Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

Pekerja Anak di Industri Rokok Jadi Perhatian Dunia

by Gloria Fransisca Katharina
Saturday, 11 September 2021
A A
Pekerja Anak di Industri Rokok Jadi Perhatian Dunia

Margianta Surahman Juhanda Dinata alias Gian selaku Pendiri Indonesian Youth Council for Tobacco Control (IYCTC) bersama para pembicara di forum Rising The Power. Sumber Foto: Gloria Fransisca/Prohealth.id

Jakarta, Prohealth.id – Permasalahan pekerja anak dalam bisnis tembakau khususnya industri rokok menjadi salah satu bahasan dalam forum internasional pengendalian tembakau beberapa waktu yang lalu.

Dalam webinar anak muda yang diselenggarakan oleh The Global Health Advocacy Incubator (GHAI) dan Campaign for Tobacco Free Kids membahas secara detail upaya yang bisa dilakukan anak muda dalam pengendalian tembakau di negara masing-masing.

BacaJuga

KKJ Desak Polisi Usut Intimidasi Kepala Babi ke Kantor TEMPO

Tolak Intervensi Industri Rokok pada Olahraga

Mewakili Indonesia, Margianta Surahman Juhanda Dinata alias Gian selaku Pendiri Indonesian Youth Council for Tobacco Control (IYCTC) ikut terlibat dalam memaparkan cara anak muda di Indonesia dalam mengampanyekan dan mendorong perubahan kebijakan publik dalam pengendalian tembakau. Tak sendiri, Gian juga berdialog dengan beberapa perwakilan anak muda lain yakni Danielle Walwyn selaku Advocacy Officer di GHAI Childhood Obesity Project, ada pula Pierre Cooke Jr., selaku HCCs Youth Technical Advisor dan Sanele Zulu mewakili kelompok Tobacco Free Youth Forum di Afrika Selatan.

Gian memaparkan saat ini IYCTC beranggotakan 50 organisasi pemuda dengan usia anggota 16 sampai 30 tahun. Organisasi maupun anggota IYCTC bahkan sudah tersebar di 20 kota ataupun kabupaten. Padahal IYCTC organisasi yang masih sangat muda karena resmi meluncurkan diri pada Januari 2021.

“Kehadiran IYCTC akan mewarnai upaya pengendalian tembakau di Indonesia yang sudah berlangsunf lebih dari satu dekade,” ujar Gian awal September lalu.

Dalam meniti langkah awal, Gian mengaku IYCTC terlibat dalam banyak riset dan kegiatan advokasi pengendalian tembakau. Dia tak menampik tantangan sekaligus peluang dalam mengelola IYCTC juga dikarenakan banyaknya aktivis pengendalian tembakau yang berlatar belakang peneliti atau tenaga medis. Namun berkat bantuan jaringan pengendalian tembakau, salah satunya Yayasan Lentera Anak, IYCTC menjaring banyak anggota yang bisa merumuskan persoalan tembakau tak terbatas pada kesehatan saja. Tingkat kompetensi anak muda ikut diasah dan dilatih memahami komplikasi dari sisi ekonomi, sosial, budaya, apabila tembakau tidak dikendalikan.

“Salah satu isu yang menarik terbaru ini adalah bagaimana anak dan remaja di bawah usia pekerja menjadi korban ekonomi, karena mereka menjadi pekerja di industri rokok,” ujar Gian dalam forum tersebut.

Gian mengutip berdasarkan temuan Emancipate Indonesia dan Yayasan Lentera Anak ada keterkaitan anak-anak dalam industri rokok yang mengambil keuntungan. Pasalnya, proses industri rokok mendapat keuntungan melibatkan peran anak-anak. Kajian ini menceritakan bahwa biasanya anak-anak dan remaja ini bekerja saat musim panen tembakau. Kegiatan bekerja ini dianggap menjadi kebiasaan semata karena anak ikut orang tua di perkebunan. Alhasil, anak-anak tak menerima upah dari pekerjaan mereka karena tetap akan diberikan kepada orang tua. Artinya, anak-anak ini pun melakukan kerja tanpa sadar akan risiko serta aturan, hak, dan kewajiban dalam ketenagakerjaan.

Terbukti, pada 2016 lalu dalam laporan Human Right Watch disebutkan, ada sejumlah provinsi di Indonesia membiarkan anak-anak menjadi pekerja dalam produksi tembakau. Berbagai daerah tersebut, Jember, Garut, Magelang, Sampang, Sumenep, Lombok Timur.

Mengingat permasalahan kompleks dalam industri rokok, Gian pun mengingatkan dan mengajak kaum muda untuk kritis terhadap rayuan industri rokok lewat corporate social responsibility (CSR) dan filantropi. Dia beralasan ada banyak pekerjaan yang belum selesai dan membutuhkan campur tangan anak muda di Indonesia dan dunia dalam pengendalian tembakau.

Sementara itu Danielle Walwyn selaku Advocacy Officer di GHAI Childhood Obesity Project menjelaskan untuk mendorong advokasi atas sejumlah kasus yang merugikan anak dan remaja, pentingnya kolaborasi anak muda dalam menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan hal.

Pierre Cooke mewakili Healthy Caribbean Coalition (HCC) juga menegaskan dalam pengendalian tembakau, anak muda harus melek terhadap hak asasi atas kesehatan, pendidikan, jaminan sosial, hingga hak untuk beraktivitas sosial dan ekonomi. Ancaman dari tembakau seharusnya dikendalikan melalui regulasi pemerintah.

“Anak muda tidak hanya memohon jaminan kesehatan dan obat-obatan saja, atau meminta pertolongan pemerintah menyelamatkan kita dari bahaya pemasaran rokok. Seharusnya itu semua dikerjakan oleh pemerintah, karena itu adalah hak kita,” tegas Pierre. Oleh karena itu Pierre mengingatkan pentingnya keterlibatan anak muda dalam penyusunan kebijakan.

 

 

Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bagikan:
Tags: Bahaya RokokDampak RokokGianIndustri RokokIndustri TembakauIYCTCMargiantaPekerja AnakPerokok AnakPerokok PemulaRokok AnakYayasan Lentera Anak

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.