Jalan Kramat Raya di Jakarta Pusat merupakan salah satu jalan utama namun bukanlah jalanan yang panjang dan besar. Dikutip dari Wikipedia, lebar badan jalan hanya sekira 10 meter dan panjangnya hanya 1,8 kilometer, membentang dari Jalan Kwitang sampai Jalan Raden Saleh dan melintasi 4 kelurahan. Tetapi yang menjadikannya cukup penting karena sejarah dan terdapat beberapa bangunan bersejarah.
Masih dikutip dari Wikipedia, nama Jalan Kramat Raya diambil dari daerah di Jakarta yang mempunyai tingkat frekuensi pertempuran paling tinggi dalam kurun waktu 1945-1949. Sedangkan bangunan bersejarah misalnya Museum Sumpah Pemuda (Muspada) yang beralamat di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat. Jauh sebelum dikenal sebagai Muspada, tempat ini sebenarnya merupakan rumah kos milik seorang etnis keturunan Tionghoa Bernama Kong Sie Lan. Para penyewanya rumah kos ini adalah pemuda-pemuda yang di kemudian hari dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional dan kemerdekaan nasional. Rumah kos yang sejatinya merupakan tempat tinggal, para pemuda tersebut berani menyelenggarakan Kongres Pemuda I dan II, yang kelak kita kenal sebagai cikal bakal penetapan Hari Sumpah Pemuda.
Bangunan bersejarah yang lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta, yang ada sejak 17 September 1945. Akan tetapi hanya lokasinya yakni di Jalan Kramat Raya, Nomor 47, Jakarta Pusat. Sedangkan bangunan fisiknya telah dibangun baru. Lalu ada juga Panti Asuhan Vincetius Putra yang beralamat di Jalan Kramat Raya nomor 134 Jakarta Pusat. Dikutip dari laman Vincentius, Panti Asuhan ini dibangun pada tahun 1910 dan sampai saat ini masih dirawat dengan baik serta digunakan.
Tak jauh dari panti asuhan, ada Rumah Sakit Kramat 128 (RS Kramat 128) yang sesuai namanya berada di Jalan Kramat Raya nomor 128, Jakarta Pusat. Bila dibandingkan dengan Muspada, PMI atau Panti Asuhan Vincentius Putra, RS Kramat 128 tidak terlalu dikenal. Terlebih sebagai bangunan bersejarah atau siapa pendirinya dan bagaimana sejarahnya. Selama ini tempat tersebut hanya dikenal sebagai rumah sakit untuk melayani warga baik sekitar atau yang dirujuk ke sana untuk berobat.
Dapat dimaklumi karena secara bangunan, RS Kramat 128 tidak menyisakan sedikit pun (bagian) bangunan lamanya. Jika dilihat dari jauh, yang tampak adalah bangunan 4 lantai masa kini yang bercat warna pink muda, warna yang cukup mencolok meskipun secara ukuran bangunan tidaklah besar. Saat ini rumah sakit tersebut terus berbenah, telah lebih dari dua tahun mereka melakukan renovasi gedung RS sekaligus menambah fasilitas medisnya. Selain rumah sakitnya, apotik yang berada di sebelahnya pun termasuk bersejarah, yaitu Apotik Titi Murni.
Mencari Jejak dr. R Soeharto Sang Pendiri
Jauh sebelum pemberian gelar Pahlawan Nasional tahun 2022 ini kepada dr. R Soeharto, saya telah familiar dengan nama tersebut. Sebab RS Kramat 128 selama lebih dari 6 tahun, setiap bulannya saya rutin mengunjungi RS tersebut untuk berobat. Dalam rutinitas berobat, sesekali saya googling untuk membaca profil dari RS Kramat 128 dan saya menemukan nama beliau. Juga Ketika membuat artikel tulisan, saya menemukan nama beliau sebagai salah satu inisiator berdirinya Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada 24 Oktober 1950.
Dalam situs resmi RS Kramat 128, misalnya dijelaskan secara singkat bahwa RS Kramat 128 berawal dari klinik pribadi milik dr. R. Soeharto yang didirikan pada tahun 1957 saat dia menjadi dokter pribadi Presiden Soekarno pada era kemerdekaan. Untuk informasi bahwa dia adalah dokter pribadi Presiden Soekarno, sebenarnya saya sudah lebih dulu mendapatkan informasi tersebut sebelum membacanya di situs rumah sakit. Bahkan mengenai hal ini, saya pernah menanyakan langsung kepada Pak Yusman (saya tidak tahu nama lengkapnya), yang sekitar tahun 2018-2019 menjadi salah satu pengelola RS Kramat 128. Pak Yusman meninggal pada 2020 lalu tetapi semasa hidupnya dan sebelum pandemi, cukup sering datang ke RS Kramat 128. Ketika beliau datang, biasanya selalu ditemani istri dan asisten kepercayaannya.
Sedikit kilas balik, saya mengenal Pak Yusman secara tak sengaja di Kafetaria RS Kramat 128. Saat ini, kafetaria tersebut telah almarhum. Pak Yusman sendiri ketika berkunjung ke RS, biasanya akan mampir ke kafetaria untuk minum, biasanya jus buah. Entah dimana dan kapan tepatnya percakapan dengan Pak Yusman, tetapi saya ingat saat itu bertanya, “Pak, RS Kramat ini punyanya dokter Soeharto ya?” dan dia menjawab, “Iya”.
“Dokter Soeharto ini katanya dokter pribadi Bung Karno?” tanya saya lagi. Pak Yusman saat itu sudah sepuh dan beruban, untungnya memiliki ingatan yang tajam. Dengan cepat dia menjawab “benar”. Hanya itu percakapan yang saya ingat dengannya.
Di kemudian hari, apabila bertemu dengannya, saya hanya bisa menyapanya saja. Sebab terlihat dari gerak tubuhnya, betapa Pak Yusman memang sibuk. Saya belum pernah menanyakan detail kepadanya mengenai sosok dokter Soeharto. Bagaimana kepribadian atau karakteristik dr. Soeharto? Waktu bergulir, hingga pada pertengahan tahun 2020, saat jadwal kontrol lupus di RS Kramat 128, saya melihat sejumlah bunga papan dukacita berjejer di sekitar pintu samping belakang RS Kramat 128. Semakin tinggi matahari, jumlah bunga papannya semakin bertambah. Nama yang tertulis adalah nama Pak Yusman. Beliau meninggal karena usianya yang telah sepuh atau tua.
Beberapa hari lalu (Kamis,1/12/2022) saya juga mencari-cari informasi mengenai dokter R Soeharto. Jadilah saya menjelajahi daerah sekitar RS Kramat 128 sampai dengan depan Jalan Kramat IV. Seorang juru parkir di sekitar RS KRamat 128 yang tidak mau mengungkapkan namanya mengatakan mengenal almarhum dr. R. Soeharto. Meski pengetahuan ini hanya sebatas pernah melihat saja. Lebih dari itu, tidak. Juru parkir ini seorang bapak yang telah berusia tua meski belum sepuh. Jika menebak dari tampilan fisiknya sekitar 55-60 tahun. Ia mengaku telah menjalankan profesinya sebagai juruparkir di RS Kramat 128 selama puluhan tahun.
Saat hendak diwawancarai lebih lanjut, bapak juru parkir menolak. Ia beralasan sibuk mengatur parkir motor yang wara-wiri di depan RS Kramat 128. Memang, depan RS Kramat 128 terdapat trotoar yang tergolong lebar dan inilah yang difungsikan sebagai lahan untuk parkir motor. Setelah menolak, bapak ini segera ngacir menghampiri ke arah pengemudi motor yang baru tiba dan hendak memarkir kendaraannya di situ.
Saya berusaha mencari informasi lain dengan bertanya kepada warga sekitar, seperti di depan Jalan Kramat IV yang tak jauh dari RS Kramat 128. Namun usaha ini sia-sia. Tak ada satupun dari mereka yang pernah melihat secara langsung atau berhubungan langsung dengan dokter R Soeharto, seperti misalnya dalam rangka keperluan berobat atau proses persalinan.
RS Kramat 128, dulu dan kini
Pernah dengar nama Bakmi Naga? Salah satu bakmi legendaris ini ternyata lokasi awalnya berdekatan dengan RS Kramat 128. “Dulu RS (Kramat 128)-nya berada di belakang bakminya (Bakmi Naga) Dulu itu Bakmi Naga manjang dari sono ke sini. Lalu dibongkar, Bakmi Naga-nya nyisain yang diujung”, kata Pak Hari (bukan nama sebenarnya) saat ditemui pada Kamis sore (30/11/2022). Ia menceritakan ini kepada saya sambil tangannya terus bergerak sesuai dengan yang ia ceritakan sehingga saya mendapatkan gambaran bagaimana RS Kramat 128 sekitar 20-30 tahun yang lalu. Pak Hari adalah sebagai pedagang makanan yang telah aktif sejak tahun 1992.
Pada awalnya ia berjualan mangkal di depan RS Kramat 128 yang dekat dengan Bakmi Naga. Lalu pindah ke depan Apotik Titi Murni. Hanya itu saja yang diingat Hari mengenai RS Kramat 128. Perihal Apotik Titi Murni, Hari menyebut sejak dulu hanya begitu saja.
Tak banyak catatan sejarah transformasi RS Kramat 128 dan Apotik Titi Murni. Padahal keduanya memiliki sejarah yang cukup penting. Mengutip situs resmi RS Kramat 128, RS Kramat 128 yang awalnya merupakan klinik pribadi milik dr R Soeharto dan didirikan pada tahun 1957 kemudian pada 10 November 1978 bertransformasi menjadi tempat “Praktek Dokter Spesialis Kramat 128 (PDS Kramat 128)” yang bernanung di bawah Yayasan Kramat 128.
Selanjutnya pada tahun 1984 terjadi perubahan status menjadi rumah sakit dan pada tahun 1989 menetapkan RS Kramat 128 khusus untuk bedah. Pada 1993 RS Kramat 128 berkembang menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) hingga saat ini dengan layanan unggulan dalam penanganan lupus dan onkologi. Meskipun mengalami beberapa kali perubahan, hari jadi RS Kramat 128 diperingati setiap tanggal 10 November. Sementara dr. R. Soeharto sendiri wafat pada 30 November 2000.
Hal lain yang cukup penting dan menarik, tak banyak orang tahu bahwa nama Apotik Titi Murni berasal dari nama istri dari dr. R. Soeharto. Saya sendiri mengetahui hal ini usai diberitahu oleh dokter yang merawat saya. Beberapa tahun lalu dalam sebuah percakapan, ia bertanya apakah saya tahu nama istri dr. R. Soeharto dan saya jawab tidak. Lalu dijawabnya “Titi Murni”. Melalui seorang teman juga saya mendapat informasi bahwa Apotik Titi Murni pernah memberi bantuan kepada aktivis almarhum Soe Hok Gie. Entah bantuan apa.
Juga di Apotik Titi Murni atau RS Kramat 128 pernah menjadi tempat pertemuan tokoh-tokoh penting nasional pada zamannya, seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan kawan-kawan. Sejarah RS Kramat 128 dan dr R Soeharto hanyalah sepintas, tak banyak orang yang tahu bahkan pasien-pasien yang selama ini berkunjung untuk berobat. Namun jika berbicara kemerdekaan, maka ada andil besar dr. R. Soeharto. Jika berkaca dari kontribusi dan jasanya untuk Indonesia memang dr. Soeharto layak untuk selalu dikenang.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post