Jakarta, Prohealth.id – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dan Wakil Asisten Sekretaris Kebijakan dan Perizinan Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan dan Pencegahan Uni Emirat Arab (UEA) Amin Al Ameeri membahas kerja sama bilateral antar kedua negara terkait industri farmasi dan alat kesehatan.
“Hari ini (Selasa, 19 Juli 2022), kami akan memulai kolaborasi industri farmasi dan alat kesehatan dengan UEA,” kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam Bussiness Forum on the visit of MOHAP EUA.
Budi menyebutkan salah satu fokus utama dari kerja sama antara kedua negara adalah untuk meluncurkan penelitian, peningkatan kapasitas produksi yang terdistribusi pada vaksin, terapi, dan diagnostik (VTD), memberikan pemerataan dan akses yang lebih baik untuk setiap negara ketika pandemi melanda lagi.
Kerja sama ini mengingat memasuki tahun ketiga pandemi, dunia masih menghadapi Covid-19 serta ancaman dari varian barunya. Untuk itu, akses terhadap VTD serta perbaikan sistem pelayanan kesehatan, menjadi komponen vital sehingga perlu diperkuat untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 dan mengakhiri fase akut pandemi.
Dengan posisi Indonesia sebagai rumah bagi lebih dari 5 produsen vaksin, 220 produsen farmasi, serta lebih dari 650 produsen alat kesehatan yang sebagian besar telah diakui dalam standar global dan mengekspor produk ke seluruh dunia, Budi optimis Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk membantu memenuhi supply farmasi dan alat kesehatan global.
Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi jalan bagi penguatan arsitektur kesehatan global yang tangguh terhadap ancaman bencana kesehatan di masa yang akan datang.
“Kami percaya kemitraan bilateral adalah salah satu jalan untuk mencapai perawatan kesehatan yang lebih baik, sistem kesehatan yang lebih tangguh, dan berkontribusi pada upaya global dalam menangani pandemi di masa depan,” tuturnya.
Dia berharap rencana kolaborasi ini merupakan awal yang baik dalam kerangka penguatan arsitektur kesehatan global yang sempat tertekan akibat pandemi Covid-19. Pihaknya berharap kerja sama sektor kesehatan antarkedua negara bisa terus ditingkatkan.
“Saya percaya dan berharap melalui kolaborasi ini, dapat membuka peluang yang sangat besar untuk penguatan sistem kesehatan dua negara.”
Pengembangan dari pihak swasta melalui digitalisasi
Dalam rangka meeningkatkan kerja, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usaha PT Mostrans Global Digilog terus berinovasi dalam mengembangkan produk dan layanan pengiriman berkualitas dengan didukung oleh teknologi. Sebab, untuk mencapai kinerja sektor logistik dan transportasi yang handal, perlu adanya akselerasi digital.
“Mostrans saat ini sudah menciptakan solusi melalui platform digital B2B yang dikembangkan dengan menghubungkan ekosistem rantai pasok produk kesehatan (healthcare supply chain eco-system),” ujar CEO PT Mostrans Global Digilog, Berty Argiyantari.
Dia menjelaskan, Mostrans mengintegrasikan layanan dari hulu ke hilir, konektivitas, dan kolaborasi, antara pemilik barang yang memiliki kebutuhan jasa pengiriman untuk produk kesehatan dan pemilik armada. Tujuannya, untuk meningkatkan kinerja transportasi melalui peningkatan transparansi, kemudahan akses monitoring, real time, serta mengoptimalkan utilisasi dan produktivitas truk, sehingga efektif dan efisien.
“Pengiriman yang dilakukan sesuai standar produk kesehatan dilengkapi dengan teknologi. Dengan demikian, layanan transportasi produk Kesehatan yang diberikan bisa lebih cepat dan efisien dengan kualitas yang baik,” kata Berty.
Dia menjelaskan bahwa untuk mendukung konektivitas hulu ke hilir, semua armada dilengkapi dengan GPS dan pengemudi dilengkapi dengan aplikasi digital. Dia menekankan, semuanya terkoneksi dengan command centre.
“Bersama Mostrans, kinerja transportasi dapat ditingkatkan melalui meningkatnya transparansi, komunikasi yang lancar, pemantauan yang terintegrasi, dan meningkatnya efisiensi dan produktivitas,” jelasnya.
Inovasi yang dilakukan Mostrans sejalan dengan Supply Chain Indonesia (SCI) memproyeksikan kontribusi sektor transportasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2022 sebesar Rp689,15 triliun. Nilai tersebut meningkat dibandingkan kontribusi pada dua tahun sebelumnya, walaupun masih lebih rendah dibandingkan tahun 2019 sebelum pandemi.
Data BPS menunjukkan kontribusi transportasi sebesar Rp558,07 triliun pada tahun 2020 dan Rp578,10 triliun pada tahun 2021. Sedangkan pada tahun 2019, kontribusi itu sebesar Rp728,43 triliun.
“Untuk mencapai nilai kontribusi transportasi tersebut dibutuhkan transformasi digital untuk mendukung perubahan signifikan dalam menciptakan efisiensi dan meningkatkan produktivitas sektor transportasi dan logistik,” tutur Chairman SCI, Setijadi.
Pada beberapa tahun terakhir pun telah terjadi disrupsi dalam rantai pasokan global. Banyak pabrikan berada di bawah tekanan untuk dapat mempertahankan daya saing dan produktivitas di tengah ketidakpastian global.
“Otomatisasi sebagai bagian dari digitalisasi dapat meningkatkan efisiensi biaya yang relevan hingga 20 persen. Sementara, dalam pengelolaan aset perusahaan, digitalisasi dapat berdampak terhadap peningkatan margin atau keuntungan sekitar 5 persen,” papar Setijadi.
Praktisi Transportasi Sugi Purnoto pun sepakat. Menurutnya, pemanfaatan teknologi informasi merupakan aspek penting untuk membangun integrasi hulu ke hilir produk farmasi agar tercipta ekosistem logistik yang terpadu di era industri 4.0.
“Pertukaran informasi dan analisis data berbasis teknologi informasi dapat membantu memecahkan sejumlah tantangan. Misalnya, di tengah pandemic Covid-19 industri alat kesehatan dan farmasi mengalami high demand, sehingga dibutuhkan transformasi teknologi berbasis digital dari tahapan produksi hingga distribusi kepada konsumen,” tutup Sugi Purnoto.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post