Pada Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang membahas mengenai Perkembangan Hasil Penelitian Obat Mengandung EG/DEG pada Kasus Gagal Ginjal Akut, Kamis, 24 November 2022 lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengklaim telah susah mengatasi kasus gagal ginjal akut pada anak.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syaril memberikan informasi terbaru bahwa selama 2 minggu terakhir tidak ada penambahan kasus. Hingga saat ini tercatat terdapat 324 kasus dari 27 provinsi di Indonesia.
“Dan saat ini yang sedang dirawat tinggal 11 orang. Ini merupakan upaya bersama, yang mana angka penambahan tidak ada dan juga tidak ada angka kematian lagi,” ungkap dr. Syahril dikutip dari siaran pers yang diterima Prohealth.id, Senin (28/11/2022).
Sementara itu, Plt. Direktur Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor BPOM Togi Junice Hutadjulu juga memberikan keterangan bahwa semenjak kasus ini mencuat, BPOM langsung melakukan investigasi dan penelusuran terhadap obat-obatan yang digunakan oleh pasien Gagal Ginjal Akut.
Dia menjelaskan, BPOM melakukan sampling dan pengujian, sehingga didapatkan obat-obatan yang tidak memenuhi syarat. Selain itu, BPOM juga meminta kepada industri farmasi untuk melaporkan kepada BPOM hasil uji bahan bakunya secara mandiri. Dari hasil tersebut, BPOM mengumumkan kepada masyarakat obat-obat apa saja yang sudah aman dan dapat digunakan oleh masyarakat.
Sampai dengan 17 November 2022, BPOM telah merilis daftar produk sirup obat yang aman, yakni 168 produk sirup obat tidak mengandung 4 pelarut (Propilen Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol, dan/atau Gliserin/Gliserol), sehingga tidak mengandung cemaran EG/DEG dan aman untuk diedarkan. Ditambah 126 produk dari 15 industri farmasi yang dinyatakan telah memenuhi ketentuan sesuai kriteria, sehingga direkomendasikan untuk dapat diedarkan.
Togi juga menjelaskan bahwa hasil pengawasan dan penelusuran BPOM ditemukan 5 Industri Farmasi yang melakukan pelanggaran.
“Produsen ini diberikan sanksi administratif berupa pencabutan sertifikat CPOB dan pencabutan izin edar produk sirup yang diproduksi oleh 5 produsen tersebut. Selain terhadap produsen, BPOM juga mencabut sertifikat CDOB dari 2 sarana distribusi Pedagang Besar Farmasi karena menyalurkan bahan baku yang tidak memenuhi syarat,” jelas Togi.
Perkembangan terkini mengenai penelitian berupa pengujian sirup obat masih terus berlanjut. Togi menyatakan pihaknya masih melakukan penilaian secara komprehensif. Menurutnya, masih ada cukup banyak obat yang harus dinilai.
“Untuk waktu yang akan datang, kita tentunya akan mengumumkan lagi produk-produk yang sudah disimpulkan aman. Kegiatan ini masih berlangsung terus dan penilaiannya dilakukan secara komprehensif,” jelasnya.
Sekalipun penyakit gagal ginjal akut pada anak-anak mulai teratasi, pemerintah kini justru harus menghadapi bahaya kejadian luar biasa (KLB) dari polio.
Kini telah ditemukan tiga anak positif virus polio tanpa gejala lumpuh layuh mendadak di Kabupaten Pidie, Aceh. Temuan ini berdasarkan hasil pemeriksaan lanjut anak usia kurang dari 5 tahun yang tinggal di sekitar kasus polio pada awal november lalu. Pemeriksaan tinja melalui Targeted Healthy Stools Sampling sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Sebelumnya, pada awal November 2022 ditemukan 1 kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh, sehingga kemudian Kabupaten Pidie menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio. Pemerintah lekas melakukan penelusuran epidemiologi di sekitar lokasi kasus polio melalui pemeriksaan tinja terhadap 19 anak sehat dan bukan kontak dari kasus yang berusia di bawah 5 tahun. Hal ini dilakukan untuk menilai apakah sudah terjadi transmisi di komunitas.
“Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 anak, didapati tiga anak positif virus polio” ujar dr. Syahril.
Namun demikian, sesuai dengan pedoman WHO, ketiga anak ini tidak dimasukkan dalam kriteria kasus karena tidak memenuhi kriteria adanya lumpuh layuh mendadak. Upaya pemantauan terus dilakukan, termasuk upaya skrining dari rumah ke rumah, untuk memastikan tidak ada tambahan kasus lumpuh layuh yang belum terlaporkan.
Asal tahu saja, penyakit polio sangat berbahaya bagi anak karena dampaknya permanen seumur hidup, menyebabkan kelumpuhan dan belum ada obatnya. Namun kondisi ini dapat dicegah dengan mudah melalui imunisasi polio lengkap baik imunisasi tetes bOPV dan imunisasi suntik IPV
“Oleh karena itu, kita harus lindungi masa depan anak anak kita dengan berikan vaksinasi imunisasi polio lengkap” jelas dr. Syahril
Selain imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kunci kedua dalam pencegahan penularan polio di masyarakat. Adanya virus polio pada feses tinja ketiga anak, menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang.
Masih ada penduduk yang menerapkan BAB terbuka di sungai. Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai untuk berbagai aktivitas penduduk termasuk tempat bermain anak-anak.
“Virus polio ini menular melalui saluran cerna, sementara aktivitas BAB masyarakat masih dilakukan di sungai bukan di jamban, sehingga ada sirkulasi virus dan potensi penularan di sana.” lanjut dr. Syahril.
Selain melalui imunisasi, Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Esther Kristiningrum melalui Instagram Live menerangkan, viruts sendiri merupakan salah satu penyebab infeksi, yang ukurannya sangat kecil, lebih kecil dari bakteri. Bahkan ada virus berukuran 17 nanometer.
Cara cegah infeksi ragam virus
“Walaupun kecil, namun virus bisa menyebabkan infeksi pada tubuh kita. Keunikan lain dari virus, tidak bisa berkembang biak di luar tubuh makhluk hidup. Jadi ibaratnya kayak parasit, menumpang hidup di makhluk hidup, menyerap nutrisi, kemudian memanfaatkan sel di makhluk hidup untuk berkembang biak,” kata dr. Esther.
Dia menegaskan, virus berada di mana-mana dan beterbangan, tidak hanya ada di tempat yang terlihat kotor atau kumuh. Jenis virus pun tak hanya virus penyebab COVID-19 yang selama ini menguras perhatian dunia. Dia mengingatkan ada sekitar 6.500 spesies virus menurut Komite Internasional Taksonomi Virus.
Virus bisa masuk ke dalam tubuh tanpa disadari. Namun, tidak semua virus yang masuk ke dalam tubuh bisa menyebabkan infeksi atau penyakit.
“Virusnya harus berkembang biak dengan cukup, baru bisa menyebabkan infeksi. Kemudian juga terkait daya tahan tubuh kita. Kalau misalnya daya tahan tubuh kita rendah, tentunya akan lebih berisiko untuk terjadi infeksi,” jelas dr. Esther.
Ada beberapa organ tubuh yang sering terkena infeksi virus. Virus masuk melalui hidung atau mulut kemudian melewati tenggorokan dan bisa sampai ke paru dan bisa menyebabkan infeksi di organ-organ tersebut tergantung jenis virusnya.
Saluran pencernaan juga relatif sering terinfeksi virus yang bisa menyebabkan diare. Virus juga bisa menyerang kulit, misalnya virus penyebab cacar air. Virus pun bisa berdampak pada organ lain misalnya jantung, ginjal, atau otak meskipun organ utama yang diserang adalah saluran pernapasan, misalnya virus penyebab COVID-19. Di sisi lain, sering kali disebutkan bahwa infeksi virus merupakan self limiting disease atau bisa sembuh dengan sendirinya.
“Tetapi, bukan berarti ketika terinfeksi virus kita diamkan begitu saja, kita tidak perhatikan bagaimana kondisi tubuh kita, daya tahan tubuh kita. Kalau misalnya seperti itu, bisa jadi yang mungkin seharusnya bisa sembuh sendiri malah jadi lebih berat kondisi penyakitnya atau menyebabkan komplikasi, bahkan sampai meninggal,” ungkap dr. Esther.
Oleh karenanya diperlukan kecukupan gizi, dan pola hidup bersih dan higienis untuk mencegah infeksi virus apapun masuk ke dalam organ tubuh.
“Jadi kalau kita terkena infeksi virus, kita harus perkuat daya tahan tubuh, misalnya dengan konsumsi suplemen vitamin supaya cepat sembuh. Kemudian kalau ada gejala misalnya pilek disertai batuk, atau sakit kepala, kita bisa minum obat untuk menurunkan gejala infeksi virus tersebut,” tambahnya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post