Jakarta, Prohealth.id – Guru Besar Biokimia Nutrisi IPB University, Prof Mega Safithri, mengatakan bahwa potensi obat herbal di Indonesia sangat menjanjikan.
Menurut Prof. Mega, kesadaran masyarakat akan perlunya pengobatan alami dengan efek samping minimal kini semakin tinggi.
“Dengan dilengkapi kajian ilmiah mengenai toksisitas, keamanan, dan efikasi, pengembangan obat herbal dapat lebih dipercaya,” ujar Prof. Mega dalam Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University, (30/8) lalu.
Dalam risetnya, Prof. Mega dan tim menemukan kandungan senyawa aktif pada beberapa tanaman herbal. Seperti contohnya; piperine dan piperanine pada sirih merah, gingerol pada jahe merah, serta sinamaldehid dan asam sinamat pada kayu manis.
“Senyawa ini terbukti berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah dan meredakan inflamasi pada penderita diabetes,” jelasnya.
Prof. Mega menjelaskan bahwa penelitian obat herbal, khususnya untuk diabetes mellitus (DM), dapat melalui pendekatan biokimia medis dan nutrisi. Salah satu mekanismenya adalah pengujian bioaktif herbal terhadap enzim pengendali gula darah. Misalnya amilase dan alfa-glukosidase, melalui simulasi komputasi.
“Jika potensinya terlihat signifikan, penelitian dilanjutkan dengan uji in vitro dan uji in vivo pada hewan coba, sebelum menuju tahap uji klinis pada manusia,” paparnya.
Salah satu produk herbal hasil riset Prof. Mega dan tim adalah Sijaka. Produk ini telah melalui proses komersialisasi sejak 2022. Beberapa testimoni pengguna menyebutkan adanya perbaikan signifikan, seperti penurunan tremor, perbaikan kadar HbA1c, serta kesiapan operasi mata.
Meski begitu, Prof Mega menjelaskan bahwa izin edar Sijaka masih menunggu kelengkapan persyaratan oleh mitra industri, PT Nano Herbaltama, yang ditargetkan rampung pada Agustus 2025 ini.
Prof Mega juga mengatakan perlunya edukasi publik dan peran dokter dalam mendukung penggunaan herbal berbasis bukti.
“IPB University kini memiliki Fakultas Kedokteran dan bekerja sama dengan sejumlah rumah sakit, termasuk RSUD Cibinong dan RS Pendidikan Universitas Airlangga, untuk pengembangan herbal pendamping terapi DM,” ungkapnya.
Melihat tren global, Prof Mega optimistis Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat riset dan investasi obat herbal dunia dalam 10 tahun ke depan. Dengan dukungan pemerintah dan kolaborasi bersama Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB University, diharapkan dapat tercapai ribuan paten obat herbal berbasis riset ilmiah.
“Harapannya, melalui riset berbasis bukti, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri obat herbal global,” ucapnya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post