Jakarta, Prohealth.id – Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) merayakan 10 tahun atau 1 dekade.
Momentum perayaan 10 tahun ini merefleksikan layanan kesehatan primer tetap harus jadi sorotan utama. Diah Satyani Saminarsih, selaku CEO CISDI menyatakan, layanan kesehatan primer adalah pintu masuk transformasi sistem kesehatan di Indonesia. Oleh karenanya, layanan kesehatan primer memegang peran strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
“Praktik baik dari seluruh dunia sudah memperlihatkan bahwa layanan kesehatan primer harus berkualitas. Lalu mudah diakses, dan terjangkau oleh masyarakat luas,” ujarnya Jumat (13/12/2024).
Namun, hingga kini, layanan kesehatan primer masih menghadapi berbagai kendala. Sebut saja misalnya; keterbatasan infrastruktur, kurangnya tenaga medis berkualitas, serta tantangan budaya dalam menerima upaya preventif dan promotif.
Pendiri CISDI, ini juga menegaskan layanan kesehatan primer menjadi standar pemenuhan hak kesehatan masyarakat global. “Praktik baik dari seluruh dunia sudah memperlihatkan bahwa layanan kesehatan primer harus dibuat berkualitas, mudah diakses, dan terjangkau oleh masyarakat luas,” katanya dalam acara malam resepsi Satu Dekade CISDI di MGP Space.
Menurutnya, layanan kesehatan primer bukan hanya soal pengobatan, tetapi juga upaya preventif melalui edukasi dan pemberdayaan masyarakat.
Program PN-PRIMA dari CISDI adalah salah satu contoh puskesmas harus berdaya sebagai pusat pelayanan kesehatan yang inklusif. Dengan memperkuat peran puskesmas, masyarakat mendapatkan akses lebih mudah ke layanan yang terintegrasi, mulai dari pengobatan hingga pencegahan penyakit. Namun, Diah menekankan bahwa perubahan ini memerlukan komitmen jangka panjang, kolaborasi lintas sektor, dan keberanian untuk merombak sistem yang sudah ada.
Mendorong Perubahan Lewat Kebijakan Berbasis Bukti
Ketimpangan akses layanan kesehatan di Indonesia membutuhkan pendekatan sistemik dan berbasis bukti. CISDI menyoroti isu-isu mendesak seperti pengendalian tembakau, penerapan cukai pada minuman berpemanis, serta kesehatan seksual dan reproduksi sebagai area prioritas. Pendekatan kebijakan berbasis bukti tidak hanya membantu merancang solusi yang lebih efektif, tetapi juga memastikan bahwa kebijakan tersebut berdampak nyata pada kelompok yang paling membutuhkan.
Dalam konteks global, ancaman seperti pandemi, perubahan iklim, dan meningkatnya penyakit tidak menular semakin mempertegas pentingnya layanan kesehatan primer. Urbanisasi dan perubahan demografi menambah kompleksitas kebutuhan kesehatan masyarakat. Di tengah tantangan ini, CISDI terus mendorong peran layanan kesehatan primer sebagai garis depan yang dapat menjawab persoalan kesehatan global maupun lokal.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, mengatakan CISDI telah membuktikan dedikasinya dalam memperkuat layanan kesehatan primer dan mendukung sistem kesehatan yang lebih tangguh di Indonesia.
Menurut dia, CISDI, seperti halnya pemerintah, sama-sama menekankan pentingnya penguatan layanan kesehatan primer sebagai ujung tombak dalam membangun masyarakat yang sehat, produktif, dan berdaya saing.
“Pemerintah berterima kasih dan mengharapkan kontribusi berkelanjutan organisasi masyarakat sipil seperti CISDI dalam penguatan kesehatan nasional,” kata Pratikno dalam sambutannya untuk ulang tahun CISDI ke-10
Kolaborasi Lintas Generasi untuk Masa Depan Inklusif
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa populasi muda Indonesia mendominasi saat ini. Secara rinci ada 64,8 juta orang berusia 16-30 tahun pada 2023. Kelompok ini adalah aset besar untuk mendukung keberlanjutan layanan kesehatan primer. Utamanya, di wilayah yang masih memiliki keterbatasan akses dan sumber daya.
Alhasil, penting sebagai salah satu kekuatan utama CISDI adalah keterlibatan dalam pemberdayaan anak muda. Melalui program seperti Pencerah Nusantara, anak muda berkontribusi dalam membawa energi dan perspektif baru untuk menghadapi tantangan kesehatan di komunitas.
“Mengatasi persoalan pembangunan kesehatan tidak akan pernah bisa dilakukan sendiri,” tambah Diah.
Oleh karena itu, kolaborasi lintas sektor dan lintas generasi menjadi kunci untuk mencapai sistem kesehatan yang lebih adil dan inklusif.
Generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam memperkuat layanan kesehatan primer. CISDI memberdayakan anak muda untuk terjun langsung ke komunitas, membawa inovasi, dan menawarkan solusi kreatif untuk masalah kesehatan masyarakat.
“Anak muda memiliki energi dan perspektif segar yang sangat dibutuhkan untuk mendobrak stagnasi dalam sistem kesehatan,” katanya.
Diah menambahkan bahwa kontribusi generasi muda sangat penting dalam mendorong pendekatan berbasis komunitas. Khususnya berfokus pada pencegahan dan edukasi kesehatan.
Dalam bidang kebijakan, generasi muda juga aktif mendorong agenda kesehatan yang lebih inklusif. Salah satu fokus utama CISDI adalah meningkatkan kesadaran akan isu kesehatan seksual dan reproduksi, pengendalian tembakau, serta promosi gaya hidup sehat.
Terbukti dari Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif mencapai 70 juta orang. Adapun 7,4 persen di antaranya perokok berusia 10-18 tahun.
Kelompok anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun naik dari 18,3 persen (2016) menjadi 19,2 persen (2019). Sementara itu, data SKI 2023 menunjukkan kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak 56,5 persen, lalu usia 10-14 tahun 18,4 persen.
“Masa depan kesehatan masyarakat ada di tangan mereka yang berani menyuarakan perubahan, terutama anak muda,” tegas Diah.
Penulis: Dian Amalia Ariani
Editor: Gloria Fransisca Katharina
Discussion about this post