Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

Ketika Beli Minuman Berpemanis Bonus Penyakit

Indonesia mempunyai angka begitu tinggi yaitu 19,5 jiwa untuk penyandang diabetes. Jika masyarakat tidak mengubah pola konsumsi sehari-hari, bahkan sering membeli makanan dan minuman dengan lalai tidak membaca label kemasan tersebut maka masyarakat makin rentan mengalami diabetes.

by Eka Wardawati
Friday, 28 October 2022
A A
Ketika Beli Minuman Berpemanis Bonus Penyakit

(Sumber foto: Freepik/2022)

Anita Sabidi penyandang penyakit Diabetes  tipe satu sejak usia 13 tahun melakukan live streaming via Instagram di Prohealth.id untuk mengingatkan masyarakat Indonesia yang kurang akan pemahaman gaya konsumsi produk minuman mereka yang menjadi sorotan karena diyakini mengandung kadar gula yang tinggi pada Kamis, 20 Oktober 2022 lalu.

Diabetes merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang sangat berbahaya karena tidak tidak ada tanda bahaya di awal sakit. Ciri-ciri yang ditunjukkan tidak ada yang khusus seperti; buang air kecil, mudah lapar, mudah haus, lesu, turun berat badan dan mudah lelah.

BacaJuga

Kekerasan terhadap Jurnalis Masif di Era Prabowo

Potret Makan Bergizi ‘Tragis’

“Diabetes sangat berbahaya tidak ada peringatan awal tubuh jadi langsung dan harus medical check-up, kalau hanya turun berat badan dan sering buang air kecil kan pasti mereka menganggp anyang-anyangan dan kalau di ketahui diabetes harus di cek”. Katanya

Sebenarnya penyebab diabetes tidak hanya mengkonsumsi gula yang tinggi saja, tetapi juga dipengaruhi dengan konsumsi karbohidrat secara berlebihan. Maka dari itu, masyarakat harus lebih teliti jika makanan dan minuman yang mengandung kadar gula dan karbohidrat.

“Misalnya kami konsumsi karbohidat ditambah dengan minuman manis sudah pangkat dua, terus bayangin pola makan orang Indonesia. Bayangin ya… nasi uduk pakai bihun dan bakwan. Itu pangkat tiga loh, karbohidrat tiga-tiganya, tapi orang tidak ngeh [sadar]. Karena mereka makan gorengan, ini gorangan. No, karbohidrat itu tepung. Jadi di tubuh tuh gulanya sudah berpangkat-pangkat semua dan itu pangkat kita tuh struggling untuk menghasilkan insulin. Jadi, jangan sampai pangkat kita overload karena dia produksi insulin terus, misalnya kita ada riwayat keluarga takutnya di usia tertentu insulinya tidak bisa bekerja secara optimal lagi” kata Anita.

Anita mengakui kenyataan ini menandakan masih banyak sekali masyarakat di Indonesia yang belum mengerti dalam pembacaan nilai kandungan gizi pada label bahan makanan sehingga hal tersebut menjadi poin penting yang berpengaruh kepada konsumsi gula pada masyarakat.

Berdasarkan data dari World Health Organization mengkonsumsi kadar gula dalam perhari dianjurkan 50 gram per hari. Untuk penyandang diabetes harus lebih teliti mengetahui kadar gula makanan maupun minuman pemanis, karena penyandang diabetes dianjurnkan mengkonsumsi gula 17gram per hari.

“Untuk para penyandang diabetes mengenal gula karena dengan suntik insulin. Sebelum membeli minuman kemasan, kita harus tahu kadar gulanya berapa gram dan karbohidrat. Kita harus tahu karbohidratnya, karena itu berpengaruh dengan insulin,” sambung Anita.

Baca Juga CEK FAKTA: Penyakit Ginjal Misterius Pada Anak Masih Dicari Penyebabnya

Melalui IG live bersama Prohealth.id, Anita pun menjelaskan beberapa tipe dan faktor diabetes untuk dipahami oleh publik. Berikut ada tiga tipe diabetes.

Tipe pertama karena autoimun, dimana sel diserang oleh autoimun. Sehingga pasti harus suntik insulin. “Misalnya ada anak diabetes tipe satu disuruh minum herbal-herbalan, no! Kita tetap coba insulin karena kita membutuhkan insulin.”

Tipe dua adalah disebut degan insulin resisten, jadi pankreas masih menghasilkan insulin, tetapi karena adanya lemak atau zat lainnya membuat penyerapan tidak berjalan secara optimal. “Maka dianjurkan untuk olahraga agar lebih otimal dalam penyerapannya. Diabetes tipe ini paling banyak di dunia,” sambung Anita.

Selanjutnya ada tipe 1.5 atau LADA yang biasnya dengan laten autoimun diabetes of adults seperti tipe satu tapi terjadinya pada orang dewasa.

Anita menjelaskan dari jenis-jenis diabetes ada sejumlah faktor yang mempengaruhi munculnya penyakit ini. Pasalnya, resiko lebih tinggi dialami pasien dari keluarga yang punya sejarah mengalami diabetes (turunan) alias faktor genetik.

“Kalau jarang olehraga berpengaruh pada resitensi insulin. Jadi kalau kita rajin olahraga insulin akan optimal terserap di tubuh. Dan biasanya kalau olahraga organ tubuh kamu dalam kondisi sehat tidak di lapisi lemak dan lain-lain lebih optimal dalam menyerap insulin. Dan pola makan dan minum,” ungkap Anita.

Pengakuan pemerintah

Dalam kunjungannya ke sejumlah Posyandu Prima di Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat yakni Posyandu Prima Desa Beru dan Desa Goa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan hal senada dengan Anita.

Dusun Jelenga, misalnya, Budi menemukan presentase masyarakat yang terkena diabetes sekitar 17,5 persen. Sementara di Desa Goa angka penderita diabetes mencapai 8 persen. Tak hanya diabetes, penderita hipertensi di wilayah ini juga terbilang tinggi menurut Budi.

Dari temuan itu Budi menekankan, diabetes yang tidak tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti komplikasi jantung, stroke, dan gagal ginjal yang mengharuskan pasien melakukan cuci darah sepanjang hidupnya.

“Penyakit gula itu jelek sekali. Kenapa? karena dia ibu dari segala penyakit. Kalau kadar gula tidak terkontrol selama 3-5 tahun itu pasti harus cuci darah, atau kena stroke atau kena jantung,” ujarnya.

Sebagai gambaran, seorang penderita diabetes yang telah mengalami komplikasi gagal ginjal harus melakukan cuci darah sekitar 3 sampai 4 hari per minggu. Dalam sekali cuci darah membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam. Hal ini tentunya memengaruhi kualitas hidup, produktivitas serta ekonomi penderita.

“Artinya ini tidak ada kehidupan lagi. Kalau bisa jangan sampai cuci darah, supaya jangan cuci darah jangan diabetes, supaya jangan diabetes gula darahnya harus di kontrol,” harap Menkes.

Baca Juga: Ayo Waspadai Gejala Penyakit Anak di Musim Hujan

Masalah kesehatan tersebut, lanjut Menkes adalah masalah bersama. Untuk itu, sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, Menkes mengajak kader-kader kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) untuk menjadi pelopor kesehatan di masyarakat. Beberapa cara yang secara aktif harus dikerjakan adalah dengan melakukan kegiatan promotif preventif melalui edukasi dan sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Tujuannya agar masyarakat sadar akan pentingnya pola hidup sehat agar terhindari dari berbagai penyakit berbahaya khususnya 4 penyakit tidak menular penyebab kematian tertinggi di Indonesia yakni jantung, stroke, diabetes dan gagal ginjal.

“Peranan teman-teman di posyandu dan puskesmas sangat penting untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat. Oleh karena itu, saya harapkan kader-kader kesehatan ikut membantu mengkampanyekan pola hidup sehat kepada masyarakat di wilayahnya masing-masing,” lanjutnya.

Budi menguraikan agar masyarakat didukung untuk melakukan pola hidup sehat dengan menjaga pola makan sehat, menjaga berat badan ideal, mengontrol kolesterol dan kadar gula dalam darah, aktif melakukan aktivitas fisik serta mengajak masyarakat untuk rutin memeriksakan kesehatannya di posyandu prima.

Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Sitti Rohmi Djalillah ikut menyatakan kesiapan pemda untuk berkolaborasi dengan Kemenkes untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di NTB.

“Posyandu Keluarga yang kini berjumlah lebih dari 7000 unit, sejalan dengan program Kemenkes. Kehadiran Posyandu prima semakin memperkuat Posyandu keluarga berbasis dusun,” terangnya.

Sitti menekankan nantinya, upaya promotif preventif akan terus digiatkan melalui kunjungan keluarga maupun pemeriksaan kesehatan rutin yang dilakukan oleh posyandu keluarga, posyandu prima, maupun puskesmas serta peningkatan akses keluarga terhadap layanan kesehatan primer.

Selanjutnya: Kenali Penyakit Katarak, Penyakit Mata Banyak Terjadi di Indonesia

 

Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Cek artikel lain di Google News

Bagikan:
Tags: diabetesdiabetes melituskader kesehatankementerian kesehatanminuman berpemanis dalam kemasan

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.