Jakarta, Prohealth.id – Diabetes Melitus menjadi salah satu penyakit kronis yang wajib diwaspadai oleh masyarakat Indonesia.
Dikutip dari akun Twitter Center for Indonesia Strategic Development Initiatives (CISDI), Senin (29/11/2021), dalam satu botol minuman bergula itu bisa mengandung gula hingga 20-50gram. Padahal Kementerian Kesehatan menganjurkan konsumsi gula dibatasi pada 50 gram atau setara 10 sendok teh per harinya agar masyarakat terhindar dari penyakit-penyakit seperti diabetes dan obesitas.
Diabetes Melitus (DM) misalnya, adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.
Diabetes merupakan penyakit kronis yang paling tinggi kenaikan angka prevalensinya saat ini dan merupakan 10 besar penyebab kematian di dunia (WHO 2016). Prevalensi penderitanya juga terus meningkat.
Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dan tahun 2018 menunjukkan bahwa tren prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia meningkat dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen, prevalensi penyakit DM menurut diagnosa dokter meningkat dari 1,2 persen menjadi 2 persen.
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menjelaskan permasalahan penyakit DM adalah sebagian besar penderita DM tidak menyadari kalau dirinya menderita penyakit DM. Berdasarkan cuitan akun CISDI, sunyinya penyakit ini di kalangan masyarakat membuat 73,7 persen orang yang mengidapnya tidak sadar bahwa mereka telah memiliki diabetes. “Pada 2021, 537 juta orang dewasa di dunia hidup dengan diabetes. Ada 19,5 juta yang hidup di Indonesia,” cuit akun tersebut.
Faktor lain adalah kurangya kesadaran klien terhadap kontrol berkala. Hasil survei diabetes pada orang sehat ternyata lebih dari 2/3 orang tidak mengetahui bahwa mereka menderita diabetes. “Artinya fenomena diabetes seperti fenomena gunung es, dimana yang menderita diabetes jauh lebih banyak dibandingkan yang sudah diketahui diabetes,” kata Dante.
Sebelum jatuh menjadi diabetes, seseorang akan mengalami fase pradiabetes. Pada kondisi ini sebenarnya sudah ada tanda-tanda seseorang mengalami diabetes namun sering kali tidak disadari. Padahal, di tahap ini pasien masih masih bisa disembuhkan, namun karena ketidaktahuan terhadap gejala diabetes, hanya dibiarkan dan akhirnya sulit untuk dikendalikan.
Tri Juli Edi T, Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menjelaskan, prediabetes cikal bakal kencing manis. Akibatnya, kalau didiamkan saja 1/3 akan menjadi kencing manis dalam waktu 5 tahun, 1/3 tetap jadi prediabetes dan 1/3 lagi kembali normal. “Prediabetes jadi waktu terbaik untuk mencegahnya jadi diabetes, karena bisa kembali normal,” tuturnya.
Perlu diketahui bahwa penyakit diabetes tidak hanya disebabkan pola hidup yang kurang sehat. Namun, diabetes juga bisa terjadi karena keturunan. Artinya setiap orang berpotesi mengalami diabetes manakala diikuti dengan gaya hidup yang buruk seperti kurang aktivitas fisik, kegemukan, hipertensi, merokok, dan diet tidak seimbang.
Oleh karenanya, yang harus segera dilakukan agar fenomena ini tidak menimbulkan masalah yang semakin besar dan dampak yang luas adalah dengan menggaungkan pentingnya pola hidup sehat dan deteksi dini terutama bagi kelompok yang berisiko tinggi terkena diabetes. Cara ini jauh lebih efisien dan efektif untuk menangani pasien daripada saat mereka sudah jatuh sakit.
Dante menegaskan, diabetes bukan hanya mengobati soal gula darah saja. Ada jauh yang lebih penting yakni memberikan layanan kesehatan kepada pasien diabetes mulai dari hulu sampai hilir. Hulu dengan aktif melakukan kegiatan promotif preventif sedangkan hilir melakukan upaya maksimal bagi pengobatan pasien.
“Jika hulunya sudah berjalan dengan baik, maka kita akan dapat menghemat cost yang sangat besar,” terang Dante.
Agar pengendalian diabetes di Tanah Air optimal, Kementerian Kesehatan bersama stakeholder terkait menyusun roadmap diabetes yang berisi program tematik untuk mengendalikan diabetes di Tanah Air. Roadmap ini diharapkan bisa segera direalisasikan.
Kemenkes juga aktif melakukan edukasi skrining rutin diabetes, edukasi diet rendah gula dan garam serta melakukan kampanye pola hidup bersih dan sehat melalui slogan PATUH dan CERDIK. Melalui kampanye masif ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes serta mengendalikan jumlah penderita diabetes di Indonesia.
”Kalau kita bisa melakukan access to diabetes care lebih dini, harapan kita orang dengan diabetes bisa hidup normal, penyandang diabetes yang terkontrol diabetesnya bisa hidup lebih berkualitas dibandingkan mereka yang tidak terkendali diabetesnya,” pungkas Dante.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post