Jakarta, Prohealth – Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) bersama Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) mengungkapkan bahwa tantangan besar masih menghambat pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hijau di Indonesia. Berdasarkan data LTKL, untuk membangun model ekonomi yang menekankan inovasi berbasis alam yang ramah sosial dan lingkungan, diperlukan dorongan bagi pertumbuhan UMKM lestari yang fokus pada pengembangan produk bernilai tambah dari komoditas lestari. Dalam upaya ini, teridentifikasi empat persoalan krusial.
“Kekurangan akses pendanaan produksi, kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang terbatas, sulitnya akses transfer teknologi, dan tantangan dalam mengakses pasar serta jaringan logistik,” kata Deputy Head Partnership, Communication, and Resource Mobilization LTKL, Vitri Sekarsari, di Jakarta, pada Kamis, 4 April 2024.
Untuk mengatasi tantangan dari hulu ke hilir, LTKL dan KEM berkolaborasi dengan Supernova Ecosystem untuk memetakan potensi daerah dan pelaku rantai nilai berdasarkan konsep Value Chain Collaboration Canvas (VC3). “Dari pemetaan itu, di bagian hulu, kami melibatkan sembilan anggota kabupaten lestari, terutama Kabupaten Sintang, Siak, dan Sigi, untuk mengidentifikasi potensi komoditas dan produk inovatif berbasis alam,” ujarnya.
Selanjutnya, tahap sentra inkubasi, inovasi, dan produksi dilakukan di lima Kabupaten Musi Banyu Asin, Siak, Sintang, Sanggau, dan Sigi. Hingga saat ini, lebih dari 193 UMKM telah difasilitasi oleh LTKL dan mitra, termasuk Supernova Ecosystem dan KEM, untuk menjalani proses inkubasi menuju UMKM hijau.
“Dari 193 UMKM tersebut, sekitar 45 UMKM telah mendapatkan pendampingan intensif selama 1-2 tahun terakhir untuk siap investasi,” ungkap Vitri.
Di sisi lain, LTKL juga bekerja sama dengan Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memfasilitasi akses keuangan dan pasar. “Dengan meluncurkan Panduan Investasi Lestari sebagai basis legal transformasi bisnis, termasuk UMKM, ke praktik yang lebih lestari,” kata Vitri.
“Sementara itu, kami juga mendorong produk UMKM lestari masuk dalam sistem e-katalog dan e-procurement bersama APKASI, Kementerian Dalam Negeri, dan LKPP,” ucap dia menambahkan.
Tantangan dalam mengembangkan UMKM hijau atau bisnis berkelanjutan disampaikan juga oleh ahli ekonomi dan lingkungan, Mubariq Ahmad. “Mereka perlu diberikan akses ke pendanaan, pengembangan kapasitas UMKM, teknologi, dan pasar,” ucapnya.
Meski begitu, Mubariq meyakini bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan bisnis berkelanjutan, yang saat ini telah berkontribusi signifikan terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) negara.
Editor: Irsyan Hasyim
Discussion about this post