak dirasakan oleh pasien,” katanya.
Selain itu, bagi pasien yang memiliki risiko tinggi, pemeriksaan perlu dilakukan secara rutin, misalnya setiap 6 bulan sekali dengan pemeriksaan USG dan cek darah. Hal ini sangat penting untuk membantu masyarakat untuk dapat menemukan kanker hati sejak stadium dini sehingga dapat diobati secara tepat waktu dan efektif untuk meningkatkan harapan hidupnya.
Prof. Dr. dr. Aru W Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, Spesialis Hemato-Onkologi Medik, MRCCC Siloam Hospitals, mengatakan, masyarakat harus mengerti bahwa pemeriksaan rutin pada individu yang memiliki faktor risiko sangat penting untuk dilakukan mengingat penyakit kanker hati ini progresinya alias perburukan penyakit cukup terjadi dengan sangat cepat.
Dia menjelaskan, selain surveilans, pengobatan kanker hati yang dilakukan secara optimal pada pasien yang sudah terdiagnosis kanker hati juga penting untuk meningkatkan harapan hidup. “Di Indonesia sendiri, berbagai macam modalitas terapi di Indonesia sudah tersedia untuk kanker hati stadium dini dan stadium lanjut, termasuk yang paling inovatif yaitu imunoterapi untuk kanker hati yang bekerja dengan cara membangkitkan sistem imun di dalam tubuh pasien sendiri untuk melawan sel kanker,” ungkapnya.
Direktur MRCCC Siloam Hospitals dr. Adityawati Ganggaiswari, M.Biomed, menambahkan kanker hati seringkali disebut dengan “The Silent Killer”. Meski begitu dia yakin prevalensi kanker hati sangat mungkin untuk ditekan dengan kesadaran di masyarakat, di antaranya dengan deteksi dini, pencegahan dan pengobatan untuk menghentikan silent killer ini sebelum terlambat.
“Sebagai bentuk komitmen kami untuk meningkatkan pelayanan dan memberikan hasil perawatan yang terbaik untuk pasien kanker hati, kami menyediakan pusat pelayanan khusus untuk penyakit hati, termasuk pelayanan pemeriksaan USG, AFP dan PIVKA II untuk membantu deteksi dini dan diagnosis kanker hati, hingga program bantuan penyediaan akses untuk pengobatan kanker, diantaranya program PILAR atau Program Mitra Layanan Akses yang bekerjasama dengan Roche,” ungkapnya.
Ahmed Hassan, Director, Country Manager Diagnostics, PT Roche Indonesia, mengatakan Roche percaya bahwa titik awal penanganan tantangan kesehatan di dunia dan di Indonesia harus dimulai dari pencegahan dan deteksi dini.
“Jika kita dapat membuat orang lebih sehat lebih lama dan mencegah berkembangnya penyakit serius, maka kita dapat secara bersamaan menyelamatkan semakin banyak nyawa dan secara signifikan mengangkat beban sistem perawatan kesehatan yang ada saat ini,” ujar Ahmad.
Dia menyebut Roche menghadirkan alat-alat berbasis teknologi tinggi untuk melakukan skrining rutin, diagnostic dan monitoring sehingga dapat membantu tenaga kesehatan profesional memfasilitasi masyarakat dalam melakukan deteksi dini untuk membatasi dampak kondisi kesehatan yang dapat memburuk.
“Kami juga percaya bahwa kemajuan terobosan dalam ilmu kesehatan dan kedokteran hanya akan bermakna ketika dapat menjangkau orang-orang yang membutuhkan,” tuturnya.
Untuk itu, kemitraan sangat diperlukan untuk memastikan setiap orang memiliki akses ke diagnosis dan pengobatan yang lebih baik. Ahmad menyebut Roche Indonesia sangat mengapresiasi kemitraan yang dilakukan bersama berbagai pihak, salah satunya dengan MRCCC Siloam Hospitals.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post