Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

Kenali Penyakit Katarak, Penyakit Mata Banyak Terjadi di Indonesia

by Gloria Fransisca Katharina
Monday, 25 October 2021
A A
Kenali Penyakit Katarak, Penyakit Mata Banyak Terjadi di Indonesia

Dua pasien selesai melakukan operasi katarak di Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Iman Santoso Polda Sulbar, Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (17/4). Operasi katarak gratis yang diikuti puluhan warga kurang mampu tersebut, dalam rangka peresmian Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Iman Santoso Polda Sulbar. Sumber: ANTARA FOTO/Akbar Tado/foc/18.

Jakarta, Prohealth.id – Berdasarkan World Report on Vision tahun 2019 diperkirakan secara global terdapat kurang lebih 2,2 milyar penduduk yang mengalami gangguan penglihatan dan/atau kebutaan.

Data ini menunjukkan masalah kebutaan atau gangguan penglihatan berpotensi dialami 1 milyar penduduk dunia, yang sebenarnya dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup dan deteksi dini.

BacaJuga

Bersama Wakil Walikota Depok, Ribuan Massa Memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Deklarasi Bali Umumkan Rokok Sebagai Ancaman Kesehatan Utama di Indonesia

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) merilis data di Indonesia pada tahun 2017 terdapat 8 juta orang dengan gangguan penglihatan. Sebanyak 1,6 juta orang buta ditambah dengan 6,4 juta orang dengan gangguan penglihatan sedang dan berat.

Hal itu terafirmasi menurut Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu, berdasarkan data nasional Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016 Kemenkes, dengan sasaran populasi usia 50 tahun ke atas diketahui bahwa angka kebutaan mencapai 3 persen dan katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi 81 persen.

Perwakilan Perdami, dr. Aldiana Halim mengatakan 8 juta orang dengan gangguan penglihatan, 1,6 juta orang buta, dan 6,4 juta orang dengan gangguan penglihatan sedang dan berat juga menemukan sebanyak 81,2 persen gangguan penglihatan disebabkan oleh katarak. Penyebab lainnya adalah refraksi atau glaukoma, atau kelainan mata hal-hal lainnya seperti kelainan refraksi, glaukoma atau kelainan mata yang berhubungan dengan diabetes.

”Tapi sebetulnya kita harus berfokus pada katarak, kita harus berusaha bagaimana orang katarak ini bisa mendapatkan akses pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan operasi katarak sehingga penglihatannya akan kembali,” kata Aldiana beberapa waktu yang lalu dalam acara Peringatan Hari Penglihatan Sedunia.

Aldiana menegaskan, pasien dengan katarak perlu perawatan yang efektif kalau dia dioperasi dan tidak ada komplikasi lain. Artinya, kemungkinan pasien bisa melihat kembali dengan normal itu sangat besar.

”Kalau seandainya katarak 81,2 persen setengahnya bisa kita tangani, nanti prevalensi gangguan penglihatan akan turun secara signifikan,” tambah Aldiana.

Gangguan penglihatan tidak hanya berpengaruh kepada penglihatan tetapi berpengaruh kepada seluruh aspek kehidupan penderitanya. Jadi gangguan penglihatan itu berpengaruh terhadap kualitas hidup orang yang menderitanya.

Beberapa konsekuensi dari hilangnya penglihatan berpengaruh kepada fisik, mental, kepuasan hidup, mobilitas, ketergantungan, pendidikan. Orang dengan gangguan penglihatan juga memperberat penyakit kronis yang sedang diderita.

”Kami baik dari Perdami dan leadership-nya dari Kemenkes sekarang memang sedang berjuang, berusaha untuk mendapatkan orang-orang dengan gangguan penglihatan di manapun mereka berada, dan memfasilitasi mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya sehingga mereka bisa kembali melihat,” ujar Aldiana.

Saat ini, upaya tersebut tengah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, baik di Papua, Maluku, dan di berbagai daerah seluruh Indonesia mencari orang dengan gangguan penglihatan dan kemudian berusaha mengembalikan ingatan mereka.

Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day (WSD) diperingati pada hari Kamis pekan kedua bulan Oktober setiap tahun. Tahun ini bertepatan pada Kamis, 14 Oktober 2020 lalu, WSD mengusung tema global ”Love Your Eyes” dengan tema-nasional ”Sayangi Mata Kita”.

Upaya penanggulangan gangguan penglihatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah antara lain meningkatkan kampanye dan edukasi kesehatan melalui CERDIK, PATUH, dan LIHAT, pemanfaatan teknologi melalui Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan (SIGALIH) dan Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM).

Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap pentingnya menjaga kesehatan mata, dan mencegah gangguan penglihatan. Termasuk melakukan deteksi dini gangguan penglihatan pada keluarga secara sederhana di rumah.

Tidak hanya itu, masyarakat juga diminta untuk meningkatkan kesadaran terhadap efek pajanan radiasi gadget/elektronik yang terlalu lama atau terlalu dini pada anak.

 

 

 

Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bagikan:
Tags: Hari Penglihatan SeduniaHari Penglihatan Sedunia 2021kebutaankementerian kesehatankesehatan matamasalah matavision world day

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.