Pada 4 April 1946, Menteri Pertahanan Amir Syarifoeddin menilai perlu adanya pengamanan komunikasi di Kementerian Pertahanan dan Angkatan Perang RI. Ia pun memerintahkan dr. Roebiono Kertopati, yang bertugas di Kementerian Pertahanan untuk membentuk Dinas Kode.
Lembaga ini beberapa kali mengalami perubahan nama sebelum menetap pada Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sejak tahun 2021. Sejak saat itu 4 April menjadi Hari Sandi Nasional sekaligus tonggak kelahiran cikal bakal pelopor lembaga sandi negara tersebut. BSSN pun kini memperjuangkan pengusulan Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati (1914-1984) sebagai calon pahlawan nasional kepada pemerintah pusat.
Ketua Umum PB IDI Dr. dr. Moh. Adib Khumaidi, SpOT, menyampaikan apresiasi terhadap inisiasi BSSN tersebut. Ia pun memastikan dukungan PB IDI terhadap usulan tersebut dalam peringatan Hari Sandi Nasional. Ia beralasan dr. Roebiono Kertopati telah mewujudkan trias peran dokter. Ini adalah teladan dari para dokter pendiri bangsa. Trias dokter ini adalah; agent of change, agent of development, dan agent of treatment.
Dr. dr. Muhammad Isman Jusuf, SpN dari Departemen Kajian Sejarah dan Kepahlawanan Dokter Bidang Organisasi PB IDI menerangkan bahwa Mayjen TNI (Purn) Dr. Roebiono Kertopati selalu terlibat dan turut mewarnai setiap tonggak sejarah RI sebagai Agent of Change dari sejak masa penjajahan Belanda hingga masa kemerdekaan. Alumnus Nederlands Indische Arts School (NIAS) yang lahir di Ciamis, Jawa Barat pada 11 Maret 1914 itu juga telah ikut berkontribusi dalam pembangunan bangsa lewat kiprahnya sebagai Kepala Sandi Negara pertama. Ia bahkan mencapai masa jabatan hampir 38 tahun sampai dengan wafatnya pada 23 Juli 1984 sebagai Agent of Development.
Sementara sebagai Agent of Treatment, Mayjen TNI (Purn) Dr. Roebiono Kertopati menerima penugasan sebagai dokter pemerintah di Merauke pada 13 November 1941. Selanjutnya dr. Roebiono mendapatkan penugasan di Morotai untuk memimpin pemberantasan penyakit malaria dan bekerja di Rumah Sakit Eugenie merawat 400 orang pasien pada September 1944 hingga Februari 1945. Ia lanjut bertugas sebagai Service Garnizoen Art di Casino, NSW, Australia dalam kesatuan DVG sampai Mei 1945. Dr. Roebiono lalu menjabat sebagai Chief Medical Depter Med. Service Rr Occupied Territory di Holandia-Nederlands New Guinea dalam kesatuan DVG hingga Juli 1945.
Dr. Roebiono bertugas sebagai Senior Medical Ovb di Morotai sampai Agustus 1945. Setelahnya Dr. Roebiono ikut membantu mengurus tawanan perang dari Jepang di Jakarta dan Surabaya dalam kesatuan RAPWI (Recovery of Allied Prisoners of War and Internees). Pasca RAPWI resmi bubar pada tahun 1946, dr. Roebiono menjadi dokter di Kementerian Pertahanan. Ia bahkan mendapat kepercayaan sebagai tim dokter kepresidenan di masa pemerintahan Pres. Soekarno.
Berbagai keberhasilan Mayjen TNI (Purn) Dr. Roebiono Kertopati di bidang persandian membuatnya menerima apresisi sebagai ‘Bapak Persandian Nasional’. Kiprahnya yang lain adalah sebagai dosen di PTIK dan Lemhanas (1965-1966), Ketua Dewan Telekomunikasi Indonesia (1966), dan Ketua Dewan Pengawas Pembangunan RSPAD Gatot Soebroto (1971-1978).
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post