Tidak ada upaya terbaik dalam mencegah keparahan kanker pada perempuan selain melakukan upaya preventif. Misalnya saja, dalam mencegah terjadinya keparahan kanker payudara perlu melakukan deteksi dini dengan alat akurat seperti mammogram.
Menaggapi hal tersebut, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan kanker yang paling banyak menyebabkan kematian pada wanita adalah kanker payudara. Artinya, deteksi dini adalah cara paling tepat untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Dia berjanji akan mengutamakan deteksi dini dengan memenuhi kebutuhan mammogram di semua kabupaten dan kota.
“Kanker lebih baik dideteksi sedari dini jangan dideteksi setelah stadium 3 atau 4. Deteksinya yang paling gampang adalah dengan Sadanis (periksa payudara secara klinis) dan Sadari (periksa payudara sendiri). Tapi kalau yang standar WHO itu harus menggunakan mammogram,” ujar Budi di acara pinkwalk skrining payudara, Minggu, 9 Oktober 2022 lalu di Jakarta.
Asal tahu saja, ketersediaan alat mammogram di Indonesia memang masih sedikit dibandingkan dengan Australia dan Thailand. Dari 3 ribu rumah sakit di Indonesia, yang memiliki mammogram hanya 200 rumah sakit.
“Dari 514 kabupaten/kota kita, yang punya mammogram di bawah 100 kabupaten/kota. 80 persen wanita Indonesia tidak bisa dideteksi kanker payudara,” ungkapnya.
Oleh karena itu, pemerintah sudah berkomitmen sampai tahun 2024 seluruh rumah sakit provinsi di Indonesia akan dilengkapi dengan alat mammogram. Pemenuhan kebutuhan mammogram untuk skrining ini merupakan implementasi dari transformasi kesehatan bidang layanan primer.
“Saya pastikan 2024 sudah punya mammogram di 514 kabupaten/kota. Yang paling penting adalah hidup sehat jangan terkena kanker,” tegas Budi.
Senada dengan Budi, Medical & Pharmacovigilance Senior Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Hastarita Lawrenti, dalam Instagram Live @ptkalbefarmatbk mengatakan kanker serviks adalah penyakit yang menyerang organ reproduksi perempuan dan disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV), yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual pada usia produktif.
Baca Juga: Perempuan Tidak Boleh Sakit
“Biasanya gejala itu akan muncul kalau kanker sudah berada di stadium yang lebih lanjut atau sudah sedikit lebih tinggi. Misalnya, kalau kanker serviks itu gejalanya ada pendarahan tapi di luar siklus menstruasi,” ujarnya.
Dokter Rita, sapaannya, menjelaskan bahwa gejala lain kanker serviks termasuk terjadinya pendarahan setelah berhubungan seksual, bagi mereka yang sudah menikah. Bisa juga dengan nyeri saat berhubungan seksual, atau keluarnya cairan menyerupai keputihan tetapi berbau dan dalam jumlah besar. Bahkan, bisa bergejala nyeri di punggung bagian belakang.
Langkah preventif ubah gaya hidup: Stop merokok!
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks, dengan melakukan gaya hidup sehat. Secara teori, kanker yang disebabkan oleh faktor genetic (keturunan) sebenarnya hanya sekitar 5-10 persen. Persentase sisanya adalah faktor gaya hidup atau lifestyle.
“Pencegahan itu dibagi menjadi tiga kalau secara keseluruhan atau komprehensif. Pertama, pencegahan primer. Artinya, pada saat kita dalam keadaan sehat kita bisa melakukan vaksinasi dengan vaksin HPV. Kemudian, melakukan beberapa gaya hidup, misalnya menghindari berhubungan seksual pada usia yang muda,” kata dr. Rita.
Lebih lanjut kata dr. Rita, perempuan bisa mulai dengan membatasi partner seksual, karena penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak pasangan seksual maka risiko untuk terkena infeksi HPV itu juga semakin besar. Selain itu, pencegahan dengan melakukan praktik seksual yang aman jika sudah menikah.
Hal lain yang juga perlu dilakukan ialah menghindari berhubungan seksual dengan orang-orang yang terinfeksi, seperti kutil di kelamin. Dia juga mengimbau berhenti merokok sebagai pelengkap pencegahan primer kanker serviks.
“Pencegahan sekundernya sudah pasti adalah melakukan screening teratur bagi mereka yang sudah aktif secara seksual, terutama mereka yang sudah menikah,” tuturnya.
Ketiga, pencegahan tersier pada keadaan orang sudah sakit kanker serviks untuk mengurangi penyebaran dari sel kanker, yakni terapi seperti kemoterapi, pembedahan, hingga penyinaran atau radiasi.
Dokter Rita menambahkan, apabila hasil pemeriksaan menyatakan terdeteksi kanker, segeralah menjalankan pengobatan dan perawatan oleh dokter. Hal ini dapat mengontrol penyebaran sel kanker agar tidak meluas.
“Kanker adalah penyakit yang mohon maaf tidak bisa disembuhkan, tetapi kanker itu penyebarannya, pertumbuhan dari sel kankernya, itu bisa dikontrol. Maka, kalau sudah tervonis, ikutilah jadwal pengobatan yang sudah dibuat oleh dokter,” tutup dr. Rita.
Selanjutnya: Kiprah Dokter Perempuan di Drama Korea
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Cek artikel lain di Google News
Discussion about this post