Jakarta, Prohealth.id – Jaringan pengendalian tembakau dunia mengirim surat kepada sejumlah CEO perusahaan aplikasi media sosial untuk melarang publikasi produk tembakau.
Berdasarkan siaran pers yang diterima Prohealth.id, Kamis (14/10/2021), surat tersebut menyampaikan kepada Mark Zuckerberg selaku CEO Facebook dan Instagram, Vanessa Pappas selaku CEO Tik Tok, dan Jack Dorsey selaku CEO Twitter bahwa hasil observasi pengendalian konsumsi tembakau menemukan bahwa sejumlah industri tembakau kini mulai makin aktif mengandalkan platform media sosial.
Strategi ini dilakukan untuk membidik target pasar baru yakni anak muda. Salah satu contohnya adalah semakin banyak figur publik dan para influencer muda yang memamerkan wadah penyimpanan nikotin isap atau nicotine pouches melalui unggahan media sosial mereka.
“Facebook, Instagram, TikTok, dan Twitter semuanya sudah punya aturan untuk melindungi konsumen dari bahaya tembakau dan rokok elektrik, namun kebijakan tersebut tetap belum optimal karena belum berhasil menangani cara berjualan dan iklan nicotine pouches. Hasil observasi membuktikan bahwa banyak influencer muda menggunakan media sosial mereka untuk mempromosikan nicotine pouches,” tuturnya.
Oleh karena itu, jaringan pengendalian tembakau meminta kepada para CEO ini agar mengatur cara iklan dan penjualan produk non farmasi seperti penggunaan nikotin secara lebih ketat. Hal ini mengingat sejumlah perusahaan rokok berskala besar seperti; Altria, British American Tobacco, Imperial Brands, dan Japan Tobacco International juga memiliki produk nicotine pouches serupa. Artinya, produk-produk nicotine pouches yang tengah beredar saat ini juga masih menjadi bagian dari strategi perusahaan-perusahaan besar tersebut menggeliatkan produk mereka.
Berdasarkan hasil riset pasar dari Euromonitor International, penggunaan nikotin secara oral seperti permen yang disimpan dalam nicotine pouches ini semakin populer dalam kalangan remaja. Hal ini terutama karena cara pemakaian yang sangat mudah, serta kurangnya antisipasi orang tua dalam mengawasi konsumsi nikotin isap.
Secara tegas, jaringan pengendalian tembakau mengatakan kepada CEO Facebook, Twitter, dan TikTok bahwa platform mereka belum eksplisit dalam melarang produk-produk tersebut. Salah satu contoh, para pencipta platform ini belum memiliki larangan iklan berbayar produk nikotin khususnya dari perusahaan besar seperti; Velo, Lyft, dan Zyn. Misalnya saja di Instagram, ada 77 influencer yang dibayar untuk mempromosikan Velo dan sudah mengunggah ribuan foto tentang penggunaan nicotine pouches kepada followersnya yang mencapai 537 juta orang di seluruh dunia.
Klear menyatakan, lebih dari 40 persen dari total followers melihat konten dari setiap influencer, secara spesifik followers yang terpapar promosi Velo adalah mereka yang berusia di bawa 24 tahun. Mengingat kondisi yang belum terkontrol tersebut dan kepentingan menjaga kesehatan masyarat juga keselamatan anak, jaringan pengendalian tembakau mengusulkan beberapa hal.
Pertama, nikotin sebagai zat adiktif memiliki banyak risiko dan punya konsekuensi buruk bagi kesehatan misalnya; menurunnya kualitas dan pengembangan otak anak juga remaja. Nikotin juga menyebabkan anak dan remaja akan kecanduan saat usia dewasa terhadap narkotika dan obat-obatan. Konsumsi nikotin bagi ibu hamil juga memberi efek pada kesehatan mental, tubuh, dan janin ibu juga bayi. Ada indikasi terhadinya permasalahan pengembangan otak pada janin. Tak lupa, konsumsi nikotin meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, menurunkan sistem imun, dan mengaktivasi sel-sel kanker.
Kedua, kampanye penjualan nicotine pouches yang menargetkan anak muda juga sangat minim informasi produk. Cara penjualan mereka mirip dengan cara memasarkan rokok elektronik dengan ragam rasa dan ragam kemasan. Misalnya saja nicotine pouches merek Lyft dan Belo dari British American Tobacco yang selalu memilih influencer untuk mempromosikan produk mereka. Narasi yang dibangun pun sama-sama menjanjikan kesehatan dan gaya hidup yang aktif bagi generasi muda. Para influencer ini juga aktif dalam mengumbar promo dari produk tembakau dalam media sosial mereka.
Ketiga cara pemasaran nicotine pouches ini kerap lolos dari pengaturan dan larangan karena mengklaim sebagai produk yang tidak berbahaya bagi konsumen. Strateginya, perusahaan menggunakan tawaran tentang model efisien dalam menyimpan barang-barang penting. Tawaran lain adalah tentang fungsi dari menyimpan nikotin isap dalam nicotine pouches karena kapanpun Anda merasa bosan, Anda bisa ditemani dengan nikotin kemana pun dan kapan pun.
Keempat, banyak pemerintah negara di seluruh dunia yang sedang melindungi anak dan remaja dari bahaya candu nikotin melalui pelarangan nicotine pouches. Pemerintah mengambil sejumlah langkah strategis untuk melarang produk ini termasuk melarang iklan tentang promo nicotine pouches.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post