Keramaian dan kesibukan Jakarta menuntut hadirnya partisipasi aktif. Namun denyut kehidupan kota yang demikian menjadi tantangan besar bagi individu tuna grahita.
Di tengah situasi ini hadir Yayasan Tri Asih. Ini bukan sekadar tempat tinggal atau pendidikan melainkan oase harapan bagi mereka yang terlahir dengan keterbatasan intelektual.
Langkah ini mulai pada 1969 oleh Maria Paula Gemma yang membuka rumahnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Bersama dua rekannya, Elizabeth Ekawati Tohir dan Sintawati Tjondroandaja, kemudian mereka mendirikan Yayasan Tri Asih pada 1973.
Tidak hanya fasilitas pendidikan formal yang disediakan melalui Sekolah Luar Biasa dari tingkat SDLB C1, SMP, hingga SMK. Tri Asih juga memiliki Unit Pelayanan Khusus (UPK) dan panti rawat lengkap. Terapi sangat beragam mulai dari terapi wicara, terapi sensori integrasi, hingga terapi pola gerak.
Setiap anak yang masuk ke Tri Asih melalui proses asesmen yang ketat guna memastikan kebutuhan spesifik mereka bisa dapat terpenuhi dengan pendekatan yang tepat.
“Kami bekerja sama dengan Rumah Sakit Carolus. Asesmen bertujuan memahami kira-kira apa kebutuhan mereka sebelum ke kami. Verifikasi ini supaya kami jangan sampai keliru menangani mereka,” ucap Ketua Pembina Yayasan Panti Asuhan Tri Asih Julius Iwan Sunarko dalam konferensi pers Run4U 2025 di Jakarta.
Pendampingan Sepenuh Hati
Di Tri Asih, anak-anak ini tetap mendapatkan ruang untuk berkembang. Mereka belajar untuk mengenali potensi diri dalam program bina diri. Meski mengenali diri sendiri adalah proses yang sulit bagi mereka. Tetapi Tri Asih tetap meyakini setiap anak punya hak untuk bertumbuh, mengenali, dan mencintai diri.
Satu anak di Tri Asih bersama dengan dua orang pendamping dan tenaga terapis sesuai kebutuhannya. Setiap anak tidak hanya punya pendamping secara akademis atau fisik tetapi juga pendamping emosional. Ini agar mereka dapat tumbuh di lingkungan yang menyayangi dan menghargai keberadaannya.
Pembiayaan di Tri Asih meliputi pendidikan, terapi, makanan, perawatan kesehatan, hingga pengembangan keterampilan. Apalagi kebutuhan mereka tidak sedikit. Sebagian besar keluarga hanya mampu menanggung setengahnya dan itu pun sudah merupakan bentuk pengorbanan yang luar biasa.
Sisa pembiayaan harus terpenuhi melalui donasi. Bantuan selama ini datang dari Keuskupan Agung Jakarta dan para donatur pribadi yang tergerak hatinya. Namun jumlah donatur makin hari makin menyusut terutama pasca pandemi COVID-19 yang meluluhlantakkan banyak sektor ekonomi.
Di samping itu Tri Asih mendorong kemandirian anak-anak difabel. Ada penampilan dari belbagai produk kerajinan tangan. Seperti tenunan, jahitan, dan produk lainnya. Ruang dan kesempatan ini bertujuan agar produk-produk ini terjual dalam bazar dan pameran.
Media sosial dan teknologi digital berguna menjangkau lebih banyak hati yang bersedia berbagi dan memperjuangkan masa depan yang setara bagi kaum disabilitas.
Yayasan Tri Asih pun meraih dukungan komunitas dalam acara Run4U pada tahun ini. Kegiatan ini bukan sekadar olah raga. Tetapi program lari amal dari Profesional dan Usahawan Katolik Keuskupan Agung Jakarta (PUKAT KAJ) untuk berbagai kegiatan kemanusiaan.
Acara Run4U 2025 ini mengangkat tema “Kepedulian Lebih Besar Kepada Saudara Yang Lemah dan Miskin” sesuai dengan Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) 2025. Tema tahun ini merupakan ajakan untuk lebih peduli pada mereka yang berkekurangan atau bahkan sama sekali tidak mempunyai akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup mendasar.
“Yang paling miskin di antara saudari saudara kita yang miskin. Inilah yang ingin kita beri perhatian secara lebih pada tahun ini,” kata Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo.
Mewarnai Lingkungan Demi Masa Depan
Selain Yayasan Tri Asih, intensio dari Run4U tahun ini juga disalurkan kepada komunitas Sant Egidio.
Komunitas Sant Egidio dibentuk pada 1968 di Roma Italia. Lalu berkembang di 70 negara. Anggotanya juga tersebar di sejumlah kota di Indonesia.
Ada tiga pilar yang menjadi nilai hidup komunitas ini. Yakni Doa (Prayer), Kaum Miskin (Poor), dan Perdamaian (Peace). Tiga kata sederhana ini merangkum filosofi hidup dan arah gerak komunitas.
“Doa menjadi satu jantung kehidupan dari komunitas. Kami memiliki jadwal doa komunitas dan sharing tentang pendalaman Firman Allah,” terang Penanggung Jawab Komunitas Sant’Egidio Indonesia Respati Teguh Budiono.
Komunitas memberikan pelayanan kepada orang jalanan, lansia di panti jompo, hingga panti rehabilitasi. Komunitas ini pun hadir memberikan pelayanan di setiap kota dengan “Sekolah Damai”. “Sekolah Damai” jangan terbatas bayangan hanya berupa bangunan sekolah. Tetapi wadah ketika anak-anak bisa memahami dirinya sangat bernilai.
Dia mengatakan,“Jadi pasti kalau bicara kurikulum, kami tidak ada. Tetapi bagaimana ini bisa menjadi wadah bagi anak-anak di masa depan bisa merasakan diri mereka bernilai.”
“Keluarga kurang mampu berada dalam lingkungan kehidupan yang keras dan situasi itu yang akan merangkul anak-anak. Kami berusaha untuk menjadi warna yang berbeda bagi mereka yang hidup dan tumbuh di lingkungan yang keras tadi,” lanjut Teguh Budiono.
Anak-anak masih susah mengakses meski sekolah negeri sudah gratis. Banyak dari mereka tidak memiliki akses untuk sekolah di sana. Sebab permasalahannya bukan hanya pada sisi finansial. Tetapi ada permasalahan kesenjangan.
“Dari kecil tidak disekolahkan oleh bapak ibunya. Begitu mau sekolah, usianya sudah tidak selaras dengan kelas di sekolah umum. Misalnya usia 10 tahun mau masuk SD kelas satu itu sudah terlalu besar untuk mereka,” terangnya. “Kami mencoba beberapa upaya untuk menyelaraskan dulu kemampuan di luar sekolah umum baru kemudian masuk sekolah.”
Teguh Budiono menjelaskan pendanaan dari Run4U nantinya untuk anak-anak dan kalau memungkinkan untuk pelayanan-pelayanan lainnya.
Sedangkan Ketua Panitia Run4U 2025 Alexzander Zaputra Tedja menyebutkan Run4U 2025 merupakan program tahunan dari PUKAT KAJ.
“Kami ingin berbagi kebahagiaan. Kebahagiaan ini kita bagi lewat lari bareng plus amal atau kami sebut charity run. Istilahnya seperti itu,” tuturnya.
Kategori berdasarkan jarak tempuh 2,5 km, 5 km, dan 10 km. Acara tersebut bisa untuk profesional atau mengisi kegembiraan. Dari anak hingga lansia bisa mengikuti. Disabilitas bila ingin mengikuti dan lintasannya sama tetapi sisinya berbeda. Tahun sebelumnya juga ada peserta lari dengan pendamping.
Run4U 2025 akan berlangsung di QBIG BSD pada 1 Juni 2025 mendatang. Donasi turut dibuka dan informasinya ada di instagram@run4u. Platform online berkaitan dengan kegiatan Run4U dapat diakses melalui https://linktr.ee/Run4u_ID
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post