Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi penopang dan selalu berinteraksi dengan bidang ilmu lainnya. Seperti misalnya; bidang kedokteran, khususnya mengenai penyebaran penyakit.
Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Nursanti Anggriani melalui penelitiannya membuat model matematika. Tujuannya, untuk mengkaji infeksi ulang dengan jenis serotype virus yang sama pada penyakit demam berdarah.
Ia mengatakan pada penelitian ini ia mengkaji efek infeksi ulang dengan jenis serotype virus yang sama. Tujuannya untuk menyelidiki efek dari peningkatan ketergantungan antibodi.
“Dapat dilihat bahwa infeksi ulang dengan serotype yang sama berkontribusi terhadap peningkatan jumlah kasus demam berdarah. Baik kasus demam berdarah primer atau sekunder,” kata Prof. Nursanti dalam diskusi Sajabi, ‘Peran Matematika dalam Pengendalian Penyakit Menular’. Kegiatan ini terselenggara atas nama Dewan Profesor Universitas Padjajaran secara daring, pada Sabtu (27/1/2024) lalu.
Selanjutnya, Prof. Nursanti juga melakukan penelitian pada penyakit Covid-19. Prof. Nursanti menjelaskan bahwa faktor yang paling penting adalah melihat adanya penurunan imunitas dari populasi. Populasi yang terdiri atas; populasi sehat, populasi rentan, populasi terinfeksi dengan gejala dan tanpa gejala, populasi sembuh, populasi yang pernah terinfeksi, serta populasi karantina. Kemudian ia menggunakan paper ini tersusun asumsi dalam perumusan model matematika untuk penyebaran penyakit Covid tersebut.
“Asumsinya mengatakan bahwa individu dengan gejala dan tanpa gejala akan menjalani rawat inap atau karantina,” ujar Prof. Nursanti.
Berdasarkan analisis secara matematis tersebut hasilnya bahwa kekebalan tubuh atau waning immunity yang menurun dapat meningkatkan terjadinya wabah. Oleh karena itu, periode isolasi dapat menghambat proses penyebaran penyakit Covid-19. Maka perlu kebijakan yang dapat memberlakukan karantina untuk menjaga jarak.
Prof. Nursanti juga menjelaskan bahwa penelitian mengenai penyakit Covid-19 ini melalui sudut pandang yang lain untuk penentuan biaya cadangan penanganan pasien.
Melalui model matematika tersebut, Prof. Nursanti dan tim dapat memproyeksikan jumlah pasien yang membutuhkan rawat inap. Hasil proyeksi jumlah pasien tersebut kemudian untuk menentukan biaya pengobatan dan penambahan tempat tidur. Hal ini mengikuti ketentuan sesuai ketetapan pemerintah Indonesia.
“Hasilnya menunjukan bahwa jumlah kasus terinfeksi akan bertambah dari waktu ke waktu, tetapi kasus terinfeksi ini akan selalu mendapatkan perawatan fasilitas kesehatan,” jelas Prof. Nursanti.
Selain itu, ia juga mengembangkan model matematika lainnya, guna mengkaji dampak isolasi mandiri dan rawat inap terhadap dinamika populasi akibat virus corona.
Melalui simulasi pada penelitian ini hasilnya bahwa Covid-19 berkurang jika pemerintah menerapkan kebijakan seperti isolasi mandiri dan rawat inap. Hal ini terkait dengan mengurangi kontak langsung antara individu yang terinfeksi dengan individu yang rentan terinfeksi.
“Dari sensitivitas analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa strategi pengendalian meminimalkan penyebaran infeksi Covid di masyarakat,” jelasnya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post