Jakarta, Prohealth.id – Pada tubuh manusia, telah terbentuk sistem imun (daya tahan tubuh) yang berfungsi untuk melawan benda asing, virus, dan bakteri, yang masuk tanpa permisi.
Tugas utama sistem imun sangat penting bagi tubuh manusia. Namun, penyakit autoimun bisa menyerang, mengakibatkan sistem imun justru menyerang organ tubuh manusia dan gejalanya berbeda-beda.
Departemen Medical PT Kalbe Farma Tbk, dr. Nugroho Nitiyoso, MBA, dalam Live Instagram @ptkalbefarmatbk menjelaskan beberapa contoh autoimun. Jenis yang menyerang sendi adalah rheumatoid arthritis, yaitu terjadi radang pada sendi. Jika menyerang kulit, namanya psoriasis, tandanya ada merah-merah atau bersisik warna putih.
“Ada juga systemic lupus erythematosus, yang menyerang berbagai organ tubuh secara tak menentu lokasinya, seperti sendi, kulit, paru-paru, hingga jantung,” kata dr. Nugroho.
Ia menekankan, apabila terjadi keluhan harus segera dikonsultasikan ke dokter. Misalnya, untuk memastikan lutut yang terasa sakit disebabkan oleh pengapuran atau karena rheumatoid arthritis. Begitu juga jika kulit berwarna merah, bisa saja karena iritasi matahari atau karena autoimun.
Faktor risiko orang sering terserang autoimun pun ada banyak, salah satunya genetik. Jenis kelamin juga mempengaruhi, karena perempuan lebih sering mengalami penyakit autoimun daripada pria. Kemudian, polusi udara, termasuk asap rokok, polusi lalu lintas, atau tetangga membakar sampah yang asapnya mengandung banyak radikal bebas.
Ia menekankan, kandungan radikal bebas dapat merusak DNA dari sel-sel imun, lalu salah mengenali organ tubuh manusia, sehingga diserang oleh sel-sel imun tersebut. Sejumlah makanan juga berisiko mengandung radikal bebas, contohnya makanan yang terlalu banyak diolah, banyak mengandung lemak trans, deep fried, juga alkohol.
Risiko autoimun bisa meningkat jika manusia kekurangan beberapa jenis nutrisi. Contoh radikal bebas bisa diminimalisir dengan antioksidan, maka tubuh membutuhkan antioksidan yang alami, misalnya vitamin E, C, D, dan zinc yang menangkal radikal bebas dan itu semua bisa membantu sistem imun bekerja.
“Karena kalau sistem imunnya bisa bekerja dengan baik, bisa mengenali mana sel normal dan mana yang benda asing. Tapi kalau kekurangan nutrisi, maka tidak bisa mengenalinya dan salah sasaran, sehingga bisa terkena autoimun,” tambahnya.
Salah satu nutrisi yang perlu diperhatikan untuk autoimun ialah vitamin D3. Tidak hanya bermanfaat untuk pasien Covid-19 atau infeksi lainnya, Vitamin D3 juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu dalam pengobatan autoimun.
Product Knowledge Brand Prove Family Kalbe, apt. Kenny Kowira menambahkan, Vitamin D3 bukan hanya untuk meningkatkan imunnya, tetapi untuk menstabilkan imun. “Bahkan untuk teman-teman yang sedang mengalami autoimun, dokter akan meresepkan vitamin D3 dengan dosis yang cukup tinggi dalam jangka waktu yang panjang hingga bertahun-tahun, tergantung kondisi pasiennya,” tutur Kenny.
Vitamin D3 dapat diproduksi sendiri dengan cara berjemur. Namun, pasien autoimun justru tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Penambahan asupan Vitamin D3 pun perlu dilakukan, misalnya dosis 5000 iu atau lebih, tergantung dari hasil konsultasi dokter pada masing-masing pasien.
“Kalau menggunakan Vitamin D3 dosis tinggi itu harus kenal juga dengan Vitamin K2, sebagai pelengkap yang memberikan banyak benefit, yakni untuk imun, tulang, jantung, dan segala macam. Sebab, apabila dosis Vitamin D3 tinggi, berisiko banyaknya kalsium yang terserap dan menumpuk dalam tubuh. Jika kalsium menumpuk di pembuluh darah, berisiko komplikasi jantung. Vitamin K2 berfungsi untuk mencegah hal tersebut, dan dari Kalbe telah launching Vitamin DK2,” jelas Kenny.
Ia mengatakan, kandungan dari produk DK2 tidak hanya untuk pasien autoimun. Komposisinya, Vitamin D3 (cholecalciferol) 800 iu (20 mcg) dan vitamin K2 (menaquinone-7) 100 mcg, untuk memantain imunitas. Suplemen ini cukup dikonsumsi satu kali sehari, dan dapat membantu memberikan benefit yang baik untuk tubuh setelah makan makanan berlemak.
Tak lupa dr. Nugroho menambahkan, selain mengonsumsi nutrisi yang tepat dan seimbang, berolahraga juga sangat membantu tubuh agar dapat dalam kondisi prima. Kemudian, jumlah waktu tidur minimal tujuh jam untuk orang dewasa, namun jika lembur kerja maka esok harinya sebaiknya durasi istirahat lebih lama.
“Autoimun itu bisa lebih berat karena adanya inflamasi dan faktornya banyak, tetapi ternyata olahraga rutin bisa menurunkan inflamasi tubuh kita. Minum obat yang rutin dan kontrol rutin ke dokter juga penting. Kalau misalnya pasien lelah, bisa membuat penyakit autoimunnya kambuh, dan saat itu dokter akan menyesuaikan dosis obat,” pungkas dr. Nugroho.
Discussion about this post