Chief Strategist and Acting Chief of Primary Health Care Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) Yurdhina Meilissa mengatakan sulit menyebutkan pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden yang paling progresif dalam isu kesehatan, khususnya pengendalian tembakau, terutama bila ditelusuri dari dokumen visi dan misi mereka.
“Saya bicara faktual. Tidak ada isu rokok atau tembakau dalam dokumen visi dan misi pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden. Kami ragu isu itu akan naik. Tentu kita berharap isu itu akan naik dalam debat,” kata Yurdhina Meilissa dalam diskusi “Isu Kesehatan di Tengah Keriuhan Politik: Komitmen Calon Presiden terhadap Kesehatan dan Pengendalian Tembakau” yang diadakan Bijak Memilih dan Komnas Pengendalian Tembakau secara daring, Selasa (31/10/2023).
Menurut Ica, panggilan akrabnya, isu prevalensi perokok anak yang masih tinggi dan target penurunannya tidak tercapai seharusnya bisa menjadi isu yang didiskusikan oleh para bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden. Bahkan, isu tersebut seharusnya dapat diangkat oleh kubu oposisi yang berseberangan dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Namun, Ica menilai seluruh pihak seolah kompak untuk tidak membicarakan tentang isu tersebut. Padahal isu prevalensi perokok anak di Indonesia yang cenderung naik seharusnya menjadi salah satu hal yang mengkhawatirkan. Ica menyatakan, dari hasil pengamatan CISDI sejak 2017, isu kesehatan yang paling banyak dibicarakan adalah tentang Jaminan Kesehatan Nasional, Covid-19, dan Rancangan Undang-Undang Kesehatan.
“Cukai rokok dan prevalensi perokok biasanya dibicarakan menjelang pengumuman kenaikan cukai rokok, tetapi kemudian hilang, bahkan terjadi pembelokan isu tentang cukai terhadap gula,” tuturnya.
Peneliti Centre for Strategic and International Studies Edbert Gani Suryahudaya mengatakan juga tidak menemukan isu kesehatan dan pengendalian tembakau dari dokumen visi dan misi pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden. Bahkan, isu pengendalian tembakau juga jauh dari ucapan-ucapan lisan mereka. Edbert menyebut, yang membuat dokumen visi dan misi pasti tim di belakangan pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden, sehingga pasti ada ambiguitas, limitasi, dan bias dari tim.
“Namun, pasti tetap ada imajinasi dari para bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden,” katanya.
Gani mengatakan isu kesehatan yang paling sering dibicarakan oleh pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden adalah tentang stunting, kesehatan mental, dan penambahan gizi. Hal-hal tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan isu yang sebanarnya banyak dibicarakan dan diharapkan oleh publik.
Menurut Gani, CSIS pernah melakukan sebuah penelitian tentang sumber kebahagiaan generasi Z. Jawaban responden dalam penelitian tersebut adalah waktu bersama keluarga (31 persen), kecukupan keuangan (22 persen), Kesehatan (21 persen), kehidupan beragama (delapan persen), dan kesuksesan karier (enam persen).
“Jangan-jangan pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden serta partai politik tidak mampu menangkap apa yang diinginkan oleh generasi muda dan pemilih. Saran saya, figur dan partai politik harus mencoba menangkap apa keinginan dari pemilih,” tuturnya.
Sementara itu, menurut survey nasional perhatian calon presiden pada masalah kesehatan dan isu pengendalian tembakau yang dilakukan Dr. Eriyanto dan Dr. Hendriyani dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia terhadap 800 responden yang memiliki hak pilih dari seluruh Indonesia pada Mei 2023 menemukan 36,6 persen responden tidak menjawab atau menjawab tidak tahu bakal calon presiden mana yang memiliki perhatian besar pada masalah kesehatan.
“Kemungkinan jawaban itu diberikan responden karena memang jarang dibicarakan oleh para bakal calon presiden,” ujar Hendriyani.
Menurut Hendriyani, meskipun mayoritas responden, yaitu 49,8 persen, menilai bahwa bakal calon presiden memberikan perhatian yang cukup besar pada isu kesehatan, sebanyak 44 persen menjawab tidak tahu dan tidak menjawab. Angka 44 persen responden menjawab tidak tahu dan tidak menjawab tersebut cukup besar dan menyiratkan pesimisme responden terhadap perhatian bakal calon presiden tentang isu kesehatan.
“Mayoritas responden juga menilai masalah rokok di Indonesia sangat mengkhawatirkan dan mengkhawatirkan. Namun, ternyata tidak ada bakal calon presiden yang mengangkat isu pengendalian tembakau,” tuturnya.
Terdapat tiga pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden yang telah mendaftarkankan diri ke KPU. Mereka adalah pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Setelah pendaftaran ke KPU, dokumen visi dan misi mereka juga telah dapat diakses dan dinilai oleh publik.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post