Jakarta, Prohealth.id – Women Grand Master (WGM) Medina Warda Aulia merupakan salah satu pesohor yang mengkampanyekan dampak buruk zat adiktif seperti rokok bagi generasi muda.
Atlet catur berusia 23 tahun mengingatkan bahwa waktu luang pada usia muda lebih baik digunakan untuk mengejar prestasi.
“Daripada penasaran dengan rokok, mending penasaran untuk berprestasi,” kata Medina kepada Prohelath.id, Senin, 7 Juni 2021.
Jebolan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia ini menyangkal mitos yang beredar bahwa merokok bisa meningkatkan prestasi. Menurut dia, data sudah membuktikan bahwa ada banyak orang sukses di bidangnya masing-masing dan mereka tidak merokok.
“Kalau menurut aku itu cuma alasan untuk mencari pembenaran merokok ya. Karena aku sendiri berprestasi dan nggak merokok,” ujar dia.
Peraih medali emas SEA Games 2019 ini menyebutkan salah satu syarat untuk bisa berprestasi adalah kesehatan tubuh. Menurut dia, tingginya prevalensi perokok malah menjadi faktor utama buruknya sistem pelayanan kesehatan publik di Indonesia.
“Rokok itu tidak membantu prestasi, banyak juga yang tidak merokok tetap sukses bisa berkreasi dan tetap berprestasi,” ungkap dia.
Medina mengaku prihatin dengan kegagalan pemerintah menurunkan prevalensi perokok anak yang meningkat dari 7,2 persen menjadi 9,1 persen. Dia menyayangkan masih banyak anak-anak yang mencoba merokok karena masih menggangap merokok itu keren.
“Padahal kalau merera tahu kalau merokok itu ada zat nikotin. Itu berpengaruh pada perkembangan anak soal baik dan buruk. Nikotin itu mengurangi kemampuan otak, soal kualitas otak,” kata dia.
Menurut dia, menurunkan kemampuan otak karena merokok bisa berpengaruh bagi masa depan anak tersebut. Dia pun berharap pemerintah mengeluarkan regulasi lebih ketat perihal upaya menurunkan jumlah perokok anak.
“Perlu ada peraturan yang lebih kuat mengatur supaya anak-anak tidak merokok, bisa juga dengan lebih banyak seminar atau beberapa kegiatan untuk penyadaran bahwa merokok bahwa berbahaya bagi mereka secara tidak langsung,” ucap dia.
Medina memberi contoh atlet rekannya sesama di Pelatnas catur seperti Irene Kharisma Sukandar dan Chelsie Monica Sihite tidak ada satu pun yang merokok. Sehingga, kata dia, rekan-rekannya pun bisa memiliki prestasi yang gemilang dan dikenal oleh publik.
“Kalau atlet catur merokok, pasti kesempatannya naik level kecil karena dicatur sendiri keterampilan otak untuk bekerja kreatif dan kemampuan otak adalah kualitasnya. Kita juga perlu gizi yang baik untuk tubuh dan. Sedangkan rokok itu tidak memberikan asupan yang baik bagi otak kita,” terangnya.
Discussion about this post