Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

Mencerna Gejala Maag dengan Kanker Pankreas

Masyarakat harus mengenali perbedaan antara gejala maag dengan kanker pankreas.

by D.P Sari
Thursday, 11 January 2024
A A
Penderita Kanker, Jangan Abaikan Asupan Gizi

Sumber Foto: Ilustrasi (www.pixabay.com)

BacaJuga

Semangat Warga Yogyakarta Perangi Rokok

Mau Sehat, Cek Dulu Harga Vaksin dan Booster Vitamin di Rumahsakit

Jakarta, Prohealth.id – Mengawali tahun 2024, Menteri Bidang Maritim dan Investasi Rizal Ramli periode 2014-2016 wafat pada Selasa (2/1/2024).
Ekonom senior tersebut meninggal akibat kanker pancreas. Sekejap, kanker pankres pun menjadi bahasan di sejumlah media nasional.
 
Kanker pankreas akrab dengan julukan silent killer. Gejalanya memang sederhana, bahakan hampir mirip seperti sakit maag. Biasanya adalah sakit di ulu hati disertai turun berat badan secara drastis, gatal, nyeri, mual, muntah, dan diare.
Data Surveillance Epidemilogy and End Result Program (SEER) hasil diagnosa pada 2020 menyebutkan 47.050 sebagian besar penderita kanker pancreas berujung meninggal dunia. Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menyatakan hal ini karena penderita baru melakukan medical check-up (MCU) jika mengalami keluhan.
“MCU sangat penting untuk melihat kondisi kesehatan secara menyeluruh. Idealnya melakukan MCU bagi orang-orang berusia di atas 35 tahun untuk mencegah kanker pankreas,” katanya dalam diskusi daring bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Jumat (5/1/2024).
Pasalnya ada beberapa bagian yang harus melalui pemeriksaan. Di antaranya; darah perifer lengkap, fungsi hati, bilirubin total, amilasi, dan Ca19-9 atau dikenal dengan pemeriksaan tumor marker.
Khusus bagi orang yang sering mengeluh nyeri ulu hati penting memastikan ada atau tidaknya potensi kanker pankreas. “Jangan dianggap remeh, jika ada keluhan nyeri ulu hati, bisa jadi ada kanker di tubuh,” cetusnya.
Kebanyakan, penderita kanker pankreas baru memeriksakan diri jika mata sudah kuning dan kurus. Akibatnya, sebagian besar kasus kanker pankreas terlambat ditangani. Biasanya, pasien mengira nyeri ulu hati yang dialami karena penyakit maag atau GERD.
“Jika sudah bergejala sebenarnya sudah terlambat, sebab awalnya kanker pankreas itu memang tidak ada gejala,” kata Ari.
Ari mengungkap, individu berusia 55 tahun ke atas berpotensi paling banyak terkena kanker pankreas. Namun, gaya hidup masa kini membuat kaum muda berusia 30-an sudah ada yang terkena kanker pankreas.
“Anak muda makannya tinggi lemak, misalnya steak. Minumnya juga rutin alkohol. Merokok juga jadi budaya. Lalu obesitas dan seringnya tidak sadar. Itu berisiko terkena kanker pankreas,” jelas dia.
Ari mengingatkan kebiasaan minum alkohol kurang cocok bagi warga Indonesia yang tinggal di wilayah beriklim tropis. Kebiasaan ini lebih cocok bagi orang yang tinggal di Eropa.
“Gaya hidup, di Eropa punya empat musim. Mereka butuh alkohol untuk menghangatkan badan. Orang Indonesia lebih baik menghindarinya karena berimbas negatif bagi tubuh,” bebernya.
Anggota Dewan Pertimbangan Pengurus Besar IDI ini menjelaskan pankreas dalam tubuh merupakan kelenjar yang berkaitan erat dengan sistem pencernaan. Fungsi pankreas adalah untuk menghasilkan enzim serta menghasilkan hormon insulin.
“Konsumsi daging merah, lemak berlebihan membuat organ tubuh bekerja lebih keras melakukan metabolisme tubuh terutama pankreas,” ujarnya.

 

Ari juga mengingatkan, konsumsi daging setengah matang dan lemak tinggi memperberat tubuh yang sudah terkena gejala kanker pankreas. Artinya, jika kinerja tubuh lebih berat bisa menyebabkan masalah tambahan.
“Tubuh sulit mencerna daging. Akhirnya ada peradangan kronis, lalu jadi polip, dan berujung kanker,” lanjut dia.
Makanan yang kurang bergizi juga menjadi masalah kesehatan yang menambah potensi menjadi penyakit kanker. Ari menyarankan agar segera memperbaiki kualitas hidup.
”Biasakan konsumsi makanan bergizi dan bergaya hidup aktif. Lalu olahraga teratur dan menjaga pola makan teratur,” pungkasnya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Bagikan:
Tags: fakultas kedokteranKankerkanker pankreasKesehatanmaagpankreassakitsakit maagsehatUniversitas Indonesia

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.