Jakarta, Prohealth.id – Juru bicara Satgas COVID-19 dari RS Universitas Sebelas Maret (UNS), dr. Tonang Dwi Ardiyanto SpPK. mengatakan jumlah PCR tes nasional sempat turun drastis hanya mencapai 54 ribu.
Menurutnya, hal itu dapat dipahami karena hari libur yang terjadi berturut-turut. Ketika laporan harian kasus sangat tinggi yang terjadi beberapa kali, saat itu rata-rata jumlah PCR nasional di 90-100 ribu. “Artinya, landainya laporan tes, harus hati-hati dimaknai,” terangnya.
Tonang menambahkan, “Angka kematian nasional masih naik turun, dan pada 28 Februari lalu kembali naik. Maka angka kematian mingguan masih terus menanjak.”
Oleh sebab itu, masyarakat perlu mengetahui beberapa hal untuk menghadapi periode Omicron yang tidak berbeda jauh dengan varian Delta.
“Apabila timbul gejala, saat itu juga harus periksa PCR/antigen. Saat hasilnya negatif, jangan senang dulu, tunggu dua hari lagi untuk memastikan kembali melalui tes PCR/antigen apakah benar-benar negatif atau tidak,” papar Tonang.
Jika terjadi kontak erat, segera dilakukan tes PCR atau antigen. Baik hasilnya positif maupun negatif, kontak erat harus melakukan karantina lima hari. “Nanti di hari kelima diulang kembali tes kedua (exit). Apabila hasil exit test negatif, maka karantina dianggap selesai,” terangnya.
Secara keseluruhan, Tonang berharap, periode Omicron segera mencapai puncak lalu melandai agar bulan Ramadan tahun ini bisa dijalankan dengan baik tanpa perlu khawatir tertular Covid-19 saat melaksanakan Salat Tarawih maupun Lebaran.
PENELITI PAHAMI POLA COVID-19
Selama dua tahun terakhir, para ahli kesehatan, kata Tonang, sudah lebih memahami pola-pola dan karakteristik penyakit yang disebabkan virus corona tersebut. Meski penularan varian Omicron lebih cepat dari Delta, ada harapan puncak Omicron akan lebih cepat bergerak melandai tanpa harus banyak pasien yang dirawat maupun meninggal, seperti pada gelombang Delta.
Subvarian Omicron BA.1 menurut Tonang memiliki karakteristik cepat berkembang di saluran pernapasan, namun lambat berkembang di paru-paru. Itu yang menyebabkan gejala yang dialami pasien terinfeksi Omicron cenderung lebih ringan daripada varian Delta
“Tapi kita patut khawatir dengan subvarian Omicron BA.2 yang kemampuan berkembang di paru-paru bisa mendekati kemampuan Delta,” tegas Tonang.
Dia mengakui rata-rata derajat keparahan penyakit pada pasien Omicron lebih ringan daripada varian Delta. Namun, Tonang berharap dengan kekebalan alami dari infeksi dan vaksinasi yang masif, varian virus tersebut tidak berkembang lebih jauh.
“Saya yang termasuk mempercayai apabila varian baru mendominasi. Maka, pelan-pelan varian sebelumnya berkurang,” ujarnya.
Kendati demikian, masyarakat jangan terjebak dengan Omicron dan Delta karena semuanya sama-sama varian virus Covid-19. Yang harus diingat, semua varian tersebut berisiko membuat pasien bergejala berat.
“Perkara Omicron atau bukan, itu kepentingannya untuk epidemiologis agar bisa memetakan dan melihat tren ke depan. Tapi bagi masyarakat, apapun varian Covid-19 yang menginfeksinya, cara penanganannya tetap sama,” ungkap Tonang.
KASUS DKI JAKARTA
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mencatat, tes PCR per 7 Maret 2021 telah dilakukan sebanyak 30.116 spesimen. Dari jumlah tersebut, sebanyak 27.104 orang dites PCR untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 2.693 positif dan 24.411 negatif.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia dalam keterangan tertulisnya. Selain tes PCR, juga dilakukan tes Antigen terhadap 43.789 orang, dengan hasil 1.894 positif dan 41.895 negatif.
“Perlu diketahui, hasil tes antigen positif di Jakarta tidak masuk dalam total kasus positif karena semua dikonfirmasi ulang dengan PCR,” papar Dwi.
Dari jumlah total kasus positif, menurut Dwi, total pasien dinyatakan sembuh sebanyak 1.156.926 dengan tingkat kesembuhan 96,4 persen. Selain itu, total 14.828 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,2 persen. “Adapun tingkat kematian Indonesia sebesar 2,6 persen,” katanya.
Lebih lanjut, Dwi menyampaikan, target tes WHO adalah 1.000 orang dites PCR per sejuta penduduk per minggu (bukan spesimen). Artinya target WHO untuk Jakarta adalah minimum 10.645 orang dites per minggu. “Target itu telah Jakarta lampaui selama beberapa waktu. Dalam seminggu terakhir ada 212.804 orang dites PCR. Sedangkan, total tes PCR DKI Jakarta kini telah mencapai 934.766 per sejuta penduduk,” tambahnya.
Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 12,1 persen, dengan persentase kasus positif secara total sebesar 12,1 persen. “WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen,” ujar Dwi.
Sementara itu, menurut Tonang, jumlah PCR Jakarta masih seperti hari-hari biasanya, pada sekitar 30-35 ribu. Tidak turun walau hari libur. Angka itu berarti 61 persen dari seluruh PCR nasional.
Ketika Pemprov DKI Jakarta terus berupaya mengendalikan pandemi Covid-19, ternyata dalam beberapa waktu terakhir terjadi peningkatan jumlah kasus secara signifikan. Hal itu, menurut Tonang ada kaitannya dengan penurunan yang terjadi berturut-turut selama 17 hari sebelumnya.
“Hari ini kurvanya kembali meningkat. Begitu juga angka kematian Jakarta. Memang walau sempat mengalami penurunan, tapi angka harian masih naik turun,” katanya.
Mengingat akhir pekan dan libur berturutan, peningkatan kasus tersebut termasuk di luar dugaan. Meskipun ada pengaruh dari penyebaran BA.2, Tonang menyebut, hal itu tidak bisa diestimasikan sebagai peningkatan signifikan.
Hanya saja, melihat tren di Jakarta, Tonang mengingatkan agar masyarakat selalu berhati-hati memaknai “pelandaian” yang terjadi. Pasalnya, hari esok akan menjadi ujian, apakah tren ini akan terus meningkat, atau bisa kembali menurun.
“Kita berharap kembali terjadi penurunan, asal kita tidak berharap penurunan dalam sekejap tanpa usaha nyata mencegah penularannya,” katanya.
Hingga 7 Maret 2021, jumlah kasus aktif di Jakarta turun sebanyak 1.398 kasus, dengan jumlah pasien yang masih dirawat/isolasi berjumlah 28.732 orang. Meski turun, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap penularan Varian Omicron yang kini meningkat di Jakarta. Upaya 3T harus terus digalakkan, selain vaksinasi Covid-19 yang juga masih berlangsung dengan cakupan yang lebih luas.
Penulis: Jekson Simanjuntak
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post