Jakarta, Prohealth.id – World Health Organization (WHO) menyebut sebanyak 74 kematian tahun 2025 di Gaza adalah akibat kondisi malnutrisi yang dialami korban perang.
Data yang sama menulis, 63 dari jumlah kematian itu paling banyak terjadi di bulan Juli 2025. Termasuk di dalamnya adalah kematian anak di bawah usia lima tahun sebanyak 24 orang, 1 orang anak lebih dari 5 tahun, dan 38 korban orang dewasa. Mayoritas dari korban meninggal ini terlambat mengakses fasilitas kesehatan, atay dinyatakan meninggal tepat ketika masuk rumah sakit. Sehingga tidak ada waktu yang memungkinkan untuk menyelamatkan para pasien. Dari hasil diagnose, para pasien ini meninggal dengan gejala dan ciri fisik akibat kelaparan dan kekurangan gizi.
Krisis ini sebenarnya bisa ditangani dengan Upaya preventif. Berbagai cara menghentikan akses makanan dalam jumlah besar, akses layanan kesehatan, dan berbagai fasilitas kemanusiaan lain telah menghancurkan banyak nyawa.

Satu dari lima anak di bawah usia 5 tahun di Gaza saat ini teridentifikasi mengalami malnutrisi, seperti yang dilaporkan oleh Nutrition Cluster. Menurut Global Acute Malnutrition (GAM), angka ini berkisar pada anak usia 6-59 bulan yang menderita kekurangan gizi kritis yang mana meningkat tiga kali lipat dari Juni 2025. Kondisi ini makin menambah kerawanan wilayah Jalur Gaza untuk kelompok marjinal khususnya ibu dan anak.
Dikutip dari siaran pers WHO, wilayah Khan Younis dan Middle Area memiliki rerata kasus yang juga meningkat dua kali lihat dalam waktu kurang dari satu bulan. Kondisi ini juga karena minimnya upaya preventif dari pihak keluarga mendesak akses dan fasilitas kesehatan.
Sampai dengan Juli 2025, lebih dari 5000 anak di bawah usia 5 tahun sudah terdata sebagai pasien kekurangan gizi dalam dua minggu terakhir. Lalu 18 persen dari mereka mengalami masalah malnutrisi akut, atau Severe Acute Malnutrition (SAM), yang mana sangat mengancam nyawa. Angka ini masih terus meningkat sejak Mei, yang mana sudah 6500 anak mendapatkan pengobatan di bulan Juni, yang mencatat pengobatan tertinggi sejak Oktober 2023.
Data 73 anak dengan malnutrisi akut dan komplikasi yang sedang dirawat sejak Juli dibandingkan 39 pada Juni menorehkan masalah besar. Apalagi saat ini fasilitas kesehatan di Gaza hampir kolaps. Ada empat lokasi yang sudah beroperasi melampaui kapasitasnya dengan supply yang makin terbatas. Para tenaga medis juga mulai kelelahan dan menderita penyakit akibat kekurangan air dan sistem sanitasi yang buruk. Hal ini menambah kerentanan kesehatan di fasilitas primer seperti rumah sakit.
Krisis ini makin besar bagi ibu hamil dan menyusi. Berdasarkan skrining data terakhir dari Nutrition Cluster, lebih dari 40 persen ibu hamil dan menyusui juga kekurangan asupan gizi. Kondisi ini menunjukkan area yang makin kritis dibandingkan Juni 2025.
Kelapangan bukan hanya mematikan manusia, tetapi juga menambah penderitaan korban perang yang membutuhkan makanan. Keluarga di wilayah rentan terpaksa hidup dengan kondisi yang sangat berbahaya dan mengancam nyawa mereka sendiri. Sampai dengan 27 Mei 2025 terbukti lebih dari 1.060 orang terbunuh, dan 7200 orang terluka ketika sedang mengakses kebutuhan makanan.
WHO menegaskan pentingnya peningkatan kerja sama di wilayah jalur Gaza. Utamanya guna menjaga ketersediaan makanan dan gizi untuk Masyarakat, khususnya kelompok rentan. Hal ini termasuk menjamin ketersediaan obat-obatan.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post