Jakarta, Prohealth.id – Sebagai negara dengan iklim tropis, Indonesia mengalami masa pancaroba atau peralihan musim sebanyak dua kali dalam setahun.
Biasanya musim pancaroba terjadi pada bulan September-November sebagai masa peralihan dari musim kemarau menuju musim penghujan, dan pada bulan Maret-April selama pergantian musim penghujan menuju musim kemarau.
“Selain identik dengan pergantian cuaca esktrem, masa pancaroba juga dikenal sebagai masa-masa rentan munculnya beberapa jenis penyakit karena imunitas yang menurun akibat pergantian cuaca tersebut,” ungkap Eileen Kamtawijoyo, Chief Operating Officer Populix melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Senin (4/7/2022).
Salah satu penyakit yang sering muncul sepanjang musim ini adalah jenis penyakit panas dalam. Berdasarkan survei Populix Maret 2022 lalu tercatat kenaikan pembelian larutan penyegar panas dalam sebesar 8 persen dibandingkan bulan Januari.
“Selain itu, sebagai upaya masyarakat dalam menjaga daya tahan tubuh, di periode yang sama, kami juga mencatat kenaikan pembelian multivitamin dan vitamin C masing-masing sebesar 11 persen,” katanya lagi.
Berdasarkan Monthly Data Tracking Populix selama bulan Januari hingga Maret 2022, Populix mencatat 78 persen responden membeli larutan penyegar panas dalam setidaknya satu kali dalam sebulan selama Januari-Maret, dengan 30 persen di antaranya membeli setidaknya satu kali dalam seminggu.
Di antara responden tersebut, 43 persen responden mengatakan membeli larutan penyegar panas dalam di minimarket, 38 persen responden membeli di warung dan 11 persen membeli di supermarket. Hal ini menunjukkan bahwa responden membutuhkan produk tersebut dikonsumsi secara cepat sehingga mereka membelinya dari lokasi terdekat.
Sementara itu, terkait dengan anggaran yang dikeluarkan untuk membeli larutan penyegar panas dalam, 92 persen responden menyediakan anggaran kurang dari Rp100.000 dalam sebulan.
Untuk mempersiapkan diri menghadapi masa pancaroba, masyarakat Indonesia juga terlihat semakin rutin mengonsumsi multivitamin dan vitamin C guna meningkatkan imun tubuh. Data Populix menemukan adanya kenaikan pembelian sebesar 11 persen pada kategori multivitamin dan vitamin C di bulan Maret dibandingkan Januari 2022.
Survei juga menunjukkan bahwa 90 persen responden membeli multivitamin dan vitamin C setidaknya satu kali dalam sebulan. Adapun terkait dengan anggaran yang disediakan, 75 persen responden dan 62 persen responden menghabiskan kurang dari Rp100.000 untuk membeli vitamin C dan multivitamin dalam sebulan. Namun, terdapat juga 31 persen responden yang menyediakan anggaran lebih, yaitu sebesar Rp100.000-Rp 250.000 untuk membeli multivitamin.
Beberapa merek multivitamin yang paling banyak dipilih oleh masyarakat Indonesia adalah Imboost dan Enervon-C yang sama-sama menduduki peringkat pertama dengan 33 persen responden yang memilih kedua merek tersebut. Selanjutnya, 31 persen responden memilih CDR, 20 persen responden memilih Hemaviton, dan 17 persen responden memilih Redoxon.
Sebagai produk yang rutin dikonsumsi untuk meningkatkan imun tubuh, mayoritas responden masih mencari produk multivitamin dan vitamin C di minimarket dan apotek.
Secara lebih detail, terdapat 32 persen responden membeli multivitamin di minimarket, 19 persen responden membelinya di apotek, dan 16 persen responden bertransaksi menggunakan e-commerce. Di sisi lain, 37 persen responden membeli vitamin C di minimarket, 17 persen responden membeli di apotek, dan 14 persen responden membelinya di supermarket.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post