Jakarta, Prohealth.id – Olahraga menjadi salah satu aktivitas penting untuk meningkatkan imunitas saat masa pandemi.
Menurut dr. Evan, M.Kes, Sp.OT(K), FICS, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi, Konsultan Sport Injury & Arthroscopy Primaya Hospital Bekasi Timur, meski berada dalam masa pandemi Covid-19, olahraga tidak boleh dilupakan. Dia menegaskan olahraga sehari-hari juga tidak boleh mengabaikan potensi cedera yang bisa dialami jika olahraga tidak dilakukan dengan baik dan tepat.
Secara rinci, dia memaparkan sejumlah penyebab cedera yang dapat dialami saat melakukan olahraga. Umumnya penyebab ini pun tidak disadari oleh masyarakat saat olahraga.
Pertama, pemanasan yang masih kurang atau bahkan tidak melakukan pemanasan sebelum berolahraga. Kedua, penggunaan alat olahraga yang tidak sesuai. Ketiga, gerakan berulang yang terlalu banyak, terlalu cepat, dan dalam waktu yang lama.
Keempat, seseorang yang berolahraga memiliki otot yang lemah. Kelima, lingkungan yang tidak tepat, atau kurang baik dalam melakukan olahraga. Keenam, pengobatan yang tidak tuntas setelah mengalami cedera juga mempengaruhi proses olahraga selanjutnya. Ketujuh, pelaksanaan fisioterapi pasca kecelakaan atau cedera yang tidak sesuai.
“Kita perlu mewaspadai ciri-ciri awal cedera yang berpotensi diabaikan oleh seseorang seperti timbul nyeri, rasa tidak nyaman, atau mengalami bengkak yang hilang timbul. Ciri-ciri awal tersebut jika diabaikan dapat berdampak buruk pada proses penyembuhannya,” ujar dr. Evan, M.Kes, Sp.OT(K), FICS, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi, Konsultan Sport Injury & Arthroscopy Primaya Hospital Bekasi Timur.
Lebih jauh lagi, dr. Evan, M.Kes, Sp.OT(K), FICS menambahkan bahwa terdapat ciri-ciri cedera olahraga dengan gejala yang lebih berat yaitu timbulnya luka, kelainan bentuk pada anggota tubuh atau deformitas alias patah tulang, bengkak, atau bahkan hingga tidak bisa berjalan atau beraktivitas saat olahraga berlangsung.
Oleh karena itu, jika seseorang mengalami ciri-ciri cedera dr. Evan menganjurkan untuk melakukan penanganan dini cedera dengan langkah-langkah RICE yaitu; rest alias istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cedera; ice yaitu memberikan es untuk mengurangi bengkak; compression yaitu melakukan kompres dingin pada jaringan yang mengalami cedera; dan elevation yaitu meninggikan bagian yang cedera melebihi ketinggian jantung.
Dia juga mengingatkan, ketika berolahraga, terdapat bagian-bagian tubuh yang dapat berpotensi mengalami cedera diantaranya yaitu bagian tulang seperti patah tulang dan tulang yang retak yang biasanya disebabkan oleh overuse pada pelari atau penari ballet. Selain tulang, cedera juga dapat terjadi pada bagian otot dimana terdapat risiko putusnya otot dan memar pada otot.
Dia pun menambahkan bahwa cedera juga dapat terjadi pada bagian ligamen yaitu jaringan yang menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya, dan pada bagian tendon yaitu jaringan tebal yang berfungsi menempelkan otot ke tulang.
Jika terjadi cedera dr. Evan juga memberi kisi-kisi jenis cedera yang harus langsung dikonsultasikan kepada dokter. Dia menegaskan sebenarnya semua jenis cedera harus diperiksakan ke dokter karena banyak jenis cedera yang dianggap biasa saja namun di kemudian hari akan menimbulkan masalah yang serius untuk anggota tubuh kita.
Dia menganjurkan seseorang yang mengalami cedera ketika berolahraga dapat mengunjungi Primaya Sport Clinic and Orthopedic Center. Alasannya, penanganan cedera ketika berolahraga di Primaya Hospital memiliki prinsip teamwork antara dokter, perawat, sports fisioterapi, dan pasien itu sendiri untuk mencapai kesembuhan yang optimal.
“Artinya, pasien tidak hanya sekedar sembuh, tapi pasien juga dapat kembali berolahraga,” ujar dr. Evan.
Penanganan cedera olahraga pada Primaya Sport Clinic and Orthopedic Center dilakukan secara holistik; mulai dari pemeriksaan Dokter Ortopedi Sub Spesialis Cedera Olahraga atau Dokter Spesialis Cedera Olahraga hingga pelaksanaan fisioterapi oleh sports physiotherapist yang menggunakan alat-alat fisioterapi terkini dan perlengkapan lengkap gym untuk membantu pemulihan bagian yang cedera dengan tolak ukur strength, endurance, agility, proprioseptif, dan performance.
Dalam proses penyembuhan, biasanya para dokter akan melakukan tindakan anamnesa yakni menggali dan mendengarkan mekanisme cedera pada pasien, melakukan pemeriksaan fisik, melakukan pemeriksaan tambahan seperti MRI, rontgen, atau USG musculoskeletal, serta melakukan assessment lainnya yang dibutuhkan.
Jika kasus cedera yang terjadi tidak memerlukan operasi, maka dokter akan membuatkan program fisioterapi dan program olahraga yakni stretching dan strengthening yang tepat untuk jenis cedera tersebut.
Namun, jika diperlukan operasi, pasien dapat ditindaklanjuti dengan tindakan operasi yang didukung oleh peralatan terkini seperti arthroscopy yang merupakan alat untuk melakukan tindakan pembedahan minimal invasif ke seluruh sendi. Pembedahan minimal invasif adalah tindakan operasi dengan luka sayatan yang sangat minimal, biasanya kurang dari 1 cm, yang memiliki banyak kelebihan seperti nyeri dan komplikasi yang minimal serta pasien dapat cepat kembali bergerak setelah operasi.
Cedera olahraga dapat dikatakan sembuh tergantung pada bagian tubuh yang mengalami cedera. Jika terjadi cedera pada tulang, maka pemulihan dapat dilakukan dalam waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Oleh sebab itu, dr. Evan menegaskan jika cedera terjadi pada otot atau Ligament, maka pemulihan dapat terjadi kurang lebih 6 minggu.
Pada dasarnya, olahraga-olahraga yang dapat berpotensi besar menghasilkan cedera adalah olahraga yang membutuhkan pergerakan besar seperti basket, sepak bola, soccer, ice hookey, baseball, softball, atau voli.
“Anda dapat memiliih olahraga yang low impact terhadap cedera seperti jalan kaki, berenang, yoga, atau e-sport,” ujar dr. Evan.
Selain itu dalam memilih olahraga yang tepat dr. Evan mengingatkan bahwa olahraga yang tepat adalah olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuh kita. Oleh karena itu, Primaya Sport Clinic and Orthopedic Center memiliki alat ukur tubuh manusia (Human Measurement Technology). Orang sehat yang hendak memulai atau melakuakan check up anatomi tubuhnya dapat dilakukan dengan alat ukur tersebut.
“Dengan kita mengukur anatomi tubuh, maka kita akan memperoleh jenis olahraga apa yang cocok sehingga dapat menimalisir terjadinya cedera,” sambungnya.
Untuk mencegah terjadinya cedera ketika berolahraga, dr. Evan pun mengimbau agar masyarakat dapat melakukan istirahat dan pemanasan yang cukup sebelum berolahraga, menggunakan alat olahraga yang sesuai, ukur kemampuan tubuh ketika berolahraga karena anantomi tubuh kita berbeda dengan orang lain, serta pilih lingkungan yang tepat dan baik pada saat berolahraga.
“Lakukan pola olahraga yang konstan tidak berubah-ubah misalnya cardio exercise seminggu 2 kali, strength exercise 2 kali seminggu, dan pola olahraga tersebut dilakukan rutin sampai bertahun-tahun,” tegasnya.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post