Jakarta, Prohealth.id – Ternyata di Indonesia masih banyak produk makanan bayi yang mengandung gula tambahan.
Public Eye Swiss dan International Baby Food Action Network (IBFAN) menemukan adanya gula tambahan pada produk makanan bayi Nestlé yang beredar di Indonesia. Anehnya, tidak ada temuan gula tambahan dalam produk makanan bayi di negara-negara lain seperti Eropa dan Amerika.
Serupa dalam laporan investigasi pada 17 April 2024, produk-produk asupan bayi dan anak dari perusahaan yang beredar di negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia, mengandung gula tambahan dalam jumlah beragam. Hal ini menunjukkan adanya standar ganda dalam produk yang mereka pasarkan di negara maju dengan negara berkembang.
Gula tambahan adalah gula tambahan selama pemrosesan makanan. Gula ini berbeda dari gula alami yang terdapat dalam buah dan sayuran. Kondisi tersebut berpotensi merusak perkembangan anak sejak dini. Apalagi, kandungan gula tidak hanya meningkatkan risiko obesitas pada anak-anak, tetapi juga memicu masalah kesehatan lain seperti diabetes dan penyakit kronis.
Policy and Advocacy Advisor PIC Indonesia, Dhora Elvira W menuturkan regulasi suatu negara dapat memengaruhi terjadinya standar ganda ini. Pasalnya, regulasi di negara-negara tersebut berbeda dengan regulasi di Indonesia.
“Di Eropa, regulasinya sangat ketat sehingga tidak ada celah bagi industri untuk menambahkan gula pada produk-produk bayi tersebut,” jelas Dhora dalam Media Briefing pada Rabu, 22 Mei 2024 secara daring.
Ia mengungkap bayi berusia kurang dari 2 tahun membutuhkan kalori dan nutrisi untuk tumbuh kembangnya. Namun dengan memberikan makanan dan minuman tinggi gula pada bayi, hal itu akan membuat bayi cepat kenyang. Akibatnya, bayi justru malas mengonsumsi makanan bernutrisi yang sangat ia butuhkan. Pola makan anak usia kurang dari 2 tahun juga akan membentuk kebiasaan makannya di kemudian hari.
“Jika anak terbiasa mengonsumsi makanan tinggi gula, otaknya akan terus menagih yang manis-manis. Gula berlebih juga akan tersimpan dalam tubuh sebagai lemak,” katanya.
Dokter ahli kesehatan gizi masyarakat Tan Shot Yen menambahkan, kelebihan gula pada anak berdampak negatif pada kesehatan. Oleh karenanya, orang tua perlu mewaspadai dampak negatif konsumsi gula. Misalnya, menurunkan daya tahan tubuh anak sehingga anak gampang sakit, hiperaktivitas. Konsumsi gula berlebih juga mengakibatkan peningkatan kasus alergi pada anak, merusak gigi, hingga menyebabkan gangguan hormonal di usia pubertas.
“Yang kita butuhkan bukan gula, tapi karbohidrat kompleks. Ini berasal dari tumbuhan berpati, tumbuhan berserat tinggi. Seperti sayur, biji-bijian, atau kacang-kacangan,” ujarnya.
Dokter Tan menambahkan, cara mengonsumsi gula yang tepat adalah dengan mengonsumsi dari sumber asli. Sebut saja contohnya; jagung, singkong, sayuran atau buah-buahan. Ia mengingatkan agar sebiasa mungkin tidak perlu menambahkan gula olahan pabrik, baik itu gula pasir atau pemanis buatan lainnya.
“Ingat, gula bukan hanya gula pasir. Kita juga perlu membaca label kemasan pangan untuk mengetahui apakah ada gula tersembunyi,” katanya.
Ada juga temuan dari lain yaitu bubur bayi Cerelac dan susu pertumbuhan Nido, atau yang di Indonesia adalah Dancow. Menurut dr. Tan, sampel dari produk tersebut berasal dari IBFAN ke Brussels Centre for Food Expertise di Belgia untuk melalui proses pengujian di laboratorium. Hasilnya menunjukkan Cerelac mengandung 4-5 gram gula tambahan per takaran saji. Sementara Nido atau Dancow mengandung 5 gram gula tambahan per sajian.
Di Indonesia, IBFAN menemukan Dancow 1+ Imunutri Madu dan Dancow 1+ Imunutri Vanila mengandung sekitar 2 gram gula tambahan per 100 gram, atau sekitar 0,8 gram per takaran saji. Temuan ini menimbulkan kontroversi, mengingat WHO telah melarang penambahan gula atau pemanis lain dalam produk makanan bayi usia bawah 3 ahun untuk mencegah obesitas, diabetes, dan penyakit kronis. Terlebih lagi, negara berpendapatan rendah dan menengah sedang menghadapi beban ganda malnutrisi.
Nestlé mengatakan di situs webnya, “Kami telah mengurangi gula dalam banyak sereal bayi kami. Meskipun masih ada gula tambahan pada beberapa produk, kami terus berupaya menguranginya, serta menyediakan lebih banyak pilihan tanpa gula tambahan.”
Menanggapi laporan ini, PT Nestlé Indonesia selaku produsen susu dan makanan bayi tersebut pun memberikan pernyataan resmi.
Pertama, komitmen Global bahwa Nestlé menegaskan telah menerapkan prinsip gizi, kesehatan, dan keafiatan yang konsisten di seluruh dunia, sesuai dengan pedoman dan regulasi nasional maupun internasional. Ini termasuk kepatuhan terhadap persyaratan label dan ambang batas kandungan karbohidrat yang mencakup gula.
Kedua, kepatuhan lokal, yang mana di Indonesia, semua resep dan desain kemasan produk Nestlé mendapat persetujuan BPOM dan mematuhi seluruh peraturan yang berlaku. Produk Nestlé Indonesia diklaim sebagai pilihan yang lebih baik bagi anak usia dini dibandingkan produk lain yang tidak sesuai.
Ketiga, peraturan berbeda. Nestlé mencatat bahwa setiap negara memiliki peraturan lokal yang mempengaruhi resep produk, membuat perbandingan langsung menjadi sulit. Variasi dalam resep disebabkan oleh peraturan, tren konsumen, dan ketersediaan bahan lokal.
Keempat, fortifikasi produk. Dimana poduk susu pertumbuhan dan bubur MP-ASI Nestlé untuk anak usia dini diperkaya dengan vitamin dan mineral seperti zat besi untuk mengatasi malnutrisi. Cerelac dan Dancow tidak mengandung gula tambahan, termasuk sukrosa.
Kelima, edukasi konsumen. Nestlé Indonesia terus mengedukasi masyarakat untuk membaca label produk pangan agar dapat membuat pilihan yang tepat sesuai kebutuhan.
Keenam, komitmen pada kualitas. Nestlé yakin dengan kandungan gizi produknya dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup dan standar gizi masyarakat Indonesia melalui kekuatan pangan.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post