Jakarta, Prohealth.id- Isu pelestarian lingkungan menjadi salah satu prioritas bagi milenial dan gen Z dalam memilih calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2024.
Untuk itu penting memahami pandangan generasi Z terkait rencana kebijakan pelestarian lingkungan hidup dari para calon presiden dan wakil presiden. Maka sebelum debat cawapres pada 21 Januari 2024, Yayasan WWF-Indonesia mengadakan survei kepada milenial dan gen Z di seluruh Indonesia.
Tujuan survei ini adalah mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang dukungan serta pilihan milenial dan gen Z. Utamanya terkait visi, kebijakan, dan komitmen capres-cawapres yang mencerminkan preferensi serta kebutuhan dalam konteks pelestarian lingkungan hidup.
Survei ini disusun dengan tiga dimensi utama yaitu; pendapat atau penilaian terhadap paslon, perilaku memilih, visi lingkungan hidup, dan misi pelestarian lingkungan.
Survei dilakukan pada awal Desember 2023. Total responden sebanyak 1365 milenial dan gen Z dengan usia 17-30 tahun. Responden berasal dari; Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Bali, Medan, Jambi, Samarinda, Makassar, dan Jayapura.
Profil responden adalah 63 persen perempuan dan sisanya laki-laki. Latar sosial ekonomi status menengah keatas dengan mayoritas pendidikan minimum SLTA sederajat hingga sarjana. Adapun pekerjaan mayoritas adalah pegawai swasta dan mahasiswa.
Generasi Z dan Lima Masalah Lingkungan
Survei ini menemukan ada lima besar persoalan lingkungan yang urgen menurut milenial dan gen Z.
Mayoritas responden sebanyak 81 persen mengatakan pemerintah harus segera mengatasi masalah sampah dan limbah plastik. Kedua terbanyak adalah kekhawatiran terhadap penyediaan air bersih dan pengembangan kota hijau sebanyak 69 persen.
Berikutnya adalah masalah pembatasan polusi industri dengan persentase 66 persen. Masalah melindungi keanekaragaman hayati, flora dan fauna dengan persentase 58 persen.
Hasil survei ini membuktikan walaupun sampel responden mayoritas adalah urban, tetapi pelestarian keanekaragaman hayati tetap penting.
Survei ini bekerjasama dengan Populix yang menemukan kaum muda terdampak oleh kerusakan lingkungan. Sebut saja; perubahan iklim dan perubahan cuaca yang ekstrim seperti banjir, suhu udara panas dan kekeringan sebanyak 85 persen.
Lalu 72 persen mengaku terdampak oleh sampah dan limbah. Responden mengaku mengalami sesak nafas akibat penurunan kualitas udara ada 68 persen. Sementara responden yang merasakan penurunan kualitas air ada 53 persen. Sisanya, 43 persen merasakan kerusakan ekosistem hutan atau laut.
Visi Misi Capres yang Terkait Lingkungan
Dari hasil survei, 72 persen telah mempelajari sebagian visi dan misi masing-masing paslon, dan 22 persen belum sama sekali mempelajari.
Sisanya 6 persen telah mempelajari sepenuhnya. Untuk pertanyaan lebih lanjut adalah alasan belum mempelajari. Jawaban responden ada 44 persen mengaku tidak mengetahui sumber informasi yang tepat. Lalu ada 27 persen tidak ada waktu. Sisanya 15 persen mengatakan informasi tidak mudah di akses.
Pengembangan lebih lanjut atas pertanyaan ini, ada 75 persen responden mengaku menemukan perlindungan lingkungan hidup di visi misi paslon. Namun hampir 40 persen responden mengatakan sulit memahami visi misi.
Hasil survei juga menunjukkan secara umum bahwa 82 persen responden mengatakan akan memilih paslon capres dan cawapres sesuai dengan visi dan misi. Kelompok responden ini tidak memilih paslon dengan iming-iming hadiah. WWF Indonesia menggarisbawahi hal ini karena kaum muda tidak mudah mendukung hanya karena imbalan tertentu.
Sebanyak 88 persen setuju memilih paslon yang memprioritaskan dan menuntaskan masalah lingkungan hidup. Sebanyak 78 persen reponden menyatakan akan memilih paslon yang mempunyai latar belakang, rekam jejak, dan pengalaman mengelola lingkungan hidup.
Aditya Bayunanda, CEO Yayasan WWF Indonesia mengapresiasi hasil survei ini. Terutama karena 97 persen kaum muda mempertimbangkan memilih paslon yang mendukung pelestarian lingkungan.
Artinya, isu lingkungan menjadi perhatian bagi kaum muda. Antusiasme tercermin karena 75 persen mengaku mengetahui lingkungan hidup di visi dan misi para paslon. Namun sebanyak 36 persen masih tidak memahami artinya.
“Nah! ini menjadi kesempatan baik agar para paslon lebih menjelaskan visi, misi dan program kerjanya lebih baik. Khususnya yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan juga menyusun program konkritnya.”
Sebanyak 86 persen responden ingin memilih capres yang mampu menuntaskan masalah lingkungan dan bencana. Contohnya, memulihkan ekosistem laut dan hutan, mengatasi sampah dan limbah plastik, serta memiliki program mitigasi bencana yang kuat.
Menurut Gen Z tentang Limbah dan Emisi Karbon
Hasil survei tentang pengelolaan limbah dan emisi karbon menghasilkan suara mayoritas. Ada 93 persen responden akan memilih capres dan cawapres yang bisa mengatasi pengurangan sampah plastik.
Lalu 89 persen pengadaan air bersih seperti pembangunan IPAL, pembersihan sungai, penyaluran air bersih. Terdapat 84 persen memilih capres-cawapres yang dapat mendorong percepatan implementasi energi baru terbarukan seperti angin, sinar matahari, panas bumi, dan lain-lain.
Responden ada 92 persen setuju untuk memilih paslon yang punya program pengurangan emisi karbon. Lalu kebijakan pembatasan polusi industri, kota hijau, industri hijau dan memaksimalkan ruang terbuka hijau mencapai 91 persen responden.
Namun berbanding terbalik, percepatan implementasi kendaraan Listrik untuk mengurangi emisi karbon mendapatkan jawaban rendah hanya 73 persen. Ini artinya tidak ada korelasi antara pengurangan emisi karbon dengan penggunaan kendaraan Listrik.
Jalur Informasi Gen Z
Survei ini juga ikut menunjukkan sumber informasi milenial dan gen Z. Kategori media sosial meraih angka yang tinggi yakni 73 persen. Hasil ini menjadi data yang baik bagi para paslon untuk mengomunikasikan visi dan misi lingkungan melalui media sosial.
Data kedua penggunaan media online sebanyak 56 persen untuk mendapatkan informasi. Lalu 51 persen dari Youtube, 47 persen dari televisi. Paling efektif adalah media sosial sebanyak 41 persen, televisi 14 persen, Youtube 13 persen, tatap muka 12 persen, dan media berita online 5 persen.
Melalui hasil survei ini, Yayasan WWF Indonesia mendorong para paslon segera mengomunikasikan program dan harapan generasi muda. Terutama dalam hal komitmen penyelamatan lingkungan dengan gaya atau cara berkomunikasi milenial dan gen Z.
Paslon bia menggunakan metode yang lebih intensif, gencar dan mudah dipahami. Contohnya melalui media sosial dan banyak menggunakan visual.
Discussion about this post