Depok, Prohealth.id – Tim Katamataku Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) bertajuk “Deteksi Dini Stunting dan Kaitannya dengan Status Kesehatan serta Tumbuh Kembang Balita” di Sitanala, Tangerang, Banten.
Ketua kegiatan, Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K), menyebut ini menjadi bagian dari upaya mendukung program pemerintah. Utamanya dalam menurunkan angka stunting di Indonesia, khususnya di Provinsi Banten.
Menurut dr. Yunia, deteksi dini dan pemberian nutrisi yang tepat adalah kunci penting dalam mencegah stunting.
“Kami ingin memastikan setiap anak memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal,” katanya melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Sabtu (28/12/2024).
Sebanyak 120 balita di Pemukiman Sitanala menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan komprehensif. Pemeriksaan meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan, pemeriksaan mata, kulit, kesehatan gigi dan mulut. Ada juga pemeriksaan gerakan mulut dan menelan oleh tim gabungan dokter spesialis dan dokter gigi spesialis.
Harapannya, langkah ini mendorong orang tua untuk menyediakan asupan bergizi bagi anak-anak mereka. Fokusnya adalah upaya pencegahan stunting.
Berdasarkan data SKI (Survey Kesehatan Indonesia) tahun 2023, prevalensi stunting pada balita di Provinsi Banten masih cukup tinggi, yakni 17,6 persen pada 2023.
Selain itu, setiap balita menerima paket makanan bergizi yang berisi sayuran, protein nabati, protein hewani, dan buah. Paket ini adalah rekomendasi staf pengajar Departemen Gizi FKUI dr. Erfi Prafiantini, M.Kes dan staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI dr. Titis Prawitasari, Sp.A (K).
Dalam kegiatan tersebut, dr. Erfi memberikan edukasi kepada orang tua terkait pemberian makanan untuk anak agar mendapatkan gizi yang baik. Kata dr. Erfi, makanan real food lebih sehat. Apalagi, orang tua bisa mengolah sendiri makanan ini di rumah.
“Kami juga mendukung pangan lokal untuk menghindari pengawet, pemanis, atau pewarna buatan. Sehingga memberikan gizi seimbang yang lebih baik,” ujar dr. Erfi.
Sejumlah 20 kader posyandu dari RW 13 di pemukiman Sitanala juga mengikuti pelatihan khusus yang diselenggarakan di akhir November 2024. Pelatihan ini mencakup tata cara pengukuran antropometri yang benar, pentingnya ASI eksklusif. Ada pula pelatihan penyusunan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang sehat dan bergizi.
Pemandu pelatihan tersebut adalah dokter spesialis anak RSUP Sitanala Tangerang dr. Henni Wahyu, Sp.A. Ia juga bersama tim dari Departemen Ilmu Gizi FKUI.
“Kader posyandu adalah ujung tombak dalam mendeteksi dini kasus stunting. Dengan pelatihan ini, kami berharap data yang diperoleh lebih akurat dan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan yang tepat,” kata dr. Henni.
Kegiatan ini mendapat respons positif dari warga Sitanala. Ibu Fitri (29 tahun) salah satu orang tua balita yang ikut dalam kegiatan tersebut mengaku senang mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan mendapat makanan tambahan.
“Semua bahan langsung saya masak, dan anak saya sangat suka. Mudah-mudahan kegiatan seperti ini terus ada,” ujar Ibu Fitri.
Tim pengmas lain yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain, dr. Budiati Laksmitasari, Sp.KFR(K); dr. Kartika Qonita Putri, MARS; dr. Nadia Kartika Dewi; dr. Dian Estu, SpM(K); Dr. Mochamad Fahlevi Rizall; drg, SpKGA, Subsp.PKOA(K); Dr. Eva Fauziah, drg, SpKGA, Subsp.PKOA(K), Ardini Debilaurita, Surmita dan Ina Kusrini.
Dengan kolaborasi antara Tim Katamataku FKUI, tenaga kesehatan, dan masyarakat, kegiatan ini menjadi langkah awal menciptakan generasi sehat bebas stunting. Upaya ini juga sejalan dengan visi pemerintah untuk mengeliminasi stunting secara bertahap di Indonesia.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post